Bu Irma menatap ragu pada Mikayla yang sedang sibuk di kubikelnya.
Gadis itu hari ini tampak sehat. Kerjaannya memang bagus. Tapi kenapa harus dia?
Dirinya hanya takut posisinya bisa digantikan orang lain kalo kerjaan Mikayla nantinya ngga becus di mata pak Bos.
Bertahun tahun membangun karir sampai ke posisinya, Bu Irma ngga akan terima kalo posisinya digantikan karena kebodohan yang mungkin dilakukan staf barunya.
Setelah menghela.nafas, dia mendekat ke kubikel Mikayla.
"Mikayla....."
"Eh, ya, bu?" Mikayla agak terkejut melihat Bu Irma yang sudah berada di dekatnya. Dia sedang sangat konsentrasi menganalisa data di layar laptopnya.
Wajah Bu Irna juga tampak masam.
Aku buat kesalahan, ya? batinnya heran.
"Ikut saya."
"Ya, bu."
Mikayla segera bangkit dari duduknya, dia menarik nafas dalam dalam sebelum mengikuti langkah bu Irma ke ruangannya.
Dalam pikiramnya sibuk menebak nebak.
Alea, Nala dan Rumi saling tatap
"Pssttt.... Ppsstt.... Mika kenapa?" bisik Alea pada Nala yang berada ngga jauh dari dirinya.
Perasaannya jadi ngga menentu.
Tapi tadi katanya ngga jadi ngundurin diri? Tapi kenapa dipanggil Bu Irma? banyak pertanyaan bersiweran di dalam benak Alea.
Wajah Bu Irma jug tampak ngga ramah membuat Alea agak merinding.
Lebih serem dari pada Bu Siska marahnya ternyata, batinnya. Kalo Bu Siska dulu tiap marah pasti akan berteriak dan mengomeli mereka abis abisan. Ngga ada yang beliau tutupi. Semuanya akan tau kesalahan apa yang sudah mereka lakukan.
Tapi Bu Irma beda. Dia lebih terkesan dingin dan ngga banyak kata kalo ada pegawainya yang melakukan kesalahan. Lebih suka mengintimidasi. Mungkin juga langsung dikasih SP atau langsung dipecat.
Alea ngga tenang. Nala dan Rumi juga.
Sementara itu Mikayla sudah masuk ke dalam ruangan Bu Irma.
"Tutup pintunya."
"Iya, bu."
Mikayla berusaha meredam detak cepat jantungnya.
Dia sebenarnya ingin tersenyum
Harusnya santai saja, bukannya dia juga awalnya berniat resign. Tapi kenapa sekarang malah takut dipecat....
"Duduk."
"Ya, bu." Kini Mikayla sudah duduk di depan Bu Irma, mereka dibatasi oleh meja kerjanya saja.
"Siapa kamu sebenarnya?"
"Saya bu?" Agak heran Mikayla mendapat tatapan menusuk itu.
Bu Irma menghela nafas kesal. Dia berusaha mengontrol emosinya.
"Apa hubungan kamu dengan Pak Nicholas?"
Wajar dia bertanya, kenapa bosnya lebih menitikberatkan pada Mikayla. Seakan akan bosnya sudah sangat tau kemampuan gadis itu.
Bagaimana bisa? Melihat hasil kerjanya saja baru baru ini.
DEG
Mikayla berusaha tenang walaupun dia terkejut mendengar pertanyaan bosnya.
Reflek dia menggeleng.
Tatapan Bu Irma kian tajam menatap Mikayla.
Perasaan Mikayla tambah ngga enak.
"Pak bos meminta kamu bekerja jadi asistennya."
Mikayla.tercengang.
Maksudnya apa?
Nicho mau nyari masalah dengannya?
"Kamu harus bekerja.dengan baik. Konsekuensinya apabila Pak Nicho menilai pekerjaan kamu buruk, maka kamu dan teman temanmu akan dioecat. Perusahaan konsultanmu juga akan diblacklist."
Tubuh Mikayla.bergetar.
Ini keterlaluan!
"Divisi ini juga akan mengalami stigma buruk kalo kamu ngga bisa bekerja dengan baik."
Mikayla masih diam. Dia.ngga bisa membantah. Bibirnya seolah dijahit.
Laki laki itu kenapa ngga bisa mengacuhkannya saja.
"Sekarang kamu ditunggu Pak Nicholas."
Mikayla masih tertegun dalam ketakpercayaan dan keterkejutan.
"Kamu bisa pergi sekarang."
Dengan perasaan bingung, Mikayla melangkah gamang meninggalkan ruangan Bu Irma.
"Mika, ada apa?" tanya Alea makin khawatir karena melihat wajah pucat Mikayla setelah temannya menutup pintu.
Mikayla hanya bisa menggelengkan kepalanya. Bibirnya terasa kaku, sulit untuk dia gerakkan.
