Setelah aku selesai sarapan pagi. Aku berinisiatif berkeliling di rumah Alvin yang besar ini. Kemarin ketika aku sampai di sini. Aku melihat ada taman bunga yang menarik pandanganku. Kulangkahkan kedua kakiku menuju taman. Bunga-bunga di taman itu beraneka macam warnanya. Kuakui senang tinggal lebih lama di sini, karena banyak sekali jenis bunga yang sedang bermekaran di taman ini. Terlebih lagi, aku menyukai bunga mawar merah. Aroma serta warnanya yang sangat memikat, membuatku jatuh hati pada mawar merah.
Kusirami semua tanaman bunga yang ada di taman tanpa terkecuali. Kupetik beberapa tangkai bunga mawar merah untuk kupajang di ruang tamu agar tidak terlalu monoton dan lebih terlihat fresh saja.
Setelah selesai menyiram tanaman dan memetik beberapa tangkai, aku pun meninggalkan taman dan berniat kembali berkeliling rumah baruku.
Akan tetapi, baru lima langkah aku berjalan. Aku melihat dua orang pelayan sedang membawa nampan berisi makanan, minuman, dan beberapa botol berisi obat.
Kedua pelayan itu berjalan pelan dan mereka menuju ruang terlarang yang pernah Dave ceritakan padaku. "Tidak ada yang boleh masuk ke dalam ruang terlarang! Dengan alasan apa pun. Jika ada yang berani masuk, bisa dipastikan tidak bisa keluar lagi dalam keadaan utuh."
Sebagai makhluk hidup yang memiliki jiwa sosial tinggi, aku harus mencegah mereka untuk masuk ke dalam ruangan itu. Aku tidak mau mereka masuk, tetapi tidak bisa keluar lagi dari sana.
"Hei, tunggu! Kalian mau ke mana? Jangan ke sana!" Aku berteriak kencang memanggil kedua pelayan itu, sehingga mereka terkejut saat melihatku berada di hadapan mereka.
"Tuan Dave menyuruh kami mengantarkan ini, Nona," jawab pelayan bertubuh tinggi. Tampak jelas di wajahnya seperti menyembunyikan sesuatu dariku.
"Dave sakit? Bukankah itu ruang terlarang ya?"
"Iya, Nona. Eh, tidak! Sebenarnya ini untuk ...." Pelayan bertubuh jangkung itu terbata-bata. Dia masih terlihat kaku dan gugup.
Aku yakin, di dalam ruangan itu, terdapat sebuah rahasia yang sangat besar. Rahasia yang tidak boleh orang asing tahu. Apa mungkin, pemilik rumah ini melakukan pesugihan? Bisa saja 'kan begitu? Mungkin kekayaannya ini didapatkan dari hasil pesugihan dan kalau ketahuan sama orang asing macam diriku, bisa-bisa jin-nya marah dan membatalkan perjanjian pesugihan.
Eh, Kenapa jadi berpikiran yang aneh-aneh. Tidak mungkin juga mereka 'nyegik'. Mereka itukan orang kota, yang pastinya tidak akan percaya hal mistis. Aduh, Daisy ... pikiranmu itu ... kondisikan!
"Sudah saya bilang, jauhi Nona Muda!" Seseorang berkata seperti mengumpat pada dua pelayan yang kuajak berbicara. Seseorang itu ternyata tidak lain adalah Dave. Si Pria Kulkas yang tidak punya selera humor tinggi. Bisanya cuma mengumpat, mengancam, membunuh dan lain-lain.
"Maaf, Tuan. Nona Muda hanya ingin tahu keadaan Tuan Dave," jawab mereka serempak.
"Saya? Memangnya saya kenapa?" tanya Dave. Ia tampak terlihat bingung.
"Eh, bukankah kau sedang sakit, Tuan Dave yang terhormat? Kenapa malah balik bertanya, sih?" kataku kemudian bertanya.
Dave menatapku, lalu matanya berpindah menatap wajah kedua pelayan yang masih berdiri di sampingku. Mereka seakan-akan memberikan kode pada Dave, hingga akhirnya Dave pun membuka mulutnya dan seakan-akan berkata, "Oke, saya mengerti."
"Ya, saya memang sedang tidak enak badan. Terima kasih sudah membawakan obat serta makanan untuk saya." Akhirnya kalimat itu keluar dari mulut Dave.
Dave berjalan mendekati kedua pelayan itu. Lalu, mengambil nampan berisi makanan dan obat-obatan.
"Dave, tunggu!" Aku segera mendekatinya. Berdiri tepat di depannya. Lalu, memberikan beberapa tangkai bunga mawar merah yang tadi sudah kupetik.
"Ini buat kamu. Tadi aku baru saja memetiknya dari taman."
