Toni mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, namun sama sekali belum tercipta suara diantara mereka sedari tadi. Sesaat, jemarinya yang panjang bergerak mengotak-atik head mobil dan menyetel lagu untuk memecahkan suasana canggung diantara mereka.
Alunan demi alunan terdengar memecahkan suasana sepi, kepala Iffahpun terlihat mengangguk-angguk mengikuti nada musik yang disetel Toni.
"Kamu menyukainya?." Toni mengalah, dia mencoba memulai pembicaraan diantara mereka.
"Lagunya bagus, penuh makna, dan tidak melow juga. Saya suka pak..." Jawabnya dengan formal.
"Aku belum terlalu tua, bisakah kamu memanggilku dengan sebutan nama saja jika sedang berada di luar kantor seperti ini?. Bukankah kamu sudah tau nama saya?." Ujar Toni sedikit ketus.
"Maaf pak, eh...
"Maaf pak, saya benar-benar merasa tidak enak." Saut Iffah dengan sungkan.
"Baiklah, terserah kamu..." Balas Toni acuh.
"Pak..."
"Tidak usah bicara kepada saya di luar kantor jika memanggil saya dengan sebutan bapak." Potong Toni dengan cueknya.
"Tapiii." Iffah benar-benar dibuat salah tingkah oleh cara Toni dalam menyikapinya.
"Saya rasa kamu sudah cukup mengerti." Lagi, Toni semakin memasang wajah ketus namun tidak sedikitpun menoleh ke arah Iffah. Dia terus seolah fokus mengendarai mobilnya.
"Baiklah, ANTONI..." Iffah memulai dengan suara yang bergetar. "Saya mau mengucapkan terimakasih, kalau tidak ada kamu saya tidak akan tau apa yang akan menimpa diri saya tadi." Iffah seakan mengenang kembali kejadian dirinya yang hampir ditabrak oleh sebuah sedan sore tadi.
"Tidak masalah, lain kali jika menyeberang itu lihat-lihat dulu. Saya atau siapapun tidak akan selalu bisa terus-terusan menyelamatkannmu." Tutur Toni dingin. Iffah hanya menunduk membenarkan ucapan Toni.
"Disana ada persimpangan, rumahmu mengarah kemana?." Tanya Toni tanpa menoleh.
"Oh, kanan." Jawab Iffah singkat.
"Apa suamimu sudah pulang?." Pertanyaan Toni seakan memastikan kekeliruannya yang belum sempat terjawab.
Iffah tidak menyautinya, dia hanya berusaha menyembunyikan kejengkelannya yang terlukis jelas di wajahnya saat itu. "Nah, itu rumah saya pak." Tunjuknya ke sebuah rumah kontrakan keluarga yang terlihat minimalis dan begitu adem.
Toni membelokkan stirnya ke arah yang ditunjuk Iffah.
Sepertinya Ghali sudah pulang, kenapa dia belum memasukkan motornya? apa dia mengkhawatirkanku saat ini? ~ Berbagai pertanyaan bermunculan di benak Iffah. Rasa bersalahnya terhadap Ghali, membuatnya terlihat gusar.
"Apa kamu takut suamimu bakal marah?." Toni mengamati kegelisahan di wajah Iffah melalui spion di atas bagian depannya. Iffah hanya menoleh ke arahnya tanpa menjawab.
"Ya sudah, turunlah terlebih dahulu. Saya akan bantu menjelaskannya kepada suamimu." Tutur Toni kembali bersikap dingin.
"Tidak perlu pak," Cegat Iffah cepat. "M-Maksud saya, Antoni... saya bisa sendiri. Lagian sudah terlalu larut, kamu pulanglah."
"Saya merasa diri saya tidak bertanggung jawab jika tidak ikut menjelaskan kebenarannya kepada suamimu, jadi saya mohon, jangan cegah niat baik saya." Pinta Toni dengan raut yang masih sama dinginnya.
"Baiklah, saya turun." Iffah akhirnya menurut.
Belum saja Iffah sempat masuk ke rumah minimalis itu, Ghali sudah tampak keluar menyongsongnya dengan mengenggam kunci motor sportnya yang terparkir tak beraturan di teras rumah itu.
"Assalamu'alaikum..." Ucap Iffah kepada Ghali yang sedikit tercengang.
"Wa'alaikumussalam, kak Iffah?." Saut Ghali mulai berbinar. "Yaa Allah kak, kakak kemana saja? Nomor kakak juga tidak aktif sedari tadi, Ghali khawatir loh..." Ujarnya dengan jujur, terlihat sekali dari wajahnya yang kusam.
"Kakak?." Dahi Toni mengkerut mendengar lelaki yang dipikirnya suami Iffah memanggili gadis itu dengan sebutan kakak.
"Iya betul, jika suami saya yang kamu maksud adalah Ghali, maka kamu salah. Ghali ini adalah adik saya." Iffah menyauti keterkejutan Toni. "Dan lagian saya belum pernah menikah pak." Ghali menoleh cepat ke arah Iffah setelah mendengar pernyataannya yang terakhir.
"Oh maaf, tapi siapa Arjuna?." Toni semakin tidak ingin kehilangan kesempatan untuk menanyai status gadis yang membuatnya terus-terusan berdebar jika bertemu. Sementara Ghali menoleh ke arahnya dengan tegang.
"Arjuna...?" Iffah ikut terlihat bingung dengan pertanyaaa Toni. "Siapa lagi Arjuna?."
"Maaf pak, kakak saya pasti kelelahan. Sebaiknya Anda pulang saja." Ghali seakan mencoba membuat kakaknya melupakan pertanyaan Toni tentang siapa Arjuna.
"Baiklah, saya permisi. Assalamu'alaikum..." Pamit Toni.
"Wa'alaikumussalam..." Saut mereka hampir bersamaan.
Ghali memopong Iffah agar segera masuk ke dalam rumah mereka. Dan begitu pula Toni, dia bergerak hendak meninggalkan teras rumah Iffah hendak kembali ke dalam mobilnya. Baru beberapa langkah, kaki Toni terhenti. Entah kenapa, begitu besar keinginannya untuk menoleh kembali. Dan hal yang sama dilakukan Iffah, dia menghentikan langkahnya dan menoleh kembali ke arah Toni.
Sesaat, terjadilah adu pandang diantara mereka sebelum Ghali menarik bahunya lagi dengan lembut.
.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Tian Siregar
ikit baa aja lah terus . bingung mau komen apa 😁😁
2021-04-20
1
Halimah Chaniago Auteugh
apa saat ini iffa amnesia
dan arjuna masa lalunya?
2021-02-17
2
Kris Woro
apakah iffah hilang ingatan ?????
2021-01-27
2