When Beast Meet Cinderella

When Beast Meet Cinderella

Kisah Daisy.

Daisy,

Aku ini gadis desa yang masih sangat polos. Ke polosanku serta keluguanku membuatku sering sekali tertipu. Mereka, orang terdekatku, dengan sengaja membawaku ke kota setelah empat puluh harinya ayah dan ibuku meninggal bersamaan akibat serangan jantung.

Aku kira saat tinggal di tempat baru, mereka memperlakukan aku layaknya anak kandung mereka, ternyata dugaanku salah.

Aku di jadikan pelayan di rumah mereka. Membersihkan seluruh bagian rumah, beserta isinya. Tak pernah ada kata libur bagi mereka. Aku di pekerjakan sesuka hati mereka. Terkadang jika aku tidak mengikuti aturan yang mereka buat, aku akan dicercanya, dimaki dan dihina. Tak luput juga aku sering kena pukulan dan tamparan di pipiku yang mulus.

Dulu, Ayah dan ibuku saja tidak pernah memperlakukan aku seperti ini. Mereka selalu memanjakan aku. Bahagia rasanya saat Ayah dan Ibu masih ada.

Bukan, bukan aku tidak mau bersyukur tinggal bersama Paman dan bibiku. Namun, sikap dan perlakuan mereka terhadapku, ibarat pembantu.

Paman dan bibiku itu, mereka orang yang berada. Rumahnya pun besar dengan halaman yang luasnya mungkin melebihi lapangan bola di desaku. Kendaraannya banyak. Ada mobil, dan motor. Tak luput juga motor harley pun mereka koleksi.

Akan tetapi, untuk menyewa pembantu saja, mereka enggan. Malah mempekerjakan aku ponakannya sebagai pembantu tak bergaji.

Sebelumnya ...

"Neng, kamu ikut paman ke kota, ya? Kalau kamu masih tinggal di sini, siapa yang akan mengurus kamu nantinya?" Pamanku yang bernama Jonathan mengajakku.

"Kalau aku ikut, lalu rumah ini siapa yang tempati, Paman?" tanyaku.

"Tenang, ada yang mengurus nanti. Paman tidak mau kalau kamu sendirian tinggal di sini. Lagipula, rumah ini terlalu besar untukmu. Coba kamu pikir, seorang gadis cantik tinggal sendirian di rumah besar. Bagaimana jika ada orang yang berniat jahat padamu? Paman tidak mau itu terjadi, Neng." Paman Ben berusaha menjelaskan padaku.

"Bener tuh, Sayang, ikut saja sama kami, ya? Setidaknya kami bisa menunaikan wasiat almarhum dan almarhumah orang tuamu. Mereka pasti bahagia kalau kamu ikut bersama kami ke kota." Bibi Mey menimpali. Meyakinkan aku agar mau ikut bersamanya.

Setelah panjang lebar mereka berusaha membujukku ikut ke kota, dan akhirnya aku menyetujui. Aku ikut bersama mereka, meninggalkan rumah peninggalan orang tuaku, dan juga meninggalkan Kota C yang sangat aku cintai.

🍁🍁🍁

"Hei, jangan banyak melamun! Lihat, cucian kotor menumpuk di wastafel! Segera cuci kalau tidak, kamu tidak akan dapat jatah makan malam ini!" hardik Bibi Mey, saat melihatku melamun di taman rumahnya.

Melamun? Apa mata Bibi Mey buta sampai ia bilang ponakannya melamun terus? Dari tadi ayam mulai berkokok sampai matahari terbenam, aku tidak ada hentinya mengerjakan tugas di rumah ini. Tugas yang seharusnya dikerjakan oleh seorang pelayan.

"Kenapa masih diam saja?! Cepat sana bersihkan! Minggir aku mau istirahat!" lagi-lagi, Bibi Mey membentakku. Kata-katanya itu sangat tajam sekali. Aku geram, tetapi aku tidak bisa melawan. Sebab tubuh Bibi Mey yang gempal membuatku urung melakukan aksi pembelaan.

Aku beringsut dari tempatku duduk, kemudian berlalu pergi meninggalkan Bibi Mey menuju dapur, di dapur itu sudah menunggu cucian piring kotor yang menumpuk.

