Meski pertanyaan Toni terjawab sudah, namun dia masih merasa pulang dengan tangan hampa. Dia masih memperoleh banyak pertanyaan tentang siapa sejatinya Iffah. Siapa lelaki yang disebutkan namanya oleh Iffah, bahkan dalam tidak sadar sekalipun.
Bayangan wajah Iffah yang menoleh ke arahnya tadi masih menari dalam benaknya. Secercah jalan dan harapan benar-benar tergambar di wajah polosnya yang ayu saat itu.
Toni mengepalkan jemarinya di stir mobil yang membawanya pulang setelah mengantarkan Iffah tadinya.
"Dia bukan siapa-siapa, tapi kenapa aku terus memikirkannya?." Toni begitu emosi dengan perasaannya saat itu. Dia menginjak pedal gas mobilnya dengan kuat sehingga lari mobil itu begitu kencang membawanya.
Toni semakin berangan-angan dalam sakit yang tidak pernah ingin dibuatnya. Tapi rasa sakit itu terus bermunculan dengan sendirinya di hati dan di fikirannya.
Ketika dia mulai tersadar, Toni kembali melunakkan injakan kakinya pada pedal gas mobil itu, dan kemudian menginjak pedal remnya dengan kuat hingga mobilnya berhenti di jalanan yang sedikit sepi. Berkali-kali bibirnya komat-kamit mengucapkan Istighfar. Lengannya dengan kuat melingkari tongkat bulat yang ada di depannya. Dia seakan berusaha mengusir rasa sakitnya yang sama sekali tidak terlihat.
"Yaa Allah... Kenapa perasaanku bisa melukai hingga sesakit ini?. Aku tidak ingin lagi jatuh cinta, jika itu hanya akan membuatku merasa bersalah dan berdosa. Tetapi jika dia memang jodohku, maka pertemukanlah kami dengan baik." Rintihnya meminta dengan sangat kepada Zat Yang Tidak Terlihat di sampingnya. Dia seakan meluahkan isi perasaannya melalui do'a-do'a yang dituturkannya.
Serasa dirinya telah cukup merasa tenang, Toni kembali melajukan mobilnya ke arah rumah yang disana ada keluarganya sedang menantikan kepulangannya dengan harap-harap cemas.
Bagaimana tidak? Malam sudah terlalu larut kala itu. Ponselnya yang sedari tadi sore kehabisan batraipun tidak pula dibawanya.
Benar saja, Bobi terlihat berdiri di ambang pintu utama rumah megah yang di huninya. Dia begitu yakin bahwa saat itu omnya tengah menantikan dirinya.
"Assalamu'alaikum..." Sapanya ketika mendapati Bobi.
"Wa'alaikumussalam, kenapa lama sekali Ton? Apa rumah Iffah jauh?" Meski sudah lega dengan kedatangan Toni, namun Bobi masih ingin bertanya. Dia seakan ingin memastikan Toni pulang benar-benar dalam keadaan selamat.
"Tidak juga om, hanya sekitar tujuh sampai delapan kiloan." Saut Toni datar. Dia berusaha menyembunyikan kegusarannya saat itu.
"Lalu kenapa sebegitu lama? Nenek dan bibimu sampai khawatir. Apa jangan-jangan suaminya memarahimu?" Bobi sungguh terlihat ingin tahu.
"Tidak juga kok om, Iffah ternyata memang belum menikah. Lelaki itu ternyata adiknya." Tutur Toni. "Apa nenek dan bibi sudah tidur om?" Toni berusaha mengelak agar Bobi tidak semakin mempertanyakan hal lainnya lagi.
"Sudah Ton, om paksa mereka tidur duluan tadi." Ujar Bobi.
"Maaf ya om, lagi-lagi Toni membuat kalian khawatir." Ucapnya merasa bersalah.
"Bukan begitu Ton, kita ini keluarga. Wajar kita saling mengkhawatirkan satu sama lain." Bobi merangkul bahu Toni dan membawanya masuk ke dalam rumah.
