Pagi itu di kediaman Zulherman.
Toni tampak telah rapi dengan stelan kantornya. Berkali-kali dia mengubah gaya dan mimik wajahnya di depan kaca yang dapat mengcopy tubuhnya dari ubun-ubun hingga ke ujung sepatu kulit yang dikenakannya itu.
Terkadang dia terlihat muak sendiri dan mengocehkan sesuatu di depan cermin itu.
Dan sesekali dia mengusap kasar wajahnya yang dia pikir tidak bisa diajak untuk kompromi.
"Istighfar Ton, Istighfar... Astaghfirullahal'azhiim... Kenapa sih ni hati, nanti semua orang malah mempertanyakan ada masalah apa lagi!!!." Serunya untuk dirinya sendiri.
Takut berlama-lama, akhirnya Toni memutuskan turun ke bawah. Pada tangga terakhir, Toni menghentikan langkah kakinya. Dia mencoba membuat lengkungan di bibirnya yang tidak terlalu tebal itu membentuk senyuman dan baru kemudian melanjutkan langkahnya kembali.
"Pagi nek." Toni menciumi pipi kenyal wanita tua yang sudah berada di meja makan bersama Chellin dan Bobi.
"Pagi juga sayang... Ayo sarapan." Sautnya dengan tersenyum riang mendapati cucunya dengan wajah yang begitu berbinar di matanya.
"Pagi om, pagi bi..." Toni juga tidak lupa menyapa pasangan suami istri yang sudah menjadi bagian dalam hidupnya.
"Pagi juga sayang, hmm ada yang lagi kasmaran sepertinya nih. Ceria sekali wajahnya." Saut Chellin sembari menggodanya.
"Ah, bibi apaan sih," Toni semakin memaksakan senyuman yang sedari tadi dibuatnya.
"Oh ya Ton, kapan kamu akan meninjau lokasi di desa?." Bobi berusaha mengingatkannya dengan rencana awal yang pernah dia rancang sebelumnya.
"Iya om, Insya Allah dalam minggu ini. Dan mungkin lusa Toni akan berangkat terlebih dahulu, Toni juga rindu Milka dan suasana desa om." Toni menyuap sarapannya setelah menyauti pertanyaan Bobi.
"Nenek mau ikut?" Tawar Toni kemudian.
"Tidak usah nak, kamu titip salam saja kepada keluargamu disana." Elak nenek.
Semenjak Toni sudah ingin menutup masalalunya dan mulai menganggap keluarga barunya sebagai prioritas yang harus diutamakan, Toni terlihat lebih bersikap dewasa dibuatnya.
Dia memiliki kebahagian baru, hidup baru dan pekerjaan baru.
Dulunya tidak pernah sarapan satu meja bersama, kecuali hanya berdua dengan papanya. Tetapi setelah dia memutuskan untuk ikut neneknya, dia seakan memiliki ayah dan ibu dari Bobi dan Chellin.
Dia dapat merasakan keindahan dari arti sebuah keluarga.
*****
"Pagi Ghali..." Hal yang sama dilakukan Iffah terhadap dirinya. Dia berpura-pura melupakan segala hal yang membuat dia penasaran.
Dia sudah memikirkannya semalaman suntuk untu itu.
Dia tau, setiap kali dia bertanya tentang masa lalunya terhadap Ghali hanya akan sia-sia.
Tetapi dia tidak pernah tau apa penyebab kebungkaman Ghali.
*Kakak sekarang percaya bukan? Aku ini adik kakak. Ini ibu, ini ayah, dan ini aku...
Ini foto keluarga kita kak...
Apapun yang terjadi di masalalu kakak, biarlah berlalu. Toh kakak tidak mampu lagi mengingatnya bukan?
Ini demi kebaikan kakak, demi kebaikan aku juga...
Semuanya tidak ada yang penting lagi kak...
Yang paling penting itu adalah masa depan kita...
Masa depan aku bersama seseorang,
dan masa depan kakak bersama seseorang pula, yang tentunya menyayangi kakak setidaknya sama seperti aku menyayangi kakak.
Kakak tidak perlu mengingat masa lalu kakak lagi, karena di masa lalu kita bahagia bersama kedua orang tua kita kak...
Dan itu hanya akan membuat rasa sakit baru jika kita mengingatnya kembali... Mereka sudah tiada meninggalkan kita untuk selamanya, meninggalkan kita dalam penderitaan kak...
Tapi itu juga bukan maunya mereka...
Kita hanya perlu bangkit dari keterpurukan itu*...
Semua yang dikatakan Ghali waktu dia masih di rumah sakit kala itu membuat Iffah menyerah untuk mengetahui kembali masa lalunya.
"Pagi juga kakak... Wah bau-baunya enak nih." Ghali begitu senang melihat raut Iffah yang menanmpakkan keceriaan
"Iya dong, siapa dulu yang masak." Balas Iffah dengan bergurau.
"Ya pastinya kakak Ghali yang cantik ini, nanti kalau Ghali sudah punya istri, Ghali mau yang seperti kakak. Pintar masak, baik, manis lagi..." Ujarnya benar-benar berharap.
"Ih kamu bisa aja, ayo dimakan... Nanti kamu terlambat berangkat kerjanya." Iffah menyodorkan piring yang sudah berisikan makanan kepada adiknya itu.
"Makasih kak..." Ghali menyambutnya seraya tersenyum senang.
*Ghali tau saat ini kakak berpura-pura, pasti sulit bagi kakak menyembunyikan semuanya...
Maafin Ghali kak, dengan terpaksa Ghali menutupi siapa Arjuna*...
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Suryani
adiknya Ifah x si Arjuna
atau kekasihnya 🤔 ???
2022-02-27
1
Ika Sartika
lanjut
2021-01-16
1
Andry
arjuna adek iffah yg sebenarnya. kemungkinan mama ghali terlibat dalam kecelakaan keluarga iffah sampai dia lupa ingatan dan keluarganya meninggal. jadi ghali ngaku sebagai adeknya
2021-01-10
4