Tok… Tok… Tok..
“Masuk…” Perintah Toni ketika mendengar pintunya diketuk seseorang dari luar.
Pintu terbuka, dan Iffah terlihat dari baliknya. Toni menoleh sesaat kepada Iffah yang juga sedang mengarahkan pandangan ke wajahnya, kemudian Toni kembali menunduk seperti hendak melakukan pekerjaannya lagi.
Entah bagaimana caranya bagi mereka menahan sesak setiap kali beradu pandang seperti itu. Namun mereka sanggup melakukannya. Seolah tidak terjadi apa-apa di balik dada mereka, mereka terlihat seperti baik-baik saja.
“Selamat pagi Pak Antoni…” Sapa Iffah dengan formal.
“Pagi…” Sautnya tanpa menolehkan pandangannya ke arah Iffah yang sudah mencapai sisi meja kerjanya.
Iffah menyerahkan sebuah map ke arah Toni dan meletakkannya di atas meja tepat di hadapannya itu.
“Ini agenda Bapak hari ini… Dan nanti siang ada pertemuan dengan klien di café biasa Pak, tentang rancangan mengenai pembangunan villa yang Bapak impikan.” Tuturnya menjelaskan dengan bijak namun tetap formal.
“Baik, apa kamu sudah menguasai materinya?.” Toni kembali mengamati skedul dirinya yang ada di dalam map.
“Insya Allah Pak,” Saut Iffah dengan mantap dan percaya diri.
“Baiklah, usahakan kita jangan sampai terlambat.” Ujar Toni seraya menyerahkan kembali map itu kepada Iffah.
“Iya Pak, Insya Allah. Apa masih ada lagi yang bisa saya bantu pak?.” Tanya Iffah dengan sopan.
“Tidak, terimakasih Iffah.” Sautnya kembali berkutat pada pekerjaannya.
“Sama-sama Pak, kalau begitu saya permisi Pak.” Iffah menundukkan sedikit kepalanya dan kemudian beranjak hendak keluar dari ruangan itu.
“Oh ya, Iffah, tunggu.” Seru Toni dan kembali memanggil Iffah yang hampir mencapai pintu.
“Iya Pak, apa masih ada yang harus saya kerjakan?” Iffah tampak gerogi mendengar seruan Toni yang begitu tiba-tiba.
“Apa malam ini kamu ada acara?.” Toni bertanya dengan santainya.
“Ummm, tidak pak.” Iffah tampak seolah berfikir ketika menjawab pertanyaan dari atasannya itu.
“Maukah mampir ke rumah saya? Nenek merindukanmu.”
Sesaat hening, Dan Toni menatapnya seakan menunggu jawaban dari Iffah.
“Dengan senang hati pak.” Iffah tersenyum setelah memberitahukan keputusannya. “Apa masih ada Pak?.” Tanya Iffah lagi.
“Tidak, terimakasih. Nanti saya akan menunggumu ketika jam pulang kantor.” Toni membalas senyuman Iffah dengan tipis.
“Baik Pak, permisi.” Iffah segera keluar dari ruangan itu setelah mendapat sautan dari Toni.
Toni menghempaskan punggungnya ke sandaran kursi yang didudukinya sambil menghembuskan nafasnya dengan kasar.
Dia seakan baru saja keluar dari ruangan sempit yang tak berongga. Nafasnya begitu sesak saat itu.
Dan hal yang sama dilakukan Iffah di meja kerjanya.
Apa Pak Antoni juga merasakan hal yang sama? ~ Gumam Iffah dalam hatinya. Kemudian dia menggeleng dengan cepat dan menampar-nampar pipinya.
“Jangan bermimpi Iffah, jangan.” Bisiknya membatasi dirinya sendiri.
*****
Toni begitu terpana melihat cara Iffah yang tampak memukau ketika menyapa kliennya. Bahkan materi presentasi yang disiapkannya begitu interaktif dan sama sekali tidak membosankan. Iffah juga mampu menyikapi berbagai macam kriteria kliennya yang tidak hanya seulah.
Pertemuan mereka tampak berjalan dengan lancar, Toni dan Iffah selalu memberikan kesempatan kepada klien untuk memberikan feedback dan masukan terkait rancangan dan berbagai hal mengenai kepetingan proyek mereka.
Siang itu, kliennya tampak puas dengan hasil pertemuan yang diadakannya di Café yang terlihat elegant dan adem.
“Kerja bagus Iffah.” puji Toni ketika mereka sudah berada di dalam mobil hendak kembali ke kantor.
“Terimakasih Pak,” Saut Iffah singkat.
Hanya dirinyalah dan Tuhan yang tau bahwa dia saat itu tengah berbunga-bunga karena pujian dari atasannya yang tampan dan memesona bagi kaum hawa seperti dirinya.
“Kamu jadi dapat mampir hari ini?.” Tanya Toni kembali sambil
tetap fokus mengendarai mobil yang membawa mereka kala itu.
“Jadi kok Pak, saya juga sangat merindukan Nenek dan Bi Chellin sebenarnya. Sudah lama juga rasanya sejak saat itu.” Iffah tampak bersemangat menyauti pertanyaan Toni.
“Ya sudah, masih ada jam kantor. Kita ke kantor dulu.” Ucapan Toni yang disauti anggukan kepala oleh Iffah menjadi penutup pembicaraan mereka hingga sampai ke gedung tempat mereka menghabiskan waktu sehari-harinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Tian Siregar
antoni pepet terus si iffah biar dapat
2021-04-22
1
🎯™SuhaedahE𝆯⃟🚀 ⍣⃝కꫝ🎸
semangat antoni buat ngedapetin iffah 😍😍😍😍
2020-12-11
3
Dina Ningsih
😍😍
2020-11-10
2