*****
Disisi lain, Iffah terlihat uring-uringan di atas tempat tidurnya yang mungil. Dia memikirkan hal yang sama, wajah Toni yang menoleh ke arahnya tadi membuat dia sulit untuk tertidur. Ditambah lagi tentang Arjuna yang di pertanyakan Toni terakhir kali tadi.
Iffah mencoba bangkit dari tidurnya yang gelisah.
"Siapa Arjuna? Apa benar aku menyebut nama itu tadi pas lagi pingsan?" Tanyanya ke dirinya sendiri. Dia berusaha mengingat, namun kepalanya malah terasa sakit karenanya.
"Ghali, ya, Ghali pasti tau siapa Arjuna." Pikirnya kemudian.
Sedangkan di kamar Ghali, dia terlihat tengah duduk di kursi sudut ruangan kamarnya. Sikunya yang runcing bertumpu ke atas meja yang di terangi lampu neon lima watt.
Siapa lelaki yang mengantarkan kak Iffah barusan ya? Dan kapan aku bisa menemuinya kembali? Aku harus memastikan agar dia tidak lagi mempertanyakan tentang Arjuna kepada kak Iffah.~ Ghali sama halnya dengan Iffah dan Toni saat itu. Mereka sama-sama sulit tidur, tetapi bedanya Ghali merupakan kunci dari pertanyaan Iffah dan Toni yang membuat mereka sulit memejamkan mata. Sedangkan Ghali, entah memiliki rasa takut apa sehingga harus merahasiakan itu semua.
Tok... Tok... Tok...
Pintu kamar Ghali terdengar diketuk dari luar.
"Dek, apa kamu sudah tidur?." Panggil Iffah terdengar seperti berbisik.
Ghali segera bangkit dari duduknya dan mengendap-endap membaringkan tubuhnya ke atas spring bed yang tak berdipan.
Ghali memejamkan matanya berpura-pura tidur.
CEKLEEK...
Karena tidak mendapatkan jawaban, Iffah terpaksa menarik gagang pintu kamar Ghali dengan perlahan-lahan.
Dia mendongakkan kepalanya sedikit untuk mengintip adik lelakinya itu.
"Ternyata Ghali sudah tidur." Iffah mencebikan bibirnya seolah kecewa.
Tetapi dia tetap masuk untuk menyelimuti tubuh Ghali yang terlihat kedinginan.
"Moga mimpi indah ya dek... Kakak akan selalu do'ain kamu, supaya kamu bahagia. Meski sebenarnya kakak sama sekali tidak mengingat kamu, tapi kakak percaya kamu adalah adiknya kakak." Iffah kembali beranjak meninggalkan kamar Ghali dan menutup pintu itu dengan pelan agar tak menimbulkan suara.
Setelah memastikan kakaknya benar-benar keluar, Ghali kembali bangkit dari pura-pura tidurnya.
Maafin Ghali kak, Ghali tau kakak saat ini susah tidur. Ghali tidak bermaksud membohongi kakak, Ghali hanya takut kehilangan kakak untuk selamanya.
Demi tetap ingin hidup bersama kakak, Ghali lebih memilih meninggalkan mama kandung Ghali yang sudah mencelakai kakak dan merampas semua kebahagiaan kakak...
Ghali berharap, jika keajaiban membuat kakak mengingatnya kembali, kakak tidak akan membenci Ghali...
Ghali sangat menyayangi kakak...
Air mata Ghali dengan mudahnya lolos. Dia terlihat seakan mengenang sesuatu.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Diana Lestari Purba Dasuha
cerita" novel author selalu penuh teka-teki
2021-07-05
1
Avcyafa
baru beberapa bab sudah bikin mata meleleh tak henti2... kereeen
2021-07-05
1
Sis Wati
menarik suka lanjut baca
2021-06-16
1