Setiap kali aku bersedih dan merindukan papa, aku akan tidur
hingga maghrib datang. Karena di waktu itulah aku mendengarkan suasana yang
sama dengan suasana di desa.
Di kota ini, juga ada suara jangkrik dan kodok. Suara-suara
mereka akan terdengar jelas pada waktu senja datang. Dan aku sangat menyukai
itu…
Sampai waktu akhirnya mempertemukan aku dan dirimu disini,
di kota ini.
Dia begitu baik padaku, sehingga aku yang hina ini
dipertemukan denganmu yang begitu sempurna di mataku.
Aku ingin memberitahumu tentang masa laluku, hanya saja aku
yang belum siap.
Tapi aku janji Iffah, aku akan memberitahukanmu setelah
kepulangan kita dari peresmian Villa nanti. Dan itu, kamu juga pastinya telah
bertemu dengan putriku Milka.
Meski mereka telah berada di depan rumah minimalis, tempat
Iffah dan adiknya menghabiskan waktu beristirahat setelah seharian mengeluarkan
energi di luaran sana. Toni tak hentinya memandangi Iffah yang kala itu masih
berada di sampingnya, di dalam sedan miliknya yang biasa membawa dirinya kemanapun
atas kehendak hatinya.
“Apa kamu akan menghabiskan waktu Maghribmu di dalam mobilmu
ini saja?.” Iffah memasang wajah jengahnya. “Ayo buka pintunya, aku sudah ingin
keluar dari sini. Memandangi wajahku tidak akan mengurangi rindumu.” Gerutu
Iffah seraya menggoyangkan gagang pintu mobil di sampingnya yang belum dibuka
Toni.
Toni menyeringai melihat tingkah Iffah yang ambekan,
kemudian menekan tombol otomatis pembuka pintu.
“Ayo masuklah dulu, Maghrib disini saja. Waktu Maghrib
begitu singkat.” Ajak Iffah dan disauti anggukan dan senyuman Toni yang terlihat menyenangkan.
Mereka benar-benar terlihat serasi. Sepasang pemuda yang
seperti baru saja merasakan jatuh cinta pada pandangan pertama terhadap
pasangannya.
*****
“Assalamu’alaikum…” Toni melangkah dengan cepat seolah
terlihat berlari menuju ruang keluarga tempat Nenek, Bibi dan Omnya itu
berkumpul. Terdengar dari sana mereka menyauti salam Toni.
“Neneeeek.” Serunya seraya memeluk dan menghujani pipi
kenyal wanita tua itu dengan kecupannya yang banyak.
“Hey,,, hey,,, heeeeey… Ada apa ini?.” Tanya Nenek dari balik kejenuhannya diciumi Toni.
Bobi dan Chellin hanya memandang heran bercampur bingung
melihat tingkah Toni yang berubah seperti anak kecil.
“Toni mau Tanya,,,” Dia menggantung ucapannya sehingga
membuat mereka bertiga terbengong menunggu. Dan karena dia tau, dia sengaja
menyeringai sambil cekikikan.
“Dasar, anak ini. Sengaja mengerjai kami yang sudah tua.”
Gerutu Bobi. “Cepat katakana, kamu mau Tanya apa hah?.”
“Hehehe… Kapan waktu yang cocok Toni melamar Iffah.” Toni
terlihat berbinar menyampaikan keinginannya itu.
“Apa Bibi tidak salah dengar nak? Kamu mau melamar Iffah?.”
Ulang Chellin seakan tidak percaya.
Toni mengangguk antusias sembari duduk diantara Bibi dan
Omnya itu. “Bagaimana Om?, Bi?” Dia menoleh kearah pasangan suami istri itu
secara bergantian.
“Saran Bibi secepatnya sih nak. Biar rumah kita bertambah
ramai, apalagi Iffah juga punya satu orang adik laki-laki, bukan?.” Saran
Chellin begitu cepat.
“Iya Sayang, Nenek sudah tidak sabar melihat kamu punya
istri dan berkeluarga.” Timpal Neneknya seakan menyetujui saran dari Chellin.
“Kalau menurut Om Bobi bagaimana?.” Toni menoleh kearah Bobi
meminta saran lelaki yang sudah dianggapnya kepala rumah tangga sekaligus
ayahnya itu.
“Om sangat setuju sekali, Nak. Tapi, apa kamu sudah
memberitahukan tentang Milka terhadapnya?.” Toni terlihat menekukkan wajahnya
sesaat sebelum menggeleng sendu.
“Om tau, seberapapun besarnya cintamu terhadap Iffah. Tidak
akan mengalahkan rasa sayangmu kepada Milka. Om juga tidak meragukan ketulusan
dan sikap baiknya Iffah. Tapi Iffah berhak tau terlebih dahulu sebelum kamu
melangkah lebih jauh bersamanya nak.” Tutur Bobi meyakinkannya.