"Mika, kamu ngga dipecat, kan?".Nala juga ikutan cemas.
"SP dululah, Nala, sebelum dipecat ," ralat Rumi ikut menimbrung.
"Aku... dipindahkan....." Keluar juga ucapan itu dari bibirnya dengan susah payah.
"Pindah kemana?" kaget Alea membuat beberapa pasang mata menatap mereka ingin tau.
Nala dan Rumi menatap Mikayla dengan tatapan ngga kalah tegangnya. Mereka ngga sabar menunggu jawaban Mikayla.
"Aku... Aku diminta menemui pak bos."
"Haaah....." Alea semakin kaget.
"Kenapa...?" tanya Nala dan Rumi berbarengan.
"Nggak tau. Aku disuruh Bu Irma. Aku pergi sakarang, ya."
Ketiga temannya menatap kepergian Mikayla dengan tatapan khawatir
"Sebenarnya ada apa? Kenapa dia harus nemuin pak bos?" Nala menata Alea dan Rumi dengan tatapan heran.
"Entahlah. Aku, sih, senang senang aja kalo harus ketemu pak bos. Tapi ngga di situasi ini juga, 'kali," tukas Rumi memberi tanggapan.
Ini kesempatan emas bertemu pak bos dalam jarak dekat. Tapi kalo bertemu hanya untuk dipecat, buat apa. Ngga adalagi yang menjadi sumber vitamin hariannya kalo itu terjadi. Juga sumber berliannya bakal hilang.
Rumi hanya bisa berdo'a semoga ngga ada hal buruk yang akan menimpa sahabatnya.
"Tapi kalo memang Mika dipindah ke tempat pak bos, uggghhh..... Dia beruntung sekali." Mata Alea mengerjap penuh binar.
Gajinya bisa lebih gede dari mereka.
"Semoga itu yang terjadi," harap Nala. Dia ngga mau temannya dipecat.
"Mika beruntung sekali kalo kejadiannya begitu. Padahal dia yang paling ngga minat dengan pak bos," sambung Rumi.
Ketiganya sama tersenyum lebar.
"Ayo, kita kerja sekarang. Nanti bu bos bisa marah kalo tau kita lagi ngerumpi." Alea segera berjalan kembali ke arah kubikelnya.
Beberapa staf lama sudah memberikan isyarat dengan mata mereka agar dia dan teman temannya segera kembali ke kubikel mereka.
"Iyalah," ucap Nala. Dia dan Rumi pun kembali ke kubikel mereka.
Sementara Mikayla merasa langkahnya semakin berat saat keluar dari pintu lift.
Lorong ini, Mikayla menghembuskan nafas berat.
Sebentar lagi akan sampai.
TUK TUK TUK
Saking sepinya Mikayla bisa mendengar bunyi ketukan sepatunya sendiri.
Sekretaris Nicho menyambutnya dengan senyum ramah.
Masih muda, ngga jauh beda dari umurnya, tebak Mikayla dalam hati.
Pakaiannya high branded. Cukup sopan dengan rok yang jatuhnya di bawah lutut
Beda dengan dirinya yang lebih suka mengenakan celana panjang kainnya.
"Mikayla Zaneta?"
Mika menganggukkan kepalanya dan balas tersenyum, walau agak canggung. Menurutnya sekretaris Niccho terlalu ramah.
"Pak Nicholas sudah menunggu anda di ruangannya."
Mikayla mengangguk.
"Namaku Vara."
"Oh iya."
TOK TOK
Vara-sekretaris Nicho mengetuk pintu ruangan bosnya.
Seorang laki laki muda membukakan pintu dari malam
"Silakan, nona Mikayla."
Mikayla jadi canggung dipanggjl nona.
Dan dia tambah bingung saat melihat laki laki muda itu keluar saat dia masuk sendirian ke ruangan Nicho. Bahkan menutup pintunya.
DAG DIG DUG DAG DIG DUG
Dada Mikayla terasa amat sakit ketika merasakan pukulan keras dari jantungnya.
Dia masih belum berbalik, masih memunggungi si bos yang berada ngga jauh di depannya.
Aliran darahnya terasa sangat mengalir.
Sekarang dia pasti akan berlaku sebagai bos, decihnya kesal dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Sunaryati
Tenang Mika tunjukkan sikap profesional kamu, tak usah ragu. Tunjukkan kinerjamu yang selalu bagus penuh dedikasi. Hingga Nicho tak berpaling darimu dan lupa jika punya tunangan. Bahkan senjata hanya akan bereaksi jika melihatmu
2025-04-13
2
Tri Handayani
y ampun thorrr...harus nunggu besok lagi,pdahal udah penasaran bgt dgn pertemuan mereka.
2025-04-13
1
Saadah Rangkuti
Siap2 aja Mika,,,tenangkan hatimu...eh..jantungmu maksudnya hehehe
2025-04-14
1