**Bisakah saya menemui Anda bapak Antoni Zulherman?.
Ghali
Sebuah pesan singkat yang secara tiba- tiba dari Ghali begitu mengejutkan Toni. Rasa penasarannya begitu besar saat itu.
Dimana aku harus menemuimu?.~ Toni membalasnya dengan cepat.
Besok saya akan share lokasinya kepada Anda,.
"Apa lagi yang ingin dia bicarakan kepadaku?." Toni membaringkan tubuh lelahnya ke atas tempat tidur.
Aku tidak pernah mengira akan secepat ini kembali jatuh cinta.~ Gumamnya seraya memejamkan mata.
*****
Dua lelaki tampan itu masih diam dalam posisi mereka masing-masing. Mereka berdiri sejajar sambil memangku kedua tangan dan melipatnya kedada mereka yang bidang seraya menatap ke arah laut lepas.
Deru ombak bahkan tidak mampu memecahkan kesunyian yang tercipta diantara mereka.
Suasana canggung membuat Ghali maupun Toni gengsi mengeluarkan kata-kata.
Ya, minggu itu Ghali akhirnya membawa Toni ke daerah pesisir. Dia sengaja menentukan tempatnya di tepi laut pinggiran kota agar bisa lebih leluasa menyampaikan apa saja yang membebaninya kala itu.
"Apakah bunyi debaran jantungmu sekencang suara ombak itu pabila bertemu kakakku?." Ghali memulai percakapan diantara mereka dengan sebuah pertanyaan yang mengejutkan bagi Toni.
"Apa kamu sedang meledekku?." Toni tidak menjawab, namun kembali melemparkan pertanyaan yang seakan menepis hinaan lelaki di sampingnya.
"Aku sangat menyayangi kakakku, bahkan lebih dari diriku sendiri. Tetapi ketika ada orang lain yang menyayanginya melebihi rasa sayangku kepadanya, aku akan mempertimbangkan keegoisanku untuk mempertahankan kakakku itu." Suara Ghali terdengar mengiba.
Toni melirik ke arahnya dengan tatapan yang sulit dimengerti. Namun dia lebih membutuhkan penjelasan saat itu.
"Maksudmu?" Tanya Toni menurunkan kedua tangannya sembari memutar tubuhnya sembilan puluh derjat untuk menghadap ke arah Ghali.
"Aku dan kakakku Iffatul Fadillah, satu ayah namun berbeda ibu. Tetapi yang dia tau kami satu ibu satu ayah, dan kedua orang tua kami itu telah meninggal pasca kecelakaan yang mengakibatkan dirinya hilang ingatan. Dan itu bukanlah cerita yang sesungguhnya" Toni ternganga mendengar awal dari cerita Ghali.
"M-Maksudmu Ghali?." Dia benar-benar terlihat tidak percaya mendengar itu semua.
"Aku telah banyak membohongi kakakku sendiri, termasuk untuk menemui Anda sekarang pak." Ghali menghela nafasnya dalam, seakan hendak mengenang masa-masa tersulit yang pernah dilewati kakaknya itu.
"Arjuna adalah suami yang menikahinya sebelum kejadian naas menimpa mereka berdua. Kakakku telah menjadi janda sesaat setelah beberapa jam usia pernikahannya.
Arjuna, lelaki yang mencintai dan memperlakukan kak Iffah dengan begitu istimewa kehilangan banyak darah sehingga terlambat untuk bisa diselamatkan.
Sementara kakakku, dia terbaring koma dan tidak mampu melepas kepergian lelaki yang sangat dicintainya itu untuk selamanya.
Kak Iffah bahkan tidak tau jika diaharus menangisi kematian suaminya." Ghali menyeka air matanya yang lolos begitu saja di atas lapisan kulit tipis pipinya yang tidak terlalu tembam.
"Ketika dia tersadar dari komanya, dia juga meneriaki nama suaminya itu. Tapi dia bahkan tidak ingat meskipun sudah meneriaki dengan sekeras-kerasnya.
Saya bahkan terkejut ketika dia menarik lengannya yang ku genggam dan bertanya, siapa kamu?." Ghali kembali mengingat pernyataan dokter kala itu mengenai kondisi Iffah.
*Tidak ada yang bisa dikatakan pada kasus ini. Kecelakaan itu berakibat pada pikiran pasien. Pasien akan hidup normal, namun ia akan kehilangan ingatan di masa lalunya. Dalam ilmu kedokteran bisa di sebut Amnesia.
Sedikit saja tekanan pada pikiran kakak Anda, dapat membuatnya gila. Dia bisa mengalami kerusakan otak bahkan hingga kematian.
Kita harus menghancurkan kenangan masa lalunya, jika mungkin, bawalah dia ke tempat dimana dia tidak akan lagi mengingat masa lalunya*.
Toni seakan masih belum percaya dengan cerita Ghali.
"Pak Antoni, jika mungkin, jangan jatuh cinta kepada kakakku dan jangan membuatnya jatuh cinta kepadamu..." Ghali seakan meminta dengan sopan.
Namun bukannya kalimat persetujuan yang didengarnya, tapi tatapan penuh pertanyaan yang dilihatnya dari wajah Toni.
"Karena saya takut Anda akan terluka suatu hari nanti, jika kak Iffah dapat mengingat masa lalunya kembali." Ghali menjawab pertanyaan yang tidak terucapkan dari bibir Toni.
"Demi Allah, dan atas kehendaknya, saya rela mengambil resiko itu Ghali." Senyum merekah dari bibir Ghali mendengar ikrar yang baru saja terucap dari bibir Toni.
"Benarkah itu Pak?." Ghali seakan memastikan keyakinan lelaki yang ada di hadapannya saat itu.
"Insya Allah, Ghali. Itu janjiku kepada-Nya." Toni memandang ke atas langit biru yang cerah.
"Saya menjadi lega pak, bahkan saya juga sama takutnya dengan Anda. Saya takut kak Iffah akan membenci saya karena perbuatan ibu saya yang begitu jahat dan keterlaluan kepadanya. Semua gara-gara ibu. Saya pikir kisah ibu tiri itu hanya ada di dalam dongeng. Tetapi malah saya yang menyaksikannya sendiri. Bila ayah di samping kami, ibu akan memperlakukan kak Iffah dengan sama terhadap saya. Tetapi bila ayah pergi, kak Iffah diperlakukan dengan cara buruk oleh ibu.
Dan bodohnya saya, saya bahkan tidak bisa berbuat apa-apa." Ghali menerawang ke dalam kehidupannya di masa lalu. Masa dimana Iffah selalu menderita karena kekejaman ibunya.
"Lalu dimana orang tuamu sekarang?" Tanya Toni semakin penasaran dengan kisah Ghali dan Iffah.
"Ayah meninggal setahun sebelum pernikahan kak Iffah dan Arjuna. Beliau meninggal karena mengidap Stroke Hemoragik. Dan semenjak kematian ayah, ibu semakin garang terhadap kak Iffah.
Sedangkan ibu,..."
Ghali tidak lagi melanjutkan ucapannya. Pikirannya menerawang jauh ke masa setahun yang lalu.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Sri Lestari
pra dugaku bener kan Thor,penganten baru,ayo dpt apa ini Thor.
2021-06-06
1
Tian Siregar
ya ampun kasihan nya nasib iffah . 😢😢
2021-04-20
1
Ika Sartika
lanjut
2021-01-16
1