"Hatimu terlihat bahagia," ucap Ben sambil menuangkan minuman beralkohol ke dalam gelas Liza.
Calon istri temannya tiba tiba saja menelponnya, mengajaknya clubbing.
Sekarang mereka sudah berada di salah satu club paling exclusif di Paris.
Fashion show Liza baru saja selesai dan berlangsung sangat sukses.
Butiknya banyak mendapatkan order. Masa depannya dengan Nicholas terhampar jelas. Mereka akan segera menikah.
"Nicholas akan menikahiku" ucapnya dengan mata penuh binar.
"Bukannya memang kalian akan menikah," respon Ben biasa saja.
"Kali ini dia serius, Ben. Tadi saat menelpon, dia mengatakannya. Katanya kalo aku sudah pulang, kami akan membahas pernikahan. Jadi lusa aku akan pulang," ceritanya sangat bersemangat.
Dia kembali meneguk minuman alkoholnya. Bartender menambahkan lagi pada gelas yang sudah kosong.
"Ooo... Baguslah," respon Ben cuek. Dia tau sahabatnya bertunangan karena keluarga keduanya mau merger bisnis.
Kadang Ben merasa kasian juga dengan Nicholas yang ngga bisa menentukan pilihan hidupnya sendiri.
"Kenapa kamu ngga yakin?"
Ben hanya menyeringai.
Dia kembali meneguk minumannya.
Liza yang merasa kesal atas ketakpercayaan Ben, seakan berlomba dengan laki laki itu menghabiskan minumannya.
Liza pun menambah minumannya lagi dan lagi. Hingga bergelas gelas.
*
*
*
"Bang Nicho?" seru Okta dengan wajah sangat sumringah saat melihat kedatangan mantan pacar kakaknya
Dia ngga mungkin lupa pada satu satunya pacar kakaknya yang pernah dia punya saat masih SMA. Sayangnya setelah lulus mereka beneran putus.
Beda dengan kakaknya yang nomer dua, Samira. Dari SMP hingga kuliah, pacarnya ngga terhitung. Dia yang laki aja kalah jumlah pacar dibanding kakaknya itu.
Nicholas tersenyum sambil melambaikan tangannya.
Ngga menyangka Okta masih mengenalinya.
Mamanya pun tampak mengukirkan senyum saat mantan calon mantunya mendekat.
"Apa kabar, tante," sapa Nicholas sangat santun sambil mencium tangan wanita paruh baya itu.
"Baik. Kamu sendiri?"
"Baik juga, tante."
"Syukurlah."
Nicholas tersenyum.
"Saya bawain ayam bakar kesukaan, tante." Nicholas mengulurkan paper bag yang dia bawa pada mama Mika.
Dulu waktu masih pacaran, Mika selalu membelikan mamanya ayam bakar yang syukurnya masih ada saat Nicho mendatanginya tadi. Restorannya mengalami banyak perubahan yang membuat Nicho sempat pangling.
Bahkan bapak penjualnya yang sudah sepuh juga tadi masih mengenali Nicho.
"Mbaknya mana, mas?"
Saat itu Nicholas hanya tersenyum.
Banyak orang yang mengharap mereka selalu bersama, tapi Mika malah memutuskannya.
"Makasih, ya, Nicho. Tante jadi ngga enak, nih," senyum mama Mika agak lebar
Mikayla ngga pernah cerita alasan mereka putus. Tapi selama berpacaran dengan Nicho, hubungan mereka sudah cukup dekat.
Bahkan mendiang papa Mika selalu bermain catur kalo Nicholas berkunjung ke rumah.
"Santai aja, tante." Kemudian dia beralih pada Okta.
.
"Apa kabar, jagoan." Mereka pun melakukan tos seperti dulu.
"Abis kecelakaan, nih, bang. Lumayan patah dikit kakinya," kekehnya.
Nicholas pun tertawa sedang mama Mika makin lebar tersenyumnya.
"Kak Mika masih kerja, bang, jadi ngga ada di sini," ucap Okta penuh sesal.
Harusnya mereka bertemu. Siapa tau bisa clbk, batinnya.
"Iya." Nicholas memang sengaja ngga mengajak Mikayla ikut dengannya ke rumah sakit.
Sepuluh menit sebelum jam makan siang, Nicholas mengajak Rido pergi ke rumah sakit.
Rido yang tau kalo di rumah sakit ada papi si bos, oke aja saat diminta jadi supir.
Kerjaannya memang benar benar asisten alias pembantu si bos. Bosnya bisa berbuat apa saja padanya.
Tapi gaji yang sangat besar membuatnya bertahan. Keluarga bosnya juga sudah mempercayainya, karena papanya dulu juga asisten pribadi papinya pak bos.
Hanya saja dia heran tuan mudanya mampir di restoran ayam bakar yang sudah lama berdirinya.
