Setelah menempuh jarak yang lumayan jauh, akhirnya Embun sudah sampai di tempat ibadah. Tidak lupa ia parkirkan Si Cantik Montok motor kesayangannya dengan rapi ditempat yang sudah disediakan, setelah mengunci motor dan mengecek barang bawaan barulah ia memasuki Gerbang tempat ibadah, sebelumnya ia harus di cek suhu badan terlebih dahulu dan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir barulah Embun dapat memasuki tempat ibadah tersebut.
Didalam pun tempat untuk duduk juga diperhatikan dengan menjaga jarak yaitu saff pertama berisi 2 orang dimana di ujung kan dan ujung kiri dan saff berikutnya hanya 1 dimana dibagian tengah duduki 1 orang saja dan untuk berikutnya mengikuti seperti diawal-awal. Dikarenakan Pandemi ini Tempat ibadah pun harus mengikuti protokol kesehatan yang telah ditentukan, supaya semua aman terkendali.
Embun pun sudah mengambil tempat duduk dan mengeluarkan semua peralatan yang dibutuhkan ia.
Tiba-tiba dia didatangi seseorang yang mana membuat hati Embun berbunga-bunga..
"Hay dek, apakabar?. tanya seseorang itu pada Embun.
"Ah, kaget aku Bang, baik Abang apakabar?. tanya Embun.
"Aku juga baik, dek." jawab seseorang itu yang tak lain adalah Si Kumis Tipis alias Abang Gerry seraya mengelus surai lembut rambut Embun.
"Syukurlah, ya sudah sana Bang sudah mau mulai." ujar Embun seraya mengusir dengan sopan.
"Oke." jawabnya singkat ditambah senyuman yang menawan hati Embun.
"Ya Tuhan, dia itu coba jangan buat aku degdegan bisa pingsan aku dibuat dia, aduh mana panas ini muka, dielus-elus lagi rambut aku, Mama....Papa....tolong anakmu ini yang tak bisa menahan rasa yang sudah mau keluar entah apa." gumam Embun dalam hatinya.
Ibadah pun dimulai dengan khidmat dan damai tanpa terganggu apapun. Setelah 90 menit waktu ibadah selesai Embun pun bersiap untuk pulang dan tidak lupa merapikan semua peralatan yang tadi ia keluarkan.
Embun pun berdiri untuk bergegas dan menuju parkiran, tetapi ada seseorang yang menarik lembut tangannya.
"Eh." Embun pun terkejut entah siapa gerangan yang tiba-tiba menarik lembut tangannya.
"Ayo bersama keluarnya." ucap seseorang itu yang tak lain Si Kumis Tipis.
"Ah, iya Bang." jawab Embun gugup tanpa melepaskan genggaman tangannya.
Embun dan Gerry pun keluar tanpa lepas genggaman tangan mereka, hingga seseorang menginterupsi keduanya melepaskan genggaman tangan.
"Ekhm." deheman seseorang.
"Hay, Om." sapa Embun pada seseorang.
"Hay juga, Embun." jawab seseorang itu yang tak lain Om Melvin Papah Gerry.
"Kamu sendiri? Mama dan Papa kamu tidak ibadah?" tanya Om Melvin panjang lebar.
"Iya sendiri Om, Mama dan Papa siang ibadahnya." jawab Embun sedikit gugup.
"Oh, kamu dianter apa mau kendaraan sendiri?" tanya lagi Om Melvin pada Embun.
"Bawa motor sendiri, Om" jawab Embun.
"Apa mau Gerry yang bawa motor kamu, sekalian Om dan Tante sama yang lain mampir sebentar ke rumah kamu" saran Om Melvin pada Embun.
"Ah, bagaimana yah Om?" jawab Embun masih bingung tepatnya degdegan.
"Nah, betul itu kata Papa, mana Embun kunci motornya?" tanya Gerry seraya memintanya kunci motor pada Embun.
"Cocok itu Embun, lebih baik Gerry yang bawa motor kamu, supaya kami ikuti dari belakang." ujar Tante Desi Mama Gerry yang tiba-tiba mengeluarkan suara sejak tadi hanya diam.
"Baiklah Tante dan Om, ini Bang kuncinya." ucap Embun seraya memberikan kunci motor pada Embun.
"Oke, kita pisah ya jangan kebut-kebut kamu Gerry bawa anak gadis orang." sahut Om Melvin seraya menasihati Gerry.
"Siap, Pah." jawab Gerry singkat disertai cengiran.
Mereka pun berpisah didepan gerbang tempat ibadah dan menuju tempat parkir motor dan mobil, sedangkan Embun yang masih diliputi rasa gugup hanya bisa mengeratkan pelukan tasnya.