Chellin dan Nenek tampak terdiam, dalam hati merekapun
seakan membenarkan penuturan Bobi yang begitu bijak menasehati Toni dengan
persis seperti sesosok ayah terhadap putra kandungnya.
“Toni memang sudah memikirkan itu Om. Dan Toni akan
memberitahukan semuanya kepada Iffah setelah kepulangan kami dari peresmian
Villa di desa. Toni hanya tidak ingin menyakiti Iffah Om. Iffah juga memiliki
masa lalu buruk, bahkan sangat menyedihkan.” Ujar Toni lirih dan terasa berat.
“Masa lalu apa sayang?.” Tanya Chellin yang diikuti
pandangan Bobi dan Neneknya kearah dirinya yang tertegun.
Toni menyatukan kedua telapak tangannya sejajar dengan
lututnya. Dia menghela nafasnya dengan berat. “Iffah hidup di luar ingatan masa
lalunya om.” Keluarganya tercengang mendengar pernyataan Toni.
“Maksud kamu…” Bobi tidak melanjutkan ucapannya.
Toni mengangguk seolah mengerti arah dari perkataan Bobi
yang menggantung. “Iya Om. Iffah mengalami amnesia, dia kehilangan ingatan di masa
lalunya termasuk melupakan suaminya yang tewas pasca kecelakaan menimpa mereka
berdua seusai pernikahan mereka yang baru saja berlangsung. “ Keluarga Toni semakin tercengang
mendengar kenyataan kondisi Iffah yang mereka kenal. “Ghali, adiknya Iffah
sendiri yang sudah menceritakan semuanya kepada Toni. Dia meminta Toni agar merahasiakan
semuanya dari Iffah. Karena jika dia dipaksa kembali mengingat masa lalunya, maka hal
buruk akan menimpa dirinya. Bahkan kematian.
Arjuna, nama lelaki yang disebutnya kala malam itu merupakan
nama suaminya sendiri.” Toni terlihat bingung seketika.
“Apa mungkin jika nanti Iffah mengingat masa lalunya lagi,
dia akan pergi dari Toni?.” Tanyanjya lirih. Tampak sekali kegusaran dari raut
wajahnya.
“Apa kamu percaya kepada-Nya? Dia yang mempertemukanmu dengan
Iffah?.” Bobi merangkul pundak Toni seraya mencuri pandangan Toni yang mengarah
ke bawah.
“Toni percaya Om.” Sautnya yakin.
“Kalau begitu, mintalah kepada-Nya dengan sangat, Nak.
Memohonlah pada-Nya di pertiga malammu. Jika Iffah baik untukmu dan keluargamu,
maka Iffah akan tetap bersamamu selamanya.” Nenek dan Bibinya mengangguk seraya
tersenyum menyemangati dirinya yang tampak berputus asa.
Ya, begitulah keluarga. Keluarga diibaratkan sebatang tubuh.
Jika satu sakit, maka yang lainnya akan merasakan sakit pula. Dan Toni
benar-benar mendapatkan tubuhnya yang utuh dari keluarga barunya itu.
.
.
.
.
.
HALO TEMAN2 SEMUA, TERIMAKASIH MASIH SETIA MENGIKUTI RADETSA SAMPAI KE TIRAI MASA LALU INI.
DAN SEPERTI BIASA, RADETSA AKAN TERUS BUAT KALIAN SEMUA PENASARAN. TAPI JANGAN BERBURUK SANGKA DULU YA SEBELUM MEMBACA.
TAK BACA MAKA TAK TAU, MAKANYA BACA DULU BIAR TAU,,, HEHE
CTT: RADETSA TIDAK MEMAKSA SIAPAPUN UNTUK MEMBACA KARYA RADETSA. TETAPI RADETSA BERHARAP SIAPAPUN MAU DAN BERKENAN MEMBACANYA.
RADETSA JUGA TIDAK BERHARAP DIPUJI. TETAPI RADETSA MEMBUTUHKAN PUJIAN, KARENA PUJIAN ITU SANGAT DIPERLUKAN UNTUK MEMBANGUN, MEMOTIVASI, DAN BANYAK HAL POSITIF LAINNYA. SAMA HALNYA DENGAN KRITIKAN, SARAN DAN MASUKAN.
EEEIIITSSS, TAPI BUKAN CELAAN YA
SALAM SATU LAYAR:>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Alce Lala
penasaran gaesss.. outhor yg ceritanya hebat
2023-01-26
1
Suryani
selamat berkarya buat autornya, ceritanya bagus walau masih tipo2 dikit tapi harus dibenahi, karena dalam arti yg berbeda dlm bacaannya
semangat terus pokok'e buat autornya
walau Q bacanya telat tapi suka ceritanya keren lah
2022-02-28
1
Rahayu
baca berulang× tak pernah bosen masih ajah terbawaperasaan
2021-08-07
1