Hari ini, cuaca diluar cukup terik. Sinar matahari berusaha masuk melalui celah-celah jendela kamar. Alvin membuka jendela, lalu menghirup udara segar di pagi hari. Dengan perasaan bahagia yang teramat sangat.
Ia melirik kearahku yang sudah siuman sejak pukul enam pagi. Kusunggingkan senyuman manisku untuknya karena dia bersikap manis terhadapku. Bahkan, disaat aku sedang kritis pun dia yang sangat mengkhawatirkan aku.
" Sayang, kau ingin sesuatu hari ini?" ucapnya lembut. Sambil mengecup kedua pipiku. Penuh dengan cinta.
Aku menggeleng, " tidak, tuan. Aku belum lapar."
Mendengar kata ' Tuan ' saat aku memanggilnya dengan sebutan itu, Alvin langsung merajuk. Alvin menekuk wajahnya, bibirnya mengerucut, terlihat Lucu sekali.
" Sudah aku bilang, jangan memanggilku dengan sebutan tuan! Aku tidak suka jika kau mengatakan itu lagi, oke?!" Alvin menegurku. Ia menyentil bibirku berkali-kali. Aku hanya bisa meringis kesakitan namun, hatiku bahagia.
" Panggil aku dengan sebutan suamiku, atau sayangku, atau Alvinku, atau kesayanganku. Tapi, jangan lagi memanggilku Tuan! Jika masih memanggilku tuan, aku akan ...,"
" Akan apa?" aku bertanya, pura-pura polos. Padahal emang benar aku tidak tahu.
Alvin langsung mengecup bibirku dengan lembut. Aku terkejut.
" Tuan," desisku. Alvin mengecup bibirku lagi.
" Jangan tuan! Nanti ada yang melihat, aku malu." tuturku. Lagi, Alvin berkali-kali mengecupnya tanpa henti, kecuali aku memanggilnya sayang.
Alvin meraih tengkuk leherku, mengecup bibirku terus. Kemudian matanya menatap mataku yang tengah menatap wajahnya.
" Bibirmu manis, sayang." ucapnya pelan, terdengar di telingaku.
Aduh, jangan sampai jantung ini berhenti berdetak. Aku bisa-bisa terbang melayang ke angkasa raya, akibat kata-kata manis yang Alvin ucapkan padaku.
" Tuan," aku mendesis. Mendorong tubuhnya hingga terdorong beberapa senti dari tubuhku.
" Kau sangat nakal, sayang. Kau pun sangat menggodaku." ujar Alvin.
Aku tertunduk, karena malu.
Lalu .
" Ehem! Ini rumah sakit. Kondisikan nafsumu, tuan Alvin!" dokter Frans tiba-tiba datang ke dalam ruangan di mana aku dan Alvin sedang bermesraan. Dokter Frans tersenyum sambil menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku konyol Alvin.
" Minggir, aku akan mengecek kondisi terakhir Daisy!" dokter Frans mendekatiku, kemudian mendorong tubuh Alvin, hingga menjauh dari posisiku yang sedang duduk bersandar.
" Jika suamimu berlaku kasar lagi padamu. Beritahu aku ya? Nanti aku yang akan menghajarnya habis-habisan." Dokter Frans membuka percakapan. Ia memeriksa keadaanku saat ini.
Aku mengangguk pelan. Kondisiku sudah membaik, hanya saja tubuhku masih dalam kondisi lemah. Dan jantungku masih terasa sakit jika terlalu banyak bergerak.
" Baiklah, kondisimu sudah normal semuanya. Tinggal jaga kondisi badanmu saja. Jangan terlalu capek ya? Dan kau Alvin," Dokter Frans menunjuk kearah di mana Alvin berada.
" Aku Dokter?" Alvin menunjuk dirinya sendiri.
" Ya, kamu." sahut dokter Frans. Dengan tatapan devil.
" Jangan sekali-sekali menyakiti perasaan isteri tersayangmu lagi. Jagalah perasaannya hingga ia merasakan bahwa kau benar-benar amat sangat mencintainya. Jika tidak,"
" Jika tidak apa itu?"
" Aku akan menjadikannya isteriku yang kedua." sahut dokter Frans, lalu melenggangkan langkah kakinya menuju luar ruangan VIP.
Alvin melongo, ia terkejut saat Dokter Frans mengatakan itu padanya.
" Dasar Dokter gila,!" umpat Alvin, ia terus menggerutu. Lagi-lagi aku di buatnya tersenyum bahagia.
