Menunjukkan kekuasaan

Malam itu mama yang akan menemani Okta di rumah sakit, sedangkan Mikayla serta Samira diantar pulang Ringgo.

Padahal Mikayla sudah menolak, tapi Samira keukeh menerimanya.

"Besok Kak Mika, kan, kerja. Aku juga harus kuliah."

"Kita naek taksi online aja," bisik Mikayla.

"Ngga apa, kak. Ditawarin juga," bantah Samira lagi.

Lumayan, kak, gratis. Kamu ngga keluar ongkos.

Ringgo tersenyum melihat bisik bisik keduanya.

"Ngga apa. Saya melewati rumah kalian."

Mikayla menatap mamanya yang menganggukkan kepala. Lagi pula beliau cemas karena sudah tengah malam dan kedua anak gadisnya mau naek taksi online.

"Iya, Bang Ringgo, kita minta tolong, ya, diantar pulang," senyum Samira agak lebar.

"Ayo..... Mari, tante," pamit Ringgo sopan.

"Iya, nak Ringgo. Sebelumnya makasih, ya," ucap mama yang entah mengapa merasa yakin kalo Ringgo adalah laki laki baik.

Dia mau bertanggung jawab membawa Okta ke rumah sakit dan menanggung semua biayanya.

Samira sengaja membiarkan kakaknya berjalan berdampingan dengan Ringgo. Sedangkan dia berada di belakangnya.

Semoga aja bisa berjodoh dengan kakaknya, harapannya.

Seingatnya setelah putus dengan Bang Nicho, kakaknya ngga pernah dekat lagi dengan laki laki mana pun.

Samira ngga nyangka aja efek patah hati bisa sebesar itu. Delapan tahun kakaknya menjomblo.

Kakaknya harus move on!

"Kamu kerja dimana?" tanya Ringgo sambil melangkah menyusuri lorong rumah sakit.

Mikayla menyebutkan nama sebuah Perusahaan kontruksi dari grup yang sudah cukup terkenal dan membawahi banyak bidang usaha.

"Bagus itu. Sebagai apa?"

"Analisa keuangan."

"Oooh.... Akuntan, ya?"

"Iya."

Hening.

"Kalo Bang Ringgo kerja dimana?" tanya Samira memecah kesunyian. Dia merasa kakaknya terlalu pasif. Dari tadi Bang Ringgo terus yang bertanya.

"Di perusahaan konstruksi juga. Kalo Samira sekarang semester berapa?"

"Semester tujuh, bang."

"Kamu ambil yang empat tahun, ya?

"iya, bang."

"Hebat kamu loh, bisa masuk di sana Tesnya banyak banget, kan."

"Iya, bang. Tapi aku udah niat banget, pokoknya harus tembus, karena mau bantu Kak Mika nyari uang," ucap Samira terus terang.

Ringgo melirik gadis di sebelahnya yang hanya tersenyum saja mendengar ucapan adiknya.

Kamu tulang punggung keluarga, ya?

Ringgo kagum dengan perenpuan perempuan yang bekerja keras demi keluarga. Banyak staf perempuan di perusahaannya juga seperti itu. Malahan ada beberapa yang single mother, padahal masih seumuran Mikayla

"Niat kamu di dengar, Tuhan," senyum Ringgo sambil membukakan pintu mobil untuk Mikayla.

Samira membalasnya dengan cengiran.

Mikayla yang awalnya mau duduk di belakang, jadi melototkan matanya melihat adiknya sudah membuka pintu belakang mobil.

"Di depan aja, kak. Kalo kita belakang semua, nanti Bang Ringgo dikira supir."

Ringgo tertawa mendengarnya

Mikayla terpaksa masuk dan duduk di sebelah Ringgo.

Adiknya ini pasti punya maksud tersembunyi.

Saat Ringgo menutup pintu mobil dan berjalan menjauh, Mikayla mengawasi sekitar parkiran. Dia merasa ada yang memperhatikannya.

"Cari siapa, kak?"

Mikayla menggeleng.

"Kayak ada yang lagi lihatin."

"Jangan ngomong gitu.... Seram tau," marah Samira karena merasa merinding.

Mikayla tersenyum penuh ledekan.

Ngga jauh dari sana, Nicholas sedang menatap Mikayla dengan tajam. Tubuhnya terlindung oleh badan mobilnya.

Pantas aja tadi sibuk dengan ponselnya, decih Nicholas sebal dalam hati

Pacar, tunangan atau suami, ya? batinnya kepo. Kabar tentang Mikayla beneran zonk. Ngga ada temannya di grup yang membongkar berita gadis itu

*

*

*

"Kak, boleh juga bang Ringgo jadi kandidat," ucap Samira setelah mobil Ringgo pergi meninggalkan rumah mereka.

Mikayla menoyor kening adiknya gemas.

"Buat kamu aja." Dia membuka paga rumahnya.