"Ayo, naik!" ujar Gerry pada Embun.
"Ah, iya Bang." awab Embun.
Mereka pun akhirnya keluar dari parkiran tempat ibadah menuju rumah Embun, yang memakan waktu 30 menit.
Selama diperjalanan Embun dan Gerry pun saling bercanda gurau tanpa membahayakan mereka berdua dan pengguna kendaraan lain.
Akhirnya mereka pun tiba di rumah Embun, ya walaupun Papa, Mama, dan Adik Gerry yang lebih dahulu sampai rumah.
"Kalian ini lama, ya!" sahut Tante Desi pada Embun dan Gerry.
"Kan Papa tadi yang bilang jangan bawa ngebut-ngebut kendaraannya apalagi bawa anak gadis orang." jawab Gerry tanpa mau kalah.
"Alasan kamu aja itu, Gerry." timpal Om Melvin.
"Ya bisa dibilang seperti itu, Pah." jawab lagi Gerry.
"Hemm...sudah ya Om, Tante, Bang Gerry ributnya lebih baik kita masuk." ucap Embun menengahi argumen Om Melvin, Tante Desi dan Abang Gerry.
Mereka pun memasuki rumah, tanpa lupa mengucap salam.
"Om, Tante, Abang silahkan duduk, sebentar Embun panggil Papa Mama." ucap Embun.
"Silahkan, Embun." jawab Tante Desi.
Embun pun menaiki tangga rumahnya menuju kamar kedua orang tuanya. Sesampai didepan kamar kedua orang tuanya tak lupa Embun mengetuk pintu kamar tersebut.
"Mah...Pah..." teriak Embun seraya mengetuk pintu.
"Iya, Dek." jawab Papa disertai pintu yang terbuka menampilkan Papa Embun yang sudah siap dengan pakainya.
"Wah, sudah ganteng Papa ku ini." ucap Embun seraya memeluk Papanya.
"Iya dong, Papanya siapa dulu!" jawab Papa Embun seraya memeluk Embun.
"Itu dibawah ada Om Melvin, Tante Desi, Bang Gerry sama Adiknya, Pah." ucap Embun seraya melepaskan pelukannya.
"Lah, kamu baru bilang, ya sudah Papa kebawah, kamu sudah sajikan minuman sama cemilan belum, dek?" tanya Papa.
"Aduh, adek lupa." jawab Embun sambil menepuk keningnya.
"Ya sudah, sana kamu ke dapur sajikan yang tadi Papa ucap, tidak enak ada tamu tidak disajikan, mau ditaruh dimana ini wajah Papa yang tampan ini." ujar Papa Embun panjang lebar tanpa malu dengan ucapannya sendiri.
"Siap, Pah." jawab Embun seraya memberikan hormat pada Papanya.
Embun dan Papanya pun turun kebawah menemui keluarga Om Melvin, sedangkan Embun ke dapur menyiapkan minuman dan cemilan untuk para tamu, sedangkan Mama Embun masih bersiap di kamar.
"Wah, kalian kesini rupanya." icap Papa Embun seraya menjabat tangan Om Melvin, Tante Desi, Bang Gerry dan Bang Nathan adiknya Bang Gerry.
"Iya ini, tadi lihat Embun sendirian bawa kendaraan sendiri, aku jadi khawatir." jawab Om Melvin pada Papa Embun.
"Aduh, Melvin jangan repot-repot, Embun itu sudah biasa dia bawa motor sendiri, tapi masih aku kasih tahu jangan bawanya ngebut-ngebut apalagi melanggar rambu-rambu lalu lintas." jawab Papa Embun seraya mendudukkan bokongnya di sofa dihadapan keluarga Om Melvin.
"Iya, maklum saja Rahman, itu suamiku kan paling suka sama anak perempuan kamu lihat kami hanya ada anak laki-laki itu " ucap Tante Desi menimpali jawab dari pertanyaan Papa Embun.
"Iya, aku paham." jawab Papa Embun.
"Oiya, tunggu ya itu Embun lagi siapkan cemilan dan minuman dan istriku belum siap dia berdandan, maklum lah wanita." sambung Papa yang disertai tawa semua orang.
Embun pun tiba membawa cemilan dan minuman untuk disajikan dihadapan Keluarga Om Melvin, tetapi tiba-tiba terdengar dari atas suara.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Dian
18 like dariku sudah mendarat di karya author, semangatt💪
2020-12-14
0
Ade _ Lagi off 🍇 🌪
ada suara apa dari atas
2020-09-23
3
sabrina
next
2020-09-23
5