Toni tidak henti-hentinya memandangi wajah ayu Iffah dari kejauhan, Iffah tampak asik berbincang bersama neneknya di teras rumah. Sesekali Iffah tersenyum seakan memberikan rasa nyaman kepada wanita tua yang sangat Toni sayangi itu.
Sementara itu, di sisi lain Bobi dan Chellin berbisik membicarakan tingkah Toni yang tiba-tiba berubah aneh semenjak dirinya membawa Iffah tadi.
"Apa kamu menyukainya?" Chellin mendekati Toni dan mencoba menerka arti pandangan Toni terhadap Iffah.
"B-Bibi... Kok bibi sudah ada disini? Sejak kapan?" Saut Toni gugup, dan berusaha mengelak dari pertanyaan Chelin terhadap dirinya.
"Sudah, kamu tidak perlu gugup seperti itu nak. Kamu tinggal jawab saja kok. Kalau iya, bibi akan selalu mendukungmu. Dia sepertinya gadis yang sangat baik dan tulus, dia juga tidak kalah cantik kok nak dari Kamelia."
"Bibi..." Toni seakan tidak suka mendengar nama Kamelia disebut-sebut.
"Iya, bibi minta maaf Toni. Bibi tau perasaan kamu nak. Tapi salah jika bibi mengkhawatirkan kamu yang sudah bibi anggap seperti anak kandung bibi sendiri? Bibi sangat menyayangi kamu nak? Apa kamu tidak memiliki perasaan yang sama terhadap bibi?." Mata Chellin tampak berkaca-kaca. Pertanyaan yang selama ini disimpannya untuk Toni, akhirnya memiliki waktu untuk diutarakannya.
"Ibunya Toni sudah meninggal bi, waktu ia melahirkan Toni kata papa." Sesaat hening, perasaan Chellin bagai diremas mendengar pengakuan Toni. Air matanyapun berjatuhan dari matanya yang masih terlihat jernih di usianya yang hampir senja.
Toni segera meraih kedua tangan Chellin dan mengusap lembut pipi bibinya yang basah dengan jemari panjang miliknya. "Tapi dalam diri bibi, Toni juga menemukan sesosok ibu yang menyayangi Toni dengan tulus." Toni menciumi punggung tangan Chellin dengan begitu hangat, dan kemudian membenamkan kepala Chellin yang setinggi bahunya ke dadanya yang bidang. "Terimakasih bibi, bibi Chellin dan om Bobi sudah menjadi orang tua yang lengkap untuk Toni. Toni berharap, mama dan papa tidak cemburu di alamnya sana melihat besarnya rasa sayang Toni terhadap kalian.
Bobi yang tidak terlalu jauh berdiri dari tempat mereka segera mendekat dan ikut memeluk keluarga kecilnya yang baru saja tercipta.
Andai aku masih punya ibu dan ayah...~ Gumam Iffah lirih, matanya ikut berkaca-kaca menyaksikan adegan yang terlihat oleh matanya itu dari kejauhan. Meski dia tidak mampu mendengar apapun yang dibicarakan Toni dan Chellin, tapi dia dapat merasakan suasana haru yang tercipta diantara mereka.
"Nenek... Sudah semakin larut nek. Iffah harus pulang, adik Iffah pasti sangat mencemaskan Iffah saat ini. Dan lagi, angin malam tidak baik untuk kesehatan nenek." Ujar Iffah seakan membujuk neneknya Toni untuk segera masuk ke dalam rumah.
"Lalu, kapan lagi kamu akan main kemari nak?." Tanya nenek seakan tidak rela dengan pamitnya Iffah.
"Insya Allah jika ada waktu, Iffah akan main lagi kesini." Ikrar Iffah.
"Benarkah?." Ulang nenek meminta.
"Iya nenek, Insya Allah." Saut Iffah sambil tersenyum dan berdiri meraih gagang pendorong kursi roda nenek.
"Toni... Ayo antarkan Iffah nak." Perintah nenek ketika mencapai tempat Toni, Chellin dan Bobi masih berdiri.
"Baik nek." Toni menyauti permintaan neneknya dengan patuh.
"Pak Bobi, bi Chellin, saya pamit. Terimakasih atas kebaikan kalian terhadap saya." Pamitnya ramah.
"Kami tidak melakukan apa-apa untukmu nak, tapi Tonilah yang telah melakukan semuanya." Iffah melirik ke arah Toni sambil menepiskan sedikit senyumannya. "Lewat Toni, Allah mempertemukan kita." Tambah Chellin.
"Oh iya Iffah, titip salam umtuk suamimu ya." Timpal Bobi.
"Suami?." Iffah dan nenek sama terkejutnya.
"Iya, suamimu? Kata Toni suamimu hari ini lembur, jadi tidak bisa menjemputmu." Chellin menyauti keterkejutan Iffah.
Namun Iffah tidak menjawab apapun perkataan suami istri itu, dia hanya menampilkan senyuman anehnya terhadap dugaan Toni yang menurutnya terlalu sok tau.
"Kalau begitu saya pamit bi, pak." Iffah menyalami sepasang suami istri itu dan kemudian menciumi pipi nenek Toni yang sudah akrab dengannya sedari tadi.
"Oh iya bi, kata nenek masakan tadi buatan bibi. Lain kali Iffah boleh minta di ajarkan bi?." Pintanya.
"Oh tentu, dengan senang hati bibi akan mengajarimu." Saut Chellin berbinar, dia begitu senang dengan cara Iffah memuji masakannya.
"Terimakasih bi, kalau begitu saya pamit. Assalamu'alaikum..." Pamitnya lagi dan disauti oleh mereka.
"Nenek... Om, bibi... Toni berangkat dulu ya... Assalamu'alaikum." Toni ikut berpamitan untuk mengantar Iffah ke rumahnya.
"Wa'alaikumussalam..." Saut mereka hampir bersamaan. "Hati-hati..." Ucap Chellin setengah berteriak kepada mereka berdua yang sudah mencapai pekarangan rumah tempat mobil Toni yang masih terparkir sedari tadi sore.
"Iffah bilang dia belum menikah, tetapi kenapa kalian mengatakan suaminya lembur?." Ujar nenek bingung ketika mobil Toni tidak lagi terlihat dari pandangan mereka.
"Belum menikah?" Suami istri itu saling pandang karena keterkejutannya.
"Dia hanya memiliki seorang adik laki-laki yang bernama Ghali katanya. Bahkan Iffah hanya memiliki adiknya itu, tadi dia bercerita kepada ibu. Orang tuanya sudah meninggal karena kecelakaan." Tutur nenek mengenang pengakuan Iffah terhadapnya tadi.
"Yaa Allah... Malang sekali nasib anak itu." Ujar Chellin menerawang.
"Mungkin Toni salah sangka, atau mungkin hanya alasannya kepada kita saja agar kita tidak menjodoh-jodohkannya dengan Iffah lagi." Ujar Bobi menduga-duga.
"Mungkin juga." Saut Chellin murung.
"Sudah-sudah, kalau jodoh tidak akan kemana-mana kok." Nenek menengahi dan membuyarkan pikiran-pikiran konyol suami istri itu. Merekapun mulai berangsur masuk ke dalam rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Ika Sartika
sok tau c Toni...iffah singel Toni...😄😄😄
2021-01-16
2
🎯™SuhaedahE𝆯⃟🚀 ⍣⃝కꫝ🎸
Toni sok tau,iffah belum menikah 😄😄😄
2020-12-11
2
Ning
neneeek 😉
2020-12-03
1