Dave terdiam. Lalu, dia mengembalikan mawar merah itu pada kedua pelayan yang tadi membawakan nampan untuknya.
"Bunga mawar ini cocoknya untuk kalian. Ambillah, lalu pajang di ruang tamu. Agar ruangan itu lebih terlihat berwarna," katanya sambil merebut nampan di tangan kedua pelayan wanita.
Mulutku menganga melihat aksi penolakan terhadap bunga mawar yang kuberikan padanya secara baik-baik dan percuma.
"Bisa tidak kamu bersikap normal padaku, Tuan Dave yang terhormat?" tanyaku dan langsung dijawab dengan tatapan mata Dave yang tajam.
Setelah nampan itu berhasil diambilnya, Dave pun pergi tanpa berkata-kata lagi. Dave pergi dan ia memasuki ruang terlarang.
"Dasar Batu! Terus aja ketus. Padahal kan aku ingin punya teman berbicara di rumah ini. Bosen tahu, begini lagi-begini lagi. Kalian merasakan gitu enggak?" Aku mencerocos tiada henti. Lalu, mengarah pada kedua pelayan yang masih berdiri sejajar denganku.
"Kalau gitu, kalian saja ya? Kalian mau kan jadi teman curhatku? Mau, ya, mau .... Please ...." Aku memohon seperti orang asing yang memang benar-benar tidak memiliki teman.
Sayangnya, kedua pelayan itu malah pergi juga dari hadapanku. Hasilnya, ya, aku sendirian lagi di rumah mewah yang besar ini.
Huft! Menyebalkan!
****
Tiga puluh hari berlalu.
Aku masih kepikiran mengenai ruangan itu. Kenapa Dave melarang semua orang untuk masuk ke sana? Apa yang ada di dalam ruangan itu? Sampai saat ini, aku belum bisa mendapatkan jawabannya. Mengenai Alvin~suamiku pun tidak pernah ada jawaban yang tepat. Di mana keberadaannya, seperti apa wujudnya, bagaimana sifat dan tabiatnya? Aku sama sekali tidak pernah tahu.
Ingin rasanya aku bahagia karena sampai saat ini, aku mendapatkan fasilitas mewah dari seseorang tanpa mendapatkan keuntungan dariku. Bisa saja kalau lelaki itu bukan Alvin, tentu aku sudah menjadi pemuas nafsunya saja. Toh, aku ini hanyalah seorang pelunas hutang. Sementara Alvin tidak! Sudah hampir satu bulan penuh, dia tidak pernah menampakkan dirinya ke hadapanku. Bahkan, meminta diriku untuk tidur dengannya. Sehingga memunculkan persepsi di otakku, dia itu nyata atau hanya imajinasi mereka?
Otak ini hanya terus memikirkan itu. Tanpa sadar, kaki ini sudah berdiri di depan pintu dari ruangan terlarang. Sebuah pintu yang sangat besar dengan gagang pintu yang sedikit aneh. Mirip sekali dengan yang pernah kulihat saat menonton film kartun Beauty and The Beast.
Rasa gemetar sekaligus gugup, kini kurasakan. Ingin sekali membuka pintu ruangan itu, tetapi di sisi lain, ada sesuatu yang melarangnya untuk membuka gagang pintu.
Akan tetapi, rasa penasaran itu muncul lagi. Dengan tekad yang kuat, kucoba membuka gagang pintu, dan mendorongnya perlahan sehingga pintu pun terbuka.
****
"Hello .... Apa ada orang di dalam sana?" Aku memberanikan diri untuk berbicara saat berada di dalam ruangan terlarang. Kondisi ruangan ini cukup gelap, hanya ada satu atau dua penerangan dan itu pun berasal dari cahaya lilin yang senantiasa berusaha menerangi ruangan yang luasnya hampir setengah dari luas taman bunga.
"Halo. Apa ada orang di si--!!" Kakiku tiba-tiba membentur sesuatu. Seperti bentuk roda, tetapi kecil.
Tunggu! Itu seperti kursi roda. Eh, tunggu dulu! Kenapa kursi roda itu tidak bergerak saat tubuhku menabraknya?
Tiba-tiba saja aku teringat akan ucapan Dave, "Tidak akan ada yang bisa keluar dari ruangan terlarang itu. Bisa masuk, tetapi tidak bisa keluar dengan utuh."
Maksudnya apa? Siapa yang dimaksud Dave? Apa di ruangan ini ada penunggunya? Apa mereka memelihara jin? Kalau memang benar, siapa pun itu tolong aku. Help me please![]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
🌸ReeN🌸
bibi ruth belum pernah keselek sambel ya mulutnya....
2023-01-07
0
..
menarik cerita nya🏃♀️🏃♀️🏃♀️
2020-10-16
2
Pooh
bagus alvin jawaban menohok buat bibinya
2020-10-15
2