Keguguran.

Cinta itu tumbuh, dengan berlalunya waktu.

...

" Sayang, mulai hari ini aku akan menemanimu selama dua puluh empat jam, enam puluh menit, dan enam puluh detik. Jadi, kamu tidak akan merasa kalau aku meninggalkanmu lagi, Iam promise hunny. " seru Alvin saat merebahkan tubuhku di atas ranjang cinta.

" Urusanmu di kantor, siapa yang akan mengurusinya? Lalu, urusanmu yang lain, bagaimana?" aku balik tanya. Sambil kuubah posisi duduk.

" Aku sudah resign dari persatuan geng Mafia." ucapnya lirih, namun tersirat jelas di wajahnya, ia terlihat sangat keberatan.

" Kalau itu berat untuk kamu tinggalkan, kenapa memilih resign?"

" Karena aku ingin menjaga serta melindungi orang-orang yang dekat denganku. Termasuk dirimu," ucap Alvin sambil mengecup pucuk rambutku.

Aku terharu saat Alvin berkata seperti itu. Alasan resignnya dari persatuan geng Mafia yang memberatkannya, aku terima walau aku tahu, banyak orang yang terlindungi olehnya.

" Suamiku," aku memanggilnya. Menggenggam tangannya, hingga kualirkan aliran cinta dari hatiku untuknya.

" Ada apa, hem?" tanya Alvin lembut.

aaaaaa, suaramu lembut sekali.

" Aku ingin kau memelukku," rajukku pada Alvin dengan manja.

Alvin tersenyum, ia mendekat padaku meraih tubuhku agar ikut tertidur di sampingnya lalu memeluk erat tubuhnya. Alvin menciumi setiap lekukan leherku. Aroma harum yang menempel di leherku, nyaris membuat Alvin tak bisa menahan hasratnya.

" Kita tunda dulu ya? Sampai kau benar-benar pulih, baru kita memikirkan masa depan membuat anak-anak yang lucu." Alvin membelai rambutku, menciumnya lalu memelukku erat, sangat erat.

🍁🍁🍁

Jadwal kunjungan chek up mingguan untukku sudah di tentukan. Sekretaris Dave yang mengatur semua urusan diriku dan juga urusan kantor. Ia sangat sigap dan cekatan sekali. Bahkan ia terkesan penurut pada tuannya.

" Nona, jam sepuluh pagi, anda akan melakukan chek up mingguan. Aku sudah mendaftarkannya khusus untukmu. Kapan Anda akan berangkat?" Dave berkata.

" Sepertinya sebentar lagi aku berangkat. Tapi, di mana tuanmu?" aku menyahut dari arah kamar mandi.

" Tuan sedang menyelesaikan urusan di kantor. Ada rapat penting sehingga ia tidak bisa di wakili oleh siapapun, Nona. Tuan menyuruhku untuk mengantarkan Nona." Dave menjelaskannya.

Hening.

Tak ada suara respon dariku.

" Bagaimana Nona? Anda sudah siap?" Dave bertanya lagi. Akan tetapi, tidak ada suara yang menyahut dari dalam kamar mandi. Dave mendekati kamar mandi, di mana aku berada di dalamnya tidak merespon ucapannya tadi.

Dave menggedor-gedor pintu kamar mandi. Berharap aku membuka pintunya. Namun, berkali-kali ia menggedor pintunya, tak ada respon apapun dariku. Dave panik, dan langsung mendobrak pintu kamar mandi.

Dave mencari keberadaanku, hingga kedua matanya terbelalak. Dave terkejut. Ia menemukanku tergeletak di lantai, dan terdapat cairan berwarna merah segar mengalir dari kakiku.

" Nona! Anda kenapa?!" pekik Dave. Dengan cepat, Dave mengangkat tubuh Daisy lalu membawanya ke dalam mobil. Dave melajukan mobilnya dengan cepat. Ia takut terjadi sesuatu pada Nona mudanya.

Saat di rumah sakit ...

Dave berlari sambil menggendong tubuhku, ia berteriak ketakutan sekali. Memanggil petugas yang sedang berlalu lalang di rumah sakit.