🍁🍁🍁
" Aku tidak bisa pulang bersamamu, paman Ben. Aku akan pulang dengan suamiku, Alvin." Aku menolak permintaan paman Ben untuk segera pulang ke rumah besar paman.
" Kenapa! Apa kau takut kalau paman mau menyiksa kamu lagi, hah?!" bibi May, menimpali.
" Bukan begitu bibi, aku ini sudah menjadi isteri sah tuan Alvin, mana mungkin aku pergi meninggalkannya sendiri? Aku akan berdosa nanti." aku menjelaskan pada paman dan bibiku.
" Lebih berdosa lagi, jika kami membiarkanmu di siksa oleh tuan Alvin." sahut paman Ben, sambil mengepak semua perlengkapan bajuku.
" Paman, bisakah kalian diam dan berfikirlah jernih. Untuk sekarang, aku adalah isteri tuan Alvin Media Utomo. Aku tidak bisa sembarangan pergi dari rumahnya." aku masih menolaknya.
" Baiklah, kalau begitu paman memberikannya kesempatan kedua, jika ia gagal, maka paman yang membawa paksa dirimu."
Aku mengangguk pelan, " hem," jawabku singkat.
Kemudian, paman dan bibiku mencium keningku secara bergantian. Lalu memohon undur diri, karena ada acara yang penting.
🍁🍁🍁
Tiga hari kemudian.
Siang ini, aku di perbolehkan pulang dari rumah sakit. Akhirnya penantianku selama hampir satu bulan penuh di rumah sakit yang menjenuhkan itu, kini bisa pulang meninggalkan rumah sakit yang aromanya saja aku tidak suka.
Jujur saja, aku memang benci rumah sakit. Dengan alasan yang paling aku ingat, yaitu menyaksikan kedua orangtuaku menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit. Namun, semenjak Alvin yang selalu menemaniku, aku merasa nyaman dan melupakan kejadian empat tahun yang lalu. Di kota Cianjur.
Alvin yang saat itu mengetahui jadwal kepulanganku, ia sengaja untuk meminta cuti lebih panjang. Dan semua tugas yang ada di kantornya, dia serahkan pada Dave. Orang kepercayaan Alvin.
" Sayang, nanti saat di rumah, jika butuh sesuatu katakan saja ya? Aku selalu ada untuk selama dua puluh empat jam penuh." Alvin berkata dengan semangat empat enamnya.
Sorot matanya memancarkan aura positif sehingga tampaklah senyuman di bibir merahnya.
" Kau siap, Hunny?" Alvin berkata lagi. Lalu, ia menggendong tubuhku dari dalam ruangan hingga ke tempat parkiran mobil.
Hari ini Alvin benar-benar memanjakan aku. Ia rela menggendong tubuhku lalu membawanya hingga ke halaman rumah sakit di mana mobil sudah terparkir.
Semua mata tertuju pada tingkah laku Alvin yang konyol itu. Aku malu. Wajahku memerah menahan malu saat Alvin menggendong tubuhku.
Kutatap kedua mata indah nan tajam seperti mata elang milik Alvin. Ada semburat perasaan cinta untukku saat ia membawa tubuhku dengan cara menggendongku.
Aah, Alvin. Aku jatuh cinta lagi padamu. Jangan kau buat hati ini berbunga. Cukup tunjukan perhatianmu tapi, jangan terlalu berlebihan. Aku takut terjatuh, rasanya itu amat menyakitkan hatiku.
" Baiklah, kita sudah sampai parkiran mobil. Sekarang, kita pulang ke rumah, oke?" tutur Alvin sambil mengedipkan kedua matanya berkali-kali, ia menggodaku. Sehingga aku di buatnya tersenyum.
" Kau cantik sekali Daisy, aku mencintaimu. " ujarnya, lalu mengecup bibirku lagi.
" Sayaaang," aku merajuk, menolak kecupannya menggunakan tanganku.
" Nah, karena kamu memanggilku sayang. Maka, akan aku lakukan hal yang gila saat kita berada di rumah nanti. Lebih tepatnya di ranjang cinta kita," Alvin menggoda. Ia kedipkan lagi matanya.
" Terserah, Anda deh." desisku, aku mendengkus sebal. Membuat Alvin tertawa bahagia.
🍁🍁🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Nina Rochaeny
ngerasain digendong wkt pingsan 🤭😂
2021-03-20
1
Armisyah1
aku gak pernah lho di gendong ala bridal style dari kurus sampai sakarang gendut🤦
2020-10-16
1
Tatik Purwati
pangen digendong jg😁🤭
2020-10-14
1