"Aku tuh ada ikatan dinas, kak. Lama banget. Bang Ringgo bakalan jadi kakek kakek kalo nungguin aku," kikik Samira berderai derai.

"Dia ngga setua itu, 'kali," balas Mikayla juga dengan tawa yang sama berderainya.

"Makanya buat Kak Mika aja. Cocok tuh," sela Samira.

"Cocok dari mananya? Sok tau."

"Tau aja."

Keduanya terus saja tergelak sampai masuk ke dalam rumah.

Mobil Nicholas melewati rumah itu lagi. Dia sengaja membuntuti mobil yang membawa Mikayla dan Samira.

Dia menghela nafas kesal melihat Mika tampak happy setelah diantar pulang sama laki laki yang sayangnya wajahnya tidak terlihat jelas tadi.

Hatinya mulai ngga tenang, dia juga ngga tau kenapa. Malah kini darah yang mengalir di dalam tubuhnya mulai terasa panas.

Ternyata aku sudah digantikan.

*

*

*

"Mika, gimana keputusannya? Ngga jadi pindahkan?" tanya Alea saat menjemputnya. Tadi malam dia sudah sulit tidur.

Mikayla menggelengkan kepala. Terpaksa dia bertahan.

"Setelah aku pikir pikir lagi, belum tentu Bu Siska mau terima aku di sana."

Alea tersenyum lega.

"Ini baru Mika yang aku kenal. Tau sendiri Bu Siska itu plin plan orangnya. Jangan jangan dia sengaja membuang kita karena takut Pak Atma berpaling darinya ke kita," tawa Alea terbahak bahak

Mikayla juga tergelak.

"Kamu ngomong kadang suka benar."

"Tuh, kamu aja setuju."

Keduanya kembali tergelak gelak.

"Kita tunggu aja tanggal nikah keduanya," tukas Alea, masih dengan deraian yang ngga berkesudahan.

"Ya, ya."

*

*

*

Nicholas mulai menjalankan niat jahatnya dengan melakukan meeting dan menggempur direksi keuangan abis abisan pagi ini."

"Maaf, pak." hanya itu yang bisa Bu Irma ucapkan.

Kesalahan Pak Rama berdampak sangat besar bagi tim barunya yang ngga tau apa apa.

Bu Irma sudah menyeleksi anggota timnya saat ini. Mereka bersih dari keterlibatan kasus korupsi.

Hanya saja Rama terlalu pintar memilih anggota yang kompeten untuk bergabung bersamanya. Karena itu kasus korupsi ini aman aman saja selama bertahun tahun.

Pekerjaan mereka terlalu banyak, padahal dia sudah menambah empat orang baru. Tapi rasanya ngga terlalu banyak membantu.

Tim barunya belum paham dengan ritme kerja perusahaan.

"Solusi Bu Irma apa?"

'Beri kami waktu, pak."

Nicholas diam sambil mengetuk ngetuk ujung pulpennya.

"Empat orang yang baru direkrut itu, apakah mereka memang komoeten?"

"Iya, pak. Mereka sudah berpengalaman selama empat tahun."

"Belum terlalu kompeten itu untuk mengatasi masalah perusahaan."

Bu Irma terdiam.

"Diantara mereka berempat, siapa yang paling kompeten menurut Bu Irma?"

"Mikayla, Pak. Hanya kemarin dia agak kurang sehat," jawab Bu Irma cepat tanpa ragu.

Nicholas tersenyum sinis.

"Tempatkan dia jadi asistenku. Dia akan membantu Rido untuk menganalisa proyek bermasalah yang sedang dipegang Rido."

Bu Irma tercengang sesaat.

"Mak maksud, Pak Nicholas?"

"Dia akan membantu Rido sekalian aku menguji kualitasnya," pungkas Nicholas datar.

Bu Irma tau, Rido dan bosnya turut membantunya memeriksa aliran dana proyek.

"Satu lagi bu, tim baru yang sudah ibu bentuk agar semakin meningkatkan kinerjanya. Kita sudah membuang banyak waktu dan dana."

"Maaf, pak."

"Panggil Mikayla menghadap saya sekarang."

"Siap, Pak."

Terpopuler

Comments

Sunaryati

Sunaryati

Jika kau ingin menjalin hubungan lagi dengan Mika kau harus bisa meluluhkan hati ibumu, Nchi, karena ibumu tak setuju, hingga Mika menolak kau tanggungjawab. Semoga kalian berjodoh

2025-04-12

1

Ervina Ard

Ervina Ard

Ini pasti Rido akan muncul lg di part2 berikutnya. Rido bekerja / mgkn owner di perusahaan konstruksi, sm spt Nicho. Uda bs diduga hubungan rangkaiannya dg Nicho-Mika.

2025-04-12

1

Tri Handayani

Tri Handayani

sangat d tunggu double up'nya thorrrr
pengin tau reaksi'nya mereka kalau bertemu langsung dan bertatap muka.

2025-04-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!