" Tolong bantu aku merebahkan nona ke ranjang dorong. Aku akan segera membawanya ke ruang UGD." ujar perawat yang berada di depan halaman rumah sakit.

" Baik, saya akan menelepon tuan Alvin. Tolong periksakan nona Daisy dengan benar. Aku benar-benar takut jika Nona kritis lagi."

" Baiklah,"

Kedua perawat itu membawa tubuhku ke dalam ruangan. Kemudian, mereka menghubungi dokter Frans.

" Ada apalagi ini, Dave? Kenapa nona Daisy bisa pingsan dan mengalami pendarahan?" Dokter berkepala plontos itu bertanya. Ia cukup panik dengan kondisiku sekarang. Darah yang mengalir dari sudut kakiku cukup deras.

" Aku tidak tahu Dokter, saat aku masuk, Nona muda sudah tergeletak di lantai." jelas Dave. Raut wajahnya begitu cemas.

" Baiklah, semoga tidak terjadi apa-apa pada Nona Daisy. Sekarang Anda keluar dulu tuan Dave. Aku akan memeriksa keadaannya."

Dave mengangguk. Ia pun keluar dari ruangan UGD. Menunggu dokter Frans selesai memeriksa nona mudanya. Sambil menunggu tuan Alvin datang ke rumah sakit Medical Utomo.

Dave melihat seorang perawat berlari kearah gudang PMI, lalu kembali dengan empat buah labu berisi darah di tangannya.

" Ada apa, suster? Apa yang terjadi pada Nona?" Dave mendekati perawat itu.

" Pasien mengalami pendarahan lalu ia kekurangan banyak darah, tuan." jelasnya.

Dave sangat terkejut. Ia memundurkan langkah kakinya, hingga tubuhnya membentur dinding rumah sakit.

" Berdoalah, Tuan. Semoga nona muda bisa melewati masa kritisnya." perawat muda itu segera meninggalkan Dave, dan berlari kecil ke dalam ruangan UGD.

Dua jam kemudian,

Alvin datang dari kantor menuju rumah sakit setelah membaca pesan dari Dave yang tidak terhitung jumlahnya. Perasaan Alvin saat ini hanyalah perasaan bersalah yang terus menggerutu di dalam hatinya. Ia berkali-kali mengumpat menyalahkan dirinya karena memilih pekerjaannya di banding isteri tercintanya.

" Dave, apa yang terjadi pada Daisy' ku? Apa ia baik-baik saja?" Alvin yang panik langsung menodongkan pertanyaan yang Dave sendiri pun tidak bisa menjawabnya.

" Nona mengalami pendarahan hebat, Tuan." jawab Dave lirih. Pelan sekali hingga Alvin harus mendekatkan telinganya saat Dave berbicara.

" Bagaimana bisa? Dan apa itu pendarahan? Apa Daisy nekad menyayat kulitnya sehingga ia bisa pendarahan hebat seperti yang kau katakan tadi, hah?!" Alvin geram.

" Tidak tahu Tuan, aku tidak melihat ada luka sayatan di tubuh nona." ujar Dave.

" Jangan katakan kamu memperhatikan tubuh isteriku, hem?!!" hardik Alvin.

Ya ampun tuan, tadi kau menanyakan apa ada luka di tubuh nona? Sekarang malah menuduhku karena memperhatikan tubuh nona muda. Cih! Sungguh picik sekali fikiran Anda.

" Dave, kenapa diam?!" Alvin membentaknya.

" Tidak tuan. Aku tidak berani memperhatikan tubuh nona Daisy." jawabnya tertunduk.

" Baguslah. Jangan sampai ada yang melirik tubuh isteriku." gumamnya.

" Ya, Tuan." ucap Dave.

Akhirnya mereka sama-sama berdiam diri. Tak ada obrolan seperti biasanya setelah Alvin menuduh Dave memperhatikan tubuhku. Alvin benar-benar konyol.

Selang beberapa jam kemudian.

" Tuan Dave, anda di tunggu di ruangan dokter Frans." sahut perawat muda yang tadi membawa labu berisi darah untukku. Ia tidak mengetahui bahwa Alvinku juga berada di samping Dave. Dengan tatapan geramnya.

