Maghrib sudah hampir, namun Toni belum menampakkan batang hidungnya di rumah megah tempat ia menetap semenjak dari beberapa bulan lalu. Chellin dan neneknya tampak begitu khawatir menantikan kepulangannya di ambang pintu utama.
"Sayang! Bukankah kamu bilang Toni sudah hampir selesai? Tapi kenapa sampai sekarang dia belum muncul juga?" Raut wajah Chellin memerah menahan kecemasan.
"Benar kok sayang, aku dan dia hampir beriringan keluar kantornya. Tapi aku tidak tau dimana tertinggalnya anak itu. Apa kamu sudah mencoba menghubunginya?." Meski begitu yakin, namun kekhawatiran tidak mampu disembunyikan Bobi dari wajahnya yang sudah mulai dijalari garis-garis penuaan di usianya yang semakin senja.
"Sudah, tapi nomornya tidak aktif." Chellin hampir saja menangis. namun mengingat nenek Toni yang berada di depannya kala itu, Chellin berusaha sekuat mungkin untuk menahannya.
"Nah itu Toni!" Seru nenek ketika matanya mendapati mobil Toni memasuki pekarangan rumahnya. Pandangan Chellin dan Bobi bersamaan tertuju tepat dimana telunjuk nenek mengarah.
"Assalamu'alaikum..." Nafas Toni terengah-engah mengucapkan salam. Dia menyelonong masuk melewati keluarganya yang sedari tadi menunggunya dengan cemas.
"Wa'alaikumussalam..." Saut mereka hampir bersamaan. Mereka tercengang melihat Toni menggendong seorang gadis berhijab dalam kondisi tidak sadarkan diri.
"Toni! Siapa gadis itu? kenapa dia ada bersamamu nak? Apa yang terjadi? Kenapa dia pingsan?." Beruntun pertanyaan keluar dari mulut nenek. Kekhawatiran di wajah tuanya mulai bangkit kembali.
"Nanti Toni cerita ya nek, Toni mau membawa Iffah ke kamar dulu." Kaki Toni masih kuat menapaki tingkat demi tingkat tangga rumah menuju kamarnya yang berada di lantai dua.
"Bukankah itu Iffah?" Bisik Bobi, namun terdengar jelas di telinga istrinya dan nenek.
"Iffah??? Kamu mengenali gadis itu sayang?" Chellin mengkerutkan dahinya. Dia begitu penasaran tentang seberapa besar suaminya mengetahui siapa gadis yang dibawa Toni.
"Iya, dia sekretarisnya Toni di kantor." Saut Bobi ikut bingung dengan apa yang sebenarnya menimpa gadis itu. "Ya sudah, ayo kita susul Toni ke kamarnya." Ajak Bobi sembari mengambil alih mendorong Scewo (kursi roda elektrik multiguna) yang diduduki nenek. Chellin menurut ajakan suaminya itu dan berhenti untuk bertanya-tanya, karena dia pikir suaminya itu samalah dengannya yang tidak tau apa-apa.
*****
Maghrib telah usai, Toni dan keluarganya kembali melihat kondisi Iffah yang sedari tadi belum juga sadarkan diri di kamar Toni.
"Sebenarnya apa yang terjadi Ton? Ada apa dengan Iffah? Dan kenapa dia ada bersamamu?" Bobi kembali mempertanyakan pertanyaan yang diajukan nenek tadi dan sama sekali belum sempat terjawab oleh Toni.
Toni sedikit menggigil mengingat kejadian naas yang hampir menimpa Iffah di depan kantornya sore tadi. Sesaat, dia menghela nafasnya dalam sebelu menceritakan apa sebenarnya yang terjadi.
Setelah Toni menceritakan semuanya, barulah mereka menjadi tenang dan mulai sedikit lega.
"Pasti saat ini dia begitu syok, mungkin dia pernah mengalami kecelakaan sebelumnya, atau mungkin dia pernah menyaksikan orang lain ataupun keluarganya mengalami kecelakaan sehingga dia menjadi pingsan seperti ini." Tutur Chellin sambil mengusap lembut dahi Iffah yang terbaring di sisi tempat tidur Toni.
"Mungkin saja bi." Saut Toni membenarkan kemungkinan dari penuturan Chellin.
"Ya sudah, karena kelihatannya tidak terjadi apa-apa terhadap Iffah, bagaimana kalau kita makan malam dulu." Ajak Bobi.
"Ayo..." Saut Chellin dan nenek hampir bersamaan. Namun berbeda dengan Toni, meski dia yakin tidak terjadi apa-apa terhadap gadis yang membuat jantungnya berdebar setiap kali bertemu itu, dia tetap saja enggan meninggalkan Iffah terbaring sendirian. Tetapi bagaimanapun juga, dia tidak ingin Bobi akan membaca perasaannya lagi seperti di ruang kerjanya sore itu.
"Arjun..." Langkah kaki mereka terhenti seketika mendengar suara Iffah dibalik ketidaksadarannya.
"Arjuun..." Bibir Iffah yang memucat dengan lirih kembali mengeluarkan kata itu. Chellin kembali duduk di samping Iffah dan mengelap keringat yang membanjiri dahi Iffah.
"Iffah... Sadarlah nak." Chellin mengusap lembut punggung tangan Iffah.
"Arjunaaaaa" Iffah terduduk. Matanya terbuka lebar, nafasnya menderu hebat seketika. Chellin dengan segera merangkul pundak Iffah untuk menenangkannya.
Arjuna? Siapa Arjuna? Apa nama suaminya itu Arjuna~ Batin Toni.
Iffah melirik ke arah Chellin dan mencoba mengitari seluruh ruangan yang tampak begitu asing bagi pandangannya, namun matanya menatap lekat ke arah Toni yang berdiri hampir mendekati pintu ruangan itu. "S-Saya ada dimana?"
"Kamu ada di rumah kami nak, tadi Toni membawamu kesini dalam keadaan tidak sadarkan diri." Chellin mewakili untuk menjawab pertanyaan yang terlontar dari bibir tipis Iffah. "Sekarang kamu sedang berada dalam kamrnya Toni." Degg jantung Iffah serasa hendak berhenti.
"Kamu istirahat saja dulu ya nak, nanti sehabis makan malam Toni akan mengantarmu pulang." Tambah nenek lagi.
"Terimakasih nek, nanti saya naik taxi saja. Saya terlalu banyak merepotkan." Elak Iffah sungkan.
"Sesama manusia itu memang harus tolong menolong, tidak ada yang namanya merepotkan Iffah." Timpal Bobi ikut menyauti. Iffah melirik ke arah Toni yang masih berdiri di tempat semula ia lihat, Toni bahkan tidak melihatkan sedikitpun reaksinya terhadap Iffah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Tian Siregar
siapa tu arjuna . bau bau nya ada misteri lg ni 🤔
2021-04-20
1
MeiMei
masa lalu iffah kah Arjuna???
2021-03-13
1
Ika Sartika
next....
2021-01-16
1