Si bos tau dari mana tempat ayam bakar ini? pikirnya. Karena letaknya cukup tersembunyi dari jangkauan tukang icip icip.
"Masih suka balapan?"
"Sesekali, bang," kekehnya berbohong.
Nicholas yang tau kalo jawaban Okta penuh dusta, tambah tergelak.
"Kapan kapan kita balapan lagi kayak dulu," tawar Nicholas.
"Siap, bang," jawan Okta kegirangan. Kalo balapan sama mantan pacar kakaknya, arenanya sudah pasti yang resmi.
"Tapi tunggu kakimu sembuh dulu."
"Iya, dong, bang. Mungkin sebulan lagi."
"Ya, ya. Nanti kamu tinggal telpon aja kapan bisanya kamu balapan." Nicholas memberikan kartu namanya.
"Wow, udah jadi CEO ya, bang. Keren banget." Okta mengacungkan jempol tangannya setelah membaca isi kartu nama Nicholas.
Mama Mika tersenyum.melihat interaksi akrab keduanya.
Beliau sangat penasaran alasan apa yang membuat mereka berpisah. Padahal Nicholas sudah sangat berbaur dengan keluarganya.
Sikap Nicholas sekarang juga ngga berubah. Dia masih ingat dengan makanan kesukaannya, bahkan membelikannya beberapa kotak yang ada di dalam paper bag ini.
Mungkin sekarang dia sudah menikah, batin mama Mika berusaha legowo.
*
*
*
"Mika, kamu sudah pernah kenal dengan pak bos, ya?" tanya Vara-sekretaris Nicholas.
Gadis itu sengaja menunggunya keluar dari ruangan pak bos untuk menginterogasinya.
"Enggak."
Vara menghembuskan nafasnya, penuh beban dan prasangka.
"Tapi kenapa pak bos perhatian banget sama kamu?" Matanya menatap penuh selidik.
"Saya ngga tau, mbak. Saya hanya diminta membantu kerjaannya saja biar cepat selesai."
Vara masih menatap Mikayla ngga percaya.
"Kamu staf keuangan baru yang direkrut Bu Irma, kan? Masa bos percaya gitu aja sama kamu," decihnya
"Mbak Vara bisa bertanya langsung pada pak bos, ya. Saya duluan, mbak. Mau makan siang," pamit Mikayla sambil mengayunkan langkahnya pergi meninggalkan Vara yang tetap saja ngga percaya.
Alea, Nala dan Rumi sudah menunggunya di tempat biasa. Kantin pegawai.
"Eeh, tunggu. Kita makan.di kafe depan perusahaan. Aku traktir." Vara menjejeri langkah Mikayla.
"Maaf, mba, ngga bisa. Saya sudah janjian sama anak anak keuangan mau makan di kantin pegawai."
"Yaa.... Padahal masih banyak yang mau saya tanyakan." Wajah Vara tampak.kecewa.
Mikayla hanya tersenyum lebar.
Mengapa ada orang yang kepo dengan hidupnya.
Mereka berpisah karena tujuan mereka.adalah lantai yang berbeda.
Mikayla membaca pesan yang dikirimkan ketiga temannya. Mereka sudah berada di kantin pegawai.
Mengapa ngga satu aja yang kirim pesan, sih. Tempatnya juga sama, sungutnya karena mau ngga mau membuka semua pesan itu.
Mika ngga perlu lama mencari, karena ketiganya duduk.di tempat yang sama di hari kemarin.
"Nih, pesanan kamu baru aja datang," ucap Nala antusias melihat kedatangannya.
"Thank's."
"Kita makan dulu, ya. Nanti aja nanya nanyanya," tukas Alea yang dapat melihat wajah lelah Mikayla.
Kerjaan kamu berat banget, ya, Mika?
"Iya, aku lapar banget." Jujur Mikayla mengaku.
"Berat banget, ya, kerjanya?" usik Nala penasaran campur kasian.
"Nala, nanti aja tanya tanyanya," larang Rumi mengingatkan.
"Oh iya, maaf lupa." Nala tertawa pelan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Sunaryati
Lanjuut kayaknya Nicho jadi detektif tersembunyi, untuk mengorek kehidupan Mika. Kasihan Mika berkorban untuk Nicho, tetapi, Nichonya tidak tahu. Ayo Nicho variety penyebab Mika memutuskan hubungan denganmu
2025-04-15
2
Tri Handayani
Bilang'nya mau nikah sama liza'tpi masih sebegitu perhatian'nya kamu sama keluarganya mika'
Next thorrr'd tunggu double upnya
2025-04-15
1
Sri Siyamsih
niko jgn suka mengintimidasi org tar nyesel, apa skg msh kepo sm kel mikha
2025-04-16
1