Kenapa perawat itu sangat ***** sekali?! Bukankah tuan Alvin berada di sini? Kenapa aku yang di suruh masuk. Dave bergumam dalam hati.

" Hei! Aku ini suaminya, bukan Dave!" Alvin membentak perawat muda yang cantik dan sexi itu.

" Maaf tuan, saya tidak tahu." lirihnya, tertunduk. Merasa bersalah.

Habislah kau nona perawat. Setelah ini, Tuan bakalan memecat Anda dari rumah sakit. batin Dave.

Alvin tak menggubris perkataan perawat itu. Ia berjalan sangat cepat menuju ruangan Dokter Frans.

" Ada apa, Dokter Frans? Apa yang terjadi pada istriku? Kenapa ia bisa pendarahan? Dan apa itu pendarahan, Dokter Frans? " Alvin datang lalu masuk ke ruangan dokter Frans. Dan langsung memberikan sederet pertanyaan yang terdengar konyol di telinga dokter Frans.

" Duduklah dulu tuan. Nanti saya jelaskan." jawab dokter Frans, santai.

" Dok, saya tidak bisa sesantai itu saat mengetahui isteri terkapar di rumah sakit." kata Alvin. Tangannya sedikit terkepal di atas meja. Dokter Frans bisa melihatnya.

" Isterimu keguguran, Vin. Ia mengalami pendarahan karena kandungannya lemah. Tapi, tadi aku sudah membersihkan rahimnya dari sisa-sisa kotoran yang menempel di rahim isterimu." Dokter Frans menjelaskan dengan hati-hati. Ia mengetahui jika Alvin tidak akan bisa membenarkan perkataannya jika di rasa Alvin tidak masuk di akal.

" Apa kalian pernah berhubungan badan sebelumnya?" Dokter Frans bertanya.

" Iya, sebelum insiden itu terjadi. Di malam harinya, kami melakukan itu. Apa ia hamil, Dokter?

Dokter Frans mengangguk cepat. Ia menatap Alvin.

" Lalu kenapa Anda tidak memberitahukan aku kalau isteriku mengandung?!"

" Akupun baru mengetahuinya sekarang, Alvin. Di saat dia di bawa ke rumah sakit."

Huft.

Alvin mendengkus kesal. Kedua tangannya terkepal, lalu menggebrak meja. Membuat dokter Frans terkejut. Benar-benar terkejut.

" Lalu bagaimana keadaan Daisy sekarang?" ia lanjut bertanya keadaan Daisy.

" Ia baik-baik saja. Dan jika tubuhnya sudah pulih dalam dua hari ini, Daisy bisa pulang."

" Baiklah, bisakah aku menemui isteriku? Aku sangat rindu padanya."

" Silahkan,"

Sebelum Alvin pergi dari ruangan dokter Frans, Ia menoleh kearah dokter Frans, lalu berkata, " Siapa nama perawat yang kau suruh tadi memanggil Dave?"

Dokter Frans diam. Ia mengingat perawat yang di maksud Alvin.

Kemudian.

" Oh, kalau tidak salah namanya Ganisa. Memangnya kenapa? Kau menyukainya bukan? Jika ya, aku bisa menghubungi kedua orangtuanya agar kau bisa cepat-cepat melamarnya." kata Dokter Frans, nyeleneh dan amat konyol.

" Bisa-bisanya aku berfikir untuk mendua di saat Daisy' ku terkapar di rumah sakit." Sahut Alvin, geram.

" Lalu mau apa kau menanyakan perawat itu, jika tidak ada maksud untuk di nikahi?" kini kebingungan menjalar di otak dokter berkepala plontos itu.

" Pecat dia!"

" Memecatnya? Dia salah apa padamu, Alvin?" tanya Dokter Frans, sambil menekan-nekan pelipisnya.

" Kerjanya tidak becus! Aku suaminya, tapi malah menyuruh sekretaris Dave yang masuk ke ruanganmu. Dia kira, Dave suami Daisy?! Cih! Memalukan!" ujar Alvin menggebu-gebu.

