Jadi khawatir

"Kamu kenapa, sih, Mika?" tanya Alea dengan tatapan herannya. Suaranya perlahan.

Rumi juga mendekat.

"Ada apa?" bisik Rumi bingung.

"Ini Mika, tumben tumbennya data entrinya hampir semuanya salah," bisik Alea.

"Kok, bisa?" Nala yang juga mendekat jadi kaget mendengarnya.

Seperti bukan Mika saja.

"Kamu lagi sakit?" tanya Rumi jadi khawatir.

"Ngga, sih." Tapi memang kepalanya saat ini sedang berdenyut denyut saking banyaknya pikiran buruk yang terus berseliweran di dalam kepalanya.

"Ya sudah, tugasmu aku saja yang kerjain. Kamu istirahat di ruang kesehatan saja," tukas Nala memberi solusi.

"Alea, kamu temani Mika saja, ya. Biar tugasmu aku yang handle," sambung Rumi yang setuju dengan keputusan Nala.

"Aku ngga apa, kok. Cuma butuh minum teh hangat saja," ucap Mikayla merasa ngga enak. Gara gara dia ketiga temannya malah repot ngurusin dirinya. Apalagi mereka dihinggapi banyak tatapan dari staf lama.

"Ada apa?" Bu Irma yang baru selesai meeting memasuki ruangan para stafnya.

"Bu, maaf. Saya mau nemenin Mika ke pantri sebentar. Dia kayaknya lagi kurang minum," ucap Alea santun.

"Wajahmu memang agak pucat. Wajarlah kalo kamu belum terbiasa dengan ritme kerja di sini," ucapnya maklum.

"Ya, bu. Sebentar saja, kok, bu."

"Iya, ngga apa apa."

"Terimakasih, bu. Kami pergi dulu, bu." Alea langsung menarik tangan Mikayla yang masih ingin menolak dan tetap berada di sini.

"Sudah, kamu diam aja," bisik Alea penuh tekanan.

"Bu Irma juga udah ijinin. Kamu juga, sih, pake acara tiba tiba sakit. Kalo Bu Irma tau kerjaanmu salah salah tadi, bisa bisa kamu langsung dibalikin ke kantor lama. Mau, digaji separuh aja selama setahun?" cerocos Alea lagi setengah mengancam.

Mikayla terdiam.

Kamu ngga tau, Lea. Kalo memang anak pak bos si brengsek Nicholas, aku lebih memilih digaji separuh selama setahun, jawab Mikayla dalam hati

Sambil terus melangkah, Alea terus mengoceh

"Padahal kemarin kerjaan kamu bagus banget. Bu Irma dan staf staf lama bahkan muji muji kamu. Tapi kenapa kamu nurun banget hari ini. Kamu beda banget."

"Wajah kamu juga pucat. Kamu abis lihat hantu, ya? Eh, apa di sini ada hantu?"

Mikayla ngga memberi tanggapan apa pun. Jantungnya kembali ngeredek tambah ngga beraturan.

Dalam hatinya dia sangat berharap, kalo laki laki yang dilihat tadi bukan mantannya.

Mikayla terus menguatkan hatinya untuk terus mendenial semua prasangka buruknya.

Saat dia dan Alea berbelok ke arah pantri, pintu lift yang membawa Nicholas dan asisten pribadinya terbuka.

Mikayla masih duduk diam sampai Alea menghidangkannya secangkir teh panas. Bahkan juga ada roti bakar.

"Makasih, Lea."

"Kamu belum sarapan? Tapi biasanya kamu baik baik aja, kan, biarpun engga sarapan." Alea duduk di depannya, juga dengan secangkir teh yang dia buat juga untuk dirinya.

Mikayla ngga menjawab.

Dia meraih tehnya, meniupnya perlahan sebelum menyesapnya.

Kenapa dia jadi be-go?! Belum tentu juga itu si Nicholas.

Semuanya gara gara keinginan mamanya agar dia cepat menikah, hingga dia jadi teringat pada laki laki yang sudah dia lupakan selama delapan tahun. Tadi malam pun adiknya membicarakannya. Mungkin karena itu pikirannya jadi siwer ngga waras gini.

Setelah menyesap tehnya, pikirannya mulai tenang. Dia kemudian menggigit roti yang dibuatkan Alea.

Dia butuh banyak makanan untuk mengisi otaknya yang sempat kegerus tadi.

Kenapa baru dugaan saja, dia sudah se blank ini. Apalagi kalo beneran itu dia.

Tanpa sadar Mikayla tersenyum tipis mengingat kebodohannya.

Alea yang terus mengamatj ekspresi Mikayla jadi khawatir.

Punggung tangannya langsung ditempelkan ke kening Mikayla.

"Kamu ngga panas," ucapnya setelah ngga merasa suhu tinggi di kening temannya.

"MIKA! Kamu jangan bikin aku cemas," gerutu Alea sebal.