Batinku menjerit perih, sakit. Luka yang tak nampak, sakitnya berasa meremukkan tulang belulangku. Rasanya aku ingin pergi mengikuti Ibu dan ayahku, tetapi aku tetap harus kuat. Aku harus bisa menjadi wanita yang tegar. Perjalananku masih panjang. Aku yakin, di balik kejadian ini, pasti Allah sudah menghadiahkan sesuatu untukku. Aku percaya itu.

🍁🍁🍁

"Daisy! Di mana kamu?" Suara cempreng bak kaleng rombeng tengah memanggil namaku. Pemilik suara itu bernama Razak, puteri sulung dari anak Bibi Mey dan Paman Ben. Dia bertingkah seolah-olah dia adalah ratu di rumah. Segala macam keperluan pribadinya, semuanya aku yang siapkan.

Dari mulai baju, sepatu sekolah, makan serta minum aku yang menyiapkan. Jika tidak, aku akan kena tampar bibi Mey. Kalian tahu, seperti apa tamparannya? Coba saja kalian tampar pipi kalian sendiri, dan itulah yang kalian rasakan. Sakit bukan?

"Aku sedang menyiapkan sarapan untuk Alea. Tunggulah sebentar. Aku segera kembali," kataku, menyahuti panggilannya.

"Cepatlah! Jangan sampai aku kesiangan." Razak mengancam.

Aku mengangguk. Melanjutkan kembali pekerjaanku. Membuatkan sarapan untuk Alea, membersihkan lantai rumah, dan yang terakhir melayani nona Razak yang tingkahnya bak ratu sejagad.

Aku bosan, jenuh. Bolehkah aku pergi dari dunia ini ibu? Aku sudah putus asa sekali ibu. Mereka semua seperti sedang menguji kesabaranku ibu.

Ayah, bolehkah Ayah membantuku bicara pada Tuhan? Jika iya, tolong sampaikan padanya, cabut nyawaku saja, Yah. Aku capek, aku bosan. Aku benar-benar telah menjadi gila tinggal di rumah paman Ben.

Kenapa aku tidak melarikan diri? Tentu sulit bagiku untuk melakukan itu Ayah. Paman Ben itu seorang ketua geng. Tentunya banyak sekali orang yang akan membantunya untuk mencari diriku. Lalu jika aku kabur, aku akan tinggal di mana? Sungguh ini cukup sulit bagiku.

🍁🍁🍁

"Nanti malam kami akan pergi. Jaga rumah, dan jangan melakukan apapun yang akan merugikan dirimu! Jika sampai kamu melarikan diri, paman tidak akan segan-segan menguliti dirimu! Paham?" Paman Jo berujar dengan nada mengancam.

Aku mengangguk, dan kutundukkan pandanganku. Aku takut menatap matanya. Matanya itu merah, sepertinya paman sering minum minuman beralkohol.

Setelah selesai memberikan aku ultimatum, mereka pergi bersenang-senang. Pergi dengan pongkahnya dan tawa canda mereka aku dengar begitu nyaring dan renyah. Ah, aku iri pada Razak dan Alea.

Aku memasuki rumah Paman Jo. Aku tutup pintu dan segera aku rebahkan tubuhku ke atas sofa. Malam ini aku bisa beristirahat sejenak. Sambil menikmati makanan sisa bekas paman dan bibiku makan. Itu pun agak sedikit basi. Aku terpaksa memakannya. Biarlah tak apa, asal perutku kenyang dan aku tidak kelaparan.

🍁🍁🍁

Dua bulan kemudian.

"Perusahaanku hampir bangkrut," ujar Paman Jo saat sedang makan malam. Kudengar sayup-sayup dia mengeluhkan tentang perusahaannya.

"Kok, bisa, Pah? Terus nasib kita bagaimana?" tanya Razak.

"Rumah ini beserta aset milikku, harus aku jual demi membayar gaji karyawan yang sudah tiga bulan belum Aku bayarkan," ujarnya lagi.

Kulihat Bibi Mey diam. Wajahnya terlihat kebingungan. Namun, beberapa detik kemudian kembali merekah sambil melihat ke arah di mana aku berdiri.

"Kita tinggal di kampung saja, Pah. Di rumah almarhum kakak laki-lakimu," sahutnya memberi ide gila.

"Benar juga, Pah. Rumah paman Johan itu cukup besar. Jadi kita tidak berasa kehilangan rumah," timpal Razak.