Dasar Alvin konyol! Aku yang menyuruhnya memanggil Dave, karena kufikir kamu belum datang. Tahu kalau kamu sudah datang, aku pasti menyuruhnya memanggil dirimu ke ruanganku. Batin Dokter Frans.

" Kenapa Anda diam, Dokter? Anda tidak berani memecatnya?!"

" Eeh, baiklah aku akan memecatnya." ujar Dokter Frans terbata-bata.

" Baguslah. Aku tunggu kabarnya. Permisi."

Dokter Frans hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah Alvin, ponakannya sendiri bertindak gegabah seperti itu.

Dasar pria konyol.

Kemudian Alvin pergi berlalu meninggalkan dokter Frans. Berjalan cepat melangkah kan kakinya menuju ruangan di mana aku di rawat.

🍁🍁🍁

Alvin berada di sampingku. Ia membelai lembut rambutku. Mengusap airmataku yang terus mengalir dari kedua mataku. Terdengar isakan dari bibirku. Ia pasti tahu bahwa aku pasti terpukul karena kehilangan janin di kandungannya.

" Sudahlah sayang, jangan bersedih. Aku tidak akan marah ataupun kecewa atas kehendak- Nya. Kita hanya bisa mensyukuri nikmat yang diberikan Allah subhanahu wata'ala. Sabar ya sayang, " Alvin berusaha menghiburku.

" Kau tidak akan tahu rasanya kehilangan sesuatu yang berharga. Rasanya sakit sekali," ucapku lirih. Sambil terisak menahan tangis.

Alvin meraih pundakku, ia membalikkan badanku agar posisi tidurnya menghadap dirinya yang duduk di samping ranjang.

" Istriku janganlah menangis. Kita akan bikin lagi nanti. Kita buat sama-sama lagi ya? Buat yang banyak." Alvin menghiburku.

" Kenapa harus banyak? Dua anak pun sudah cukup." Aku menggerutu.

" Rumahku kan besar sayang. Jadi jika dua anak saja, pasti tidak akan ramai."

" Memangnya mau buat berapa?" tanyaku polos. Jadi lupa, aku sedang bersedih.

" Eeem," Alvin berfikir sejenak. " Dua puluh," bisik Alvin.

" Aaaaaa, kenapa banyak sekali? Aku tidak akan kuat mengandung dan melahirkan terus menerus, sayang." lagi-lagi aku menggerutu, mencubit pipi suamiku. Alvin tertawa riang. Akupun sama.

Alvin menatapku. Ia menggenggam kedua tanganku. Lalu menciumi kedua punggung tanganku. Dengan lembut dan penuh kehangatan.

" Aku tidak akan menuntut banyak darimu sayang. Jika Tuhan belum menghendaki kita memiliki keturunan, tak apa. Aku ikhlas. Dan aku tidak akan menuntutmu harus memiliki seorang anak. Bagiku, cukup dengan kehadiranmu di sisiku, di sampingku hingga maut memisahkan cinta kita, aku akan tetap setia padamu, Sayang." kata-kata Alvin bagaikan penyemangat buatku. Aku serasa punya kekuatan baru saat mendengar perkataannya tadi. Sungguh, aku benar-benar terharu sekali.

Ya Tuhan, jika memang aku di takdirkan tidak memiliki seorang anak untuknya. Maka jangan pisahkan hubungan kami. Karena aku tidak akan sanggup berpisah dari suamiku, Tuan Alvin Media Utomo.

Aku mendekap tangan suamiku. Mendekapnya erat, erat sekali.

Bersambung ....