Mikayla tertawa pelan.

"Sorry, gue nampak aneh, ya?" tawanya masih berderai setelah menelan rotinya.

"Yaa! Aneh banget. Hampir sinting!" dengus Alea sambil mencomot roti bakar buatannya.

Mikayla malah tambah berderai tawanya

Dalam hati dia sangat berterimakasih dengan perhatian teman temannya.

Mereka sudah menyelamatkannya.

Besok besok dia ngga akan berperilaku bodoh lagi seperti ini.

*

*

*

"Pak Nicholas?" Bu Irma terkejut mendapat kunjungan mendadak dari Pak Nicholas dan asprinya

Dia yang baru melepas kepergian Mikayla dan Alea kemudian mengecek beberapa pekerjaan stafnya, benar benar ngga nyangka akan didatangi anak pak bos besar.

Tadi setelah meeting, anak pak bosnya tidak mengatakan apa apa.

Aku membuat kesalahan?

Jantungnya berdetak cepat.

Sejak masalah korupsi terungkap, direksinya menjadi sorotan utama. Beberapa stafnya pun terlibat, termasuk wakil bejatnya. Dia sebagai pimpinan direksi keuangan terus saja dicurigai, walaupun sudah terbukti draft kinerjanya bersih

Nicholas hanya mengangguk sambil mengawasi para staf. Tapi agar ngga terlihat menyolok dan mencurigakan, dia menghampiri salah satu staf untuk melihat pekerjaannya

Bu Irma mengikuti dari belakang dengan perasaan agak kecut.

Anak pak bosnya terlihat dingin dan tenang, auranya ngga terbaca.

"Kami akan mempercepat proses pelaporannya, pak," ucap Bu Irma makin ngga tenang saat melihat kediaman anak pak bos besarnya.

"Jangan terlalu memaksakan. Mereka juga perlu istirahat yang cukup."

"Ya, pak."

Para staf yang awalnya tegang mulai mengendurkan sarafnya ketika mendengar perhatian pak bos. Padahal tadi mereka mengira akan dimarahi.

"Jangan lupa berikan mereka bonus tambahan jika terus terusan lembur."

Para staf pun tersenyum makin lebar.

Kenapa dia tidak ada? batinnya setelah mengedarkan pandangannya pada seluruh staf.

Nicholas yakin saat dia melihat foto mantan pacar super mandirinya itu. Wajahnya tidak terlalu berubah, malah Nicholas akui dia agak berbeda.

Perempuan kalo pernah diti duri jadi makin tambah cantik, ya? batinnya ngga sadar.

Padahal dia belum lihat Mikayla seutuhnya. Baru fotonya saja sudah membuat dia oleng melangkah ke arah sini.

Ngga mungkin dia bertanya kepergian Mikayla pada Bu Irma. Bu Irma, Rido dan para stafnya yang lain busa curiga kalo dia ada hubungan dengan Mikayla, si staf baru.

Tanpa kata dia pun berbalik pergi.

Bu Irma menghembuskan nafas lega karena tidak ada omelan yang dihadiahkan buat dirinya.

Dia sebenarnya kemana, sih? Berani beraninya meninggalkan ruangan saat jam kerja, batin Nicholas mengomel.

Harusnya tadi mereka sudah bertemu dan liat liatan.

Biar mantannya sadar, kalo dia memang ngga bisa lepas dari dirinya.

Eh....

Nicholas memijat keras keningnya.

Dia sudah ngga waras.

"Anda sakit, tuan muda?" Rido langsung merespon.

"Tuan muda menemukan kecurangan lagi di direksi keuangan?" tebak Rido sat melihat tuan mudanya masih memijat kepalanya.

"Tidak, aku masih jetlag rupanya," kilahnya menghindar. Terpaksa bohong demi harga dirinya.

Apa yang harus aku lakukan ya padanya....... Menempatkannya jadi sekretarisnya saja?

Nicholas masih berpikir.

Mika ngga boleh meremehkan aku lagi.

Pasti dia sedang butuh banyak uang saat ini.

Tapi untuk apa?

Bukannya dia dari keluarga kaya raya. Kenapa dia harus bekerja keras? Bahkan sampai lembur?!

Nicholas terus membiarkan banyak pikiran liarnya mengisi kepalanya.

Sementara Rido menatap bosnya.makin khawatir.

Terpopuler

Comments

Jossy Jeanette

Jossy Jeanette

sama2 oleng juga ternyata pak bos nicho padahal baru lihat fotonya mika 😅

2025-04-09

1

Tri Handayani

Tri Handayani

ternyata sama"blm bisa move on y...ternyata jg blm takdirnya bertemu padahal udah ikut deg"n kirain bertemu.

2025-04-08

2

Tri Handayani

Tri Handayani

Next thorrr,semangat crazy up'nya

2025-04-08

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!