Paman Jo diam. Dia berfikir tak mungkin untuk kembali ke desa, karena rumah peninggalan ayahku, merupakan hak waris untukku. Dia tidak mau mengambil yang bukan haknya.

"Tidak! Biarkan kita tetap di sini. Nanti Papa pikirkan langkah selanjutnya. Kalian cepat selesaikan makannya. Habis itu, kalian tidur!"

"Iya, Pah, iya." sungut Razak dengan bibir yang dia monyongkan ke depan.

Aku lega, karena Paman Jo tidak jadi pergi ke rumah peninggalan ayahku. Mungkin Paman masih ada rasa takut saat tinggal di desa. Takut karena di sana masih ada musuh bebuyutannya, yang bernama Kang Harjo.

🍁🍁🍁

Pagi.

Hari ini begitu cerah, matahari bersinar terang seolah tersenyum senang padaku. Sinarnya yang terang merambat naik ke atas langit, hangat. Kurasakan hangat sinarnya.

Hari ini, aku memulai aktifitas seperti biasanya untuk membersihkan rumah Paman. Seperti biasa, menyiapkan makanan dan segala macam keperluan untuk anak-anak paman. Sekarang aku bisa ikhlas menerima perlakuan mereka, bentakan serta ancaman yang keluar dari mulut mereka.

Di kejauhan, nampak Paman Jo jalan dengan tergesa-gesa. Kemudian duduk di ruang tamu. Dia rubuhkan tubuhnya di atas sofa empuknya. Menghela nafas panjang, lalu menghembuskannya. Kupikir, persoalan yang di hadapi Paman terlihat sangat berat sekali.

Bibi May melangkahkan kakinya menuju ruang tamu. Ia tahu, bahwa suaminya telah datang dari kantor. Bibi May duduk di samping Paman.

"Ada apa?" Bibi May bertanya, sambil membuka sepatu yang masih dikenakan paman.

"Ada yang mau membantu perusahaan ku. Tapi, dia memakai syarat," jawab paman.

"Apa itu? Jika mudah, maka turuti saja. Toh, kita, kan ditolong olehnya." bibi May memberi saran.

"Aku harus menyerahkan putriku yang cantik untuk dinikahkan dengan anak pemilik perusahaan yang akan membantuku kelak."

"Lalu, apa masalahnya? Razak, itu kan sangat cantik. Begitu juga dengan Alea. Mereka pasti akan setuju jika calon suaminya kaya raya, dan juga tampan."

"Justru itu."

"Justru itu apa?" Bibi May kebingungan.

"Calon suami yang akan dinikahkan, wujudnya sangat mengerikan! Dia cacat. Wajahnya buruk sekali," bisik Paman. Namun, aku masih bisa mendengarnya.

Bibi May terkejut. Bibirnya menganga, benar-benar terkejut dan tidak bisa mengatakan apa-apa. Rasakan! batinku mengutuknya. Aku puas.

Tak lama kemudian kedua bola mata bibi May, melihat ke arahku. Lalu munculah ide gila dari dalam otaknya.

"Kalau begitu kita nikahkan saja Daisy. Lihat dia, kan, sangat cantik. Cocok sekali jika di sandingkan dengannya. Bagaimana? Kau setuju suamiku?"

Paman Jo berfikir. Akhirnya ia menyetujui usulan Bibi May. Dengan senyuman manisnya, Bibi May menatapku. Tiba-tiba saja, senyumannya berubah menjadi senyuman menyeringai.

Apalagi ini? Apa yang harus aku lakukan? Mengapa mereka tega mengorbankan diriku hanya untuk menyelamatkan perusahaannya, tanpa memikirkan nasibku kelak.

Ayah ibu, aku ingin pergi jauh. Bersama kalian di surga. []

🍁🍁🍁

Terpopuler

Comments

Anna Kartika Wati

Anna Kartika Wati

wah Cianjur tempat ortu ku tinggal tuh

2020-10-14

2

lihat semua
Episodes
1 Kisah Daisy.
2 Bukan Pernikahan Impian
3 Bukan Pernikahan Impian 2.
4 Pernikahan dimulai.
5 Alvin Media Utomo
6 Perjanjian pernikahan
7 Siapa di Sana?
8 Kelucuan di meja makan.
9 Hujan
10 Hati siapakah ini?
11 Kejutan.
12 Kejutan part 2.
13 Pengejaran mafia Rasya. ( 21+ ).
14 Luka.
15 Luka 2.
16 Perjalanan jauh.
17 Kebaikan Alvin
18 Keguguran.
19 Mawar Hanafi
20 Klarifikasi hubunganku.
21 Mawar Hanafi part 2.
22 Hal yang mendebarkan
23 Tragedi Pembalut.
24 Anisa dan pembalut.
25 Mencari wanita pembalut.
26 Tragedi Pembalut.
27 Terlambat.
28 Salah Tingkah.
29 Perkenalan dengan gadis cantik.
30 Kenapa, tragis?
31 Mawar Hanafi part 3
32 Permintaan maaf.
33 The end
34 Beauty and the Beast season 2.
35 Mengidam buah mangga.
36 Tragedi buah mangga.
37 Kisah Dave.
38 Pengkhianatan.
39 Terperangkap
40 kisah
41 Rencana kedua.
42 Dave murka.
43 Aisyah.
44 Pencairan Aisyah.
45 Penelusuran nyonya Liem.
46 Kabur.
47 Pengejaran mencari Daisy dan Aisyah.
48 Pencarian Daisy dan Aisyah.
49 Pertemuan dengan seseorang.
50 Penggerebekan.
51 Berujung tragis.
52 Belahan Jiwa.
53 Kelakuan konyol Dave.
54 Gadis misterius.
55 Pertemuan.
56 Pertemuan kedua
57 Pertemuan ketiga
58 Pengakuan.
59 Siapa dia.
60 Kepergian Kayra.
61 Romantisnya Alvin
62 Kayra.
63 Kayra 2.
64 Sebuah perjalanan panjang.
65 Pijat memijat.
66 Sosok Gara.
67 Perasaan bimbang.
68 Kayra dan Dave.
69 Pernyataan Cinta Dave.
70 Siapa dia?
71 Akhir Kisah Dave.
Episodes

Updated 71 Episodes

1
Kisah Daisy.
2
Bukan Pernikahan Impian
3
Bukan Pernikahan Impian 2.
4
Pernikahan dimulai.
5
Alvin Media Utomo
6
Perjanjian pernikahan
7
Siapa di Sana?
8
Kelucuan di meja makan.
9
Hujan
10
Hati siapakah ini?
11
Kejutan.
12
Kejutan part 2.
13
Pengejaran mafia Rasya. ( 21+ ).
14
Luka.
15
Luka 2.
16
Perjalanan jauh.
17
Kebaikan Alvin
18
Keguguran.
19
Mawar Hanafi
20
Klarifikasi hubunganku.
21
Mawar Hanafi part 2.
22
Hal yang mendebarkan
23
Tragedi Pembalut.
24
Anisa dan pembalut.
25
Mencari wanita pembalut.
26
Tragedi Pembalut.
27
Terlambat.
28
Salah Tingkah.
29
Perkenalan dengan gadis cantik.
30
Kenapa, tragis?
31
Mawar Hanafi part 3
32
Permintaan maaf.
33
The end
34
Beauty and the Beast season 2.
35
Mengidam buah mangga.
36
Tragedi buah mangga.
37
Kisah Dave.
38
Pengkhianatan.
39
Terperangkap
40
kisah
41
Rencana kedua.
42
Dave murka.
43
Aisyah.
44
Pencairan Aisyah.
45
Penelusuran nyonya Liem.
46
Kabur.
47
Pengejaran mencari Daisy dan Aisyah.
48
Pencarian Daisy dan Aisyah.
49
Pertemuan dengan seseorang.
50
Penggerebekan.
51
Berujung tragis.
52
Belahan Jiwa.
53
Kelakuan konyol Dave.
54
Gadis misterius.
55
Pertemuan.
56
Pertemuan kedua
57
Pertemuan ketiga
58
Pengakuan.
59
Siapa dia.
60
Kepergian Kayra.
61
Romantisnya Alvin
62
Kayra.
63
Kayra 2.
64
Sebuah perjalanan panjang.
65
Pijat memijat.
66
Sosok Gara.
67
Perasaan bimbang.
68
Kayra dan Dave.
69
Pernyataan Cinta Dave.
70
Siapa dia?
71
Akhir Kisah Dave.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!