🍁🍁🍁

Terpopuler

Comments

Bunda Saputri

Bunda Saputri

Aamiinn yaa robbal alaamiinn

2020-09-22

3

lihat semua
Episodes
1 Kisah Daisy.
2 Bukan Pernikahan Impian
3 Bukan Pernikahan Impian 2.
4 Pernikahan dimulai.
5 Alvin Media Utomo
6 Perjanjian pernikahan
7 Siapa di Sana?
8 Kelucuan di meja makan.
9 Hujan
10 Hati siapakah ini?
11 Kejutan.
12 Kejutan part 2.
13 Pengejaran mafia Rasya. ( 21+ ).
14 Luka.
15 Luka 2.
16 Perjalanan jauh.
17 Kebaikan Alvin
18 Keguguran.
19 Mawar Hanafi
20 Klarifikasi hubunganku.
21 Mawar Hanafi part 2.
22 Hal yang mendebarkan
23 Tragedi Pembalut.
24 Anisa dan pembalut.
25 Mencari wanita pembalut.
26 Tragedi Pembalut.
27 Terlambat.
28 Salah Tingkah.
29 Perkenalan dengan gadis cantik.
30 Kenapa, tragis?
31 Mawar Hanafi part 3
32 Permintaan maaf.
33 The end
34 Beauty and the Beast season 2.
35 Mengidam buah mangga.
36 Tragedi buah mangga.
37 Kisah Dave.
38 Pengkhianatan.
39 Terperangkap
40 kisah
41 Rencana kedua.
42 Dave murka.
43 Aisyah.
44 Pencairan Aisyah.
45 Penelusuran nyonya Liem.
46 Kabur.
47 Pengejaran mencari Daisy dan Aisyah.
48 Pencarian Daisy dan Aisyah.
49 Pertemuan dengan seseorang.
50 Penggerebekan.
51 Berujung tragis.
52 Belahan Jiwa.
53 Kelakuan konyol Dave.
54 Gadis misterius.
55 Pertemuan.
56 Pertemuan kedua
57 Pertemuan ketiga
58 Pengakuan.
59 Siapa dia.
60 Kepergian Kayra.
61 Romantisnya Alvin
62 Kayra.
63 Kayra 2.
64 Sebuah perjalanan panjang.
65 Pijat memijat.
66 Sosok Gara.
67 Perasaan bimbang.
68 Kayra dan Dave.
69 Pernyataan Cinta Dave.
70 Siapa dia?
71 Akhir Kisah Dave.
Episodes

Updated 71 Episodes

1
Kisah Daisy.
2
Bukan Pernikahan Impian
3
Bukan Pernikahan Impian 2.
4
Pernikahan dimulai.
5
Alvin Media Utomo
6
Perjanjian pernikahan
7
Siapa di Sana?
8
Kelucuan di meja makan.
9
Hujan
10
Hati siapakah ini?
11
Kejutan.
12
Kejutan part 2.
13
Pengejaran mafia Rasya. ( 21+ ).
14
Luka.
15
Luka 2.
16
Perjalanan jauh.
17
Kebaikan Alvin
18
Keguguran.
19
Mawar Hanafi
20
Klarifikasi hubunganku.
21
Mawar Hanafi part 2.
22
Hal yang mendebarkan
23
Tragedi Pembalut.
24
Anisa dan pembalut.
25
Mencari wanita pembalut.
26
Tragedi Pembalut.
27
Terlambat.
28
Salah Tingkah.
29
Perkenalan dengan gadis cantik.
30
Kenapa, tragis?
31
Mawar Hanafi part 3
32
Permintaan maaf.
33
The end
34
Beauty and the Beast season 2.
35
Mengidam buah mangga.
36
Tragedi buah mangga.
37
Kisah Dave.
38
Pengkhianatan.
39
Terperangkap
40
kisah
41
Rencana kedua.
42
Dave murka.
43
Aisyah.
44
Pencairan Aisyah.
45
Penelusuran nyonya Liem.
46
Kabur.
47
Pengejaran mencari Daisy dan Aisyah.
48
Pencarian Daisy dan Aisyah.
49
Pertemuan dengan seseorang.
50
Penggerebekan.
51
Berujung tragis.
52
Belahan Jiwa.
53
Kelakuan konyol Dave.
54
Gadis misterius.
55
Pertemuan.
56
Pertemuan kedua
57
Pertemuan ketiga
58
Pengakuan.
59
Siapa dia.
60
Kepergian Kayra.
61
Romantisnya Alvin
62
Kayra.
63
Kayra 2.
64
Sebuah perjalanan panjang.
65
Pijat memijat.
66
Sosok Gara.
67
Perasaan bimbang.
68
Kayra dan Dave.
69
Pernyataan Cinta Dave.
70
Siapa dia?
71
Akhir Kisah Dave.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!