Part Nicholas

"Kalian berempat mulai besok ditugaskan ke kantor pusat," titah Bu Siska pada Mikayla, Alea, Rumi, dan Nala.

Ketiga temannya menyambut keputusan ini dengan perasaan senang luar biasa. Sedