Pusing.
Kepalaku sangat pusing karena terlalu lelah memikirkan sesuatu yang konyol dan mustahil terjadi. Aku memang gadis polos dan lugu. Selama di desa, aku tidak pernah sekalipun punya pemikiran untuk pacaran. Tak ada laki-laki yang aku sukai, apalagi berani aku simpan namanya di hati.
Lalu sekarang, kenapa hatiku tiba-tiba menerima desiran indah saat Alvin berkata, " Aku ini miliknya,"
Kata-kata itu terus terngiang di telingaku. Apalagi saat Alvin mencium bibirku. Aku tahu aku ini isterinya. Ia berhak menjamah seluruh bagian tubuhku. Namun, aku terlalu takut ia berbuat lebih hanya untuk memuaskan nafsunya.
Cinta,
tidak mungkin Alvin bisa mencintaiku secepat itu. Butuh waktu untuk mencintaiku, dia pernah mengisi hatinya dulu. Dan bagaimana hatinya itu ia isi dengan namaku?
--
Jam dinding menunjukkan pukul sembilan malam. Saat akhirnya Alvin memasuki kamar dan melihatku sedang berguling kesana kemari. Terlihat gelisah dan sepertinya tidak bisa tidur untuk memejamkan mata.
" Sedang apa kamu? Dan kamu kenapa, Daisy?!" Alvin bertanya. Nadanya setengah berteriak. Membuatku terkejut kemudian aku terjatuh dari tempat tidur.
" Hei, hati-hati!" ucapnya, panik. Alvin menyuruh Dave, sekretarisnya untuk menolongku.
" Nona, anda tidak apa-apa kan?" Dave bertanya padaku. Lalu ia mengulurkan tangannya berharap aku menyambutnya.
" Tak apa, tuan Dave. Aku tadi sedikit terkejut." ucapku mengalihkan mataku, berharap Dave tidak melihatku yang tengah bersemu malu.
Aku bangkit, kemudian berdiri sejajar dengan Dave. Membetulkan bajuku yang Sedikit berantakan.
" Kemarilah, aku ingin tidur sekarang!" Alvin berkata, lalu memerintah. Dave segera mendekati tuannya. Lalu mengangkat tubuh tuannya, tak lama kemudian ia merebahkan tubuh Alvin di atas ranjang.
" Terima kasih Dave, kau boleh pergi dari sini. Beristirahatlah. Kau pasti capek." perintah Alvin pada Dave.
Dave mengangguk, " Baik tuan. Jika Anda butuh sesuatu, hubungi aku."
" Ya," sahutnya singkat.
Dave segera berlalu sebelumnya ia membungkukkan badannya.Pergi meninggalkan tuannya.
" Sedang apa kau di situ? Kemarilah, mendekat padaku!" ucap Alvin. Bernada lembut.
" Baik, tuan." sahutku.
Kemudian aku mendekatinya. Dan tidur di sampingnya. Kegugupan di mulai. Aku tidak tahu kenapa.
" Jangan tidur membelakangiku. Aku tidak suka!" Alvin menegur saat aku membelakanginya.
" Iya tuan, maaf." ucapku lirih.
Aku membalikkan tubuhku. Sehingga saling berpandangan. Kedua mataku dan matanya bertatapan. Alvin tersenyum padaku. Saat menangkapku yang tersipu malu.
" Kau cantik, sayang." ucap Alvin, lembut.
' Eeeh, dia bilang apa? Cantik? Sayang?.'
" Terima kasih tuan," desisku.
" Kau tahu, nampaknya aku mulai jatuh cinta padamu." Alvin berucap. Aku tak tahu apakah itu sungguhan atau hanya merayu.
" Tetaplah bersamaku. Jangan pernah meninggalkan aku. Aku terlalu takut kehilanganmu, sayang." Matanya terus menatapku.
" Tuan," desisku. Saat ia memeluk tubuhku.
" Tenang, aku tidak akan melakukan itu. Aku hanya ingin tidur sambil memeluk tubuhmu. Apa kau tidak menyukainya?"
" Tidak tuan, aku suka. Hanya saja aku takut hamil tuan," ucapku, lirih. Kutundukkan pandanganku.
Alvin tersenyum lalu tertawa mendengar aku berkata seperti itu.
" Kenapa? Apa kamu tidak ingin mengandung anak dariku?"
" Tidak tuan,"
" Kenapa?!" suaranya meninggi. Ia tidak mengira aku tidak ingin mengandung anaknya.
" Bibirmu nakal sekali." hardiknya, tangannya menyentil bibirku.
" Aduh sakit tuan," ucapku lirih. Mengusap rambutku.
" Salah siapa bicara seperti itu." Alvin menggerutu.
Tak lama kemudian, aku mulai mengantuk. Aku pejamkan mataku. Aku pun tertidur dengan nyenyak.
Sementara itu Alvin, dia tidak tidur. Ia terus memandangku yang sedang tidur. Membelai rambutku kemudian pipiku. Ia tersenyum bahagia.
" Daisy, kau gadis yang polos, lugu, dan juga cantik. Aku tidak pernah menyesal dengan keputusanku menikahimu. Terima kasih telah menerimaku sebagai suamimu. Meski wajahku jelek." ucapnya menggenggam tanganku, lalu mencium keningku.
Di dalam mimpi, aku merasakan seseorang tengah berbisik lembut. Seseorang itu juga mencium keningku. Hingga dalam mimpi pun aku tersenyum.
🍁🍁🍁
Jam menunjukkan pukul enam pagi. Saat Dave datang ke rumah. Ia langsung menuju kamar tidur Alvin. Seperti ada hal yang penting dan harus segera di sampaikan.
Tok ... Tok ... Tok ...
Suara pintu di ketuk tiga kali, saat aku selesai memandikan Alvin.
" Masuk! Pintu tidak di kunci." sahut Alvin.
Ceklek ...
Dave membuka daun pintu kamar, kemudian ia melangkah memasuki kamar. Nampaklah tuannya sudah menunggu kedatangannya kemari.
" Apakah tuan sudah siap?" tanya Dave. Ia palingkan wajahnya mencari sesuatu.
" Tuan, apa nona sudah tahu kita akan pergi ke mana?" sambungnya. Menatap lekat mata tuannya.
" Belum, biarlah jangan beritahu dia. Aku ingin memberikannya kejutan saat aku pulang nanti." ujarnya sambil membetulkan letak dasinya.
" Ehm, baiklah kalau begitu. Kita berangkat sekarang?"
" Hem," Alvin mengangguk.
Dave segera mendorong kursi roda. Membawa Alvin keluar dari kamar. Dan saat di ruang keluarga, aku berpapasan dengannya dan juga Alvin.
" Sayang, aku pergi dulu ya?" ucap Alvin, padaku. Ia berpamitan padaku.
" Anda mau ke mana? Apa aku perlu ikut, Tuan?" tanyaku.
" Tidak usah. Aku akan pergi selama satu minggu. Ada urusan perusahaan yang harus aku selesaikan. Jika kamu ikut, aku takut kamu akan merasa bosan di sana." jelasnya, padaku.
Ada perasaan sedikit kecewa di hatiku saat ini. Saat Alvin tidak membawaku serta bersamanya. Dan Alvin merasakan hal itu.
" Tenanglah, aku tidak akan lama. Tunggulah aku di rumah. Jangan keluar rumah tanpa seijin dariku. Bila kamu butuh sesuatu, bisa menyuruh para pelayan dan pengawal yang ada di rumah ini." Ujar Alvin. Menatapku penuh cinta.
" Kemarilah!" sambungnya.
Aku segera mendekat padanya.
" Membungkuklah!" Alvin memerintah.
Akupun menurutinya. Tanpa sepatah katapun dari mulutku.
Alvin meraih daguku, lalu mengecup bibirku lagi. Deg! Jantungku berdetak dengan cepat. Kecupan itu, sungguh membuatku terasa ke awang-awang.
" Tunggu aku sayang. Aku akan memberikanmu kejutan yang pastinya kau akan senang." bisik Alvin di telingaku.
Aku seperti kehilangan sesuatu. Entahlah, saat mengetahui Alvin akan pergi meninggalkan aku selama satu minggu, fikiranku, hatiku seperti patah, bercabang ke mana-mana. Aku sedih.
Airmata pun tak terasa terbendung, memaksa muncul di pelupuk mataku. Aku benar-benar sedih. Alvin akan pergi.
" Hei, jangan sedih. Aku hanya pergi untuk sementara waktu. Hanya seminggu sayang. Tidak akan lama. Bersabarlah, dan tunggu aku datang dengan membawa kejutan untukmu." ucap Alvin, lalu memeluk tubuhku erat.
' Daisy bodoh! Kenapa kamu sedih dia pergi? Bukankah kamu bahagia dia tidak ada? Jangan katakan bahwa kamu mulai menyukainya. Jangan bodoh Daisy, kamu hanyalah isteri bayaran. Tidak lebih dari itu.' batinku bergumam.
Tak lama kemudian, Alvin, Dave dan beberapa pengawal pergi. Pergi jauh meninggalkan aku di rumah.
🍁🍁🍁
Hujan di malam ini turun deras sekali. Seakan menyambutku yang tengah gundah gulana akibat di tinggal Alvin.
Hatiku resah, resah, resah menanti cinta. Hidupku jera, jera, jera hujan tak reda. Hatiku gelisah.
Terkadang cinta datang tak mengenal waktu dan kondisinya. Ia datang dan pergi sesuka hati, tanpa kita sadari akan ada hati yang terluka dan tersakiti.
Bersambung ...
🍁🍁🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Akmal Arpian
Desty merindukan Alpin baru juga ditinggal udah rindu.
2021-06-21
2
Eka Ilham
seru thor
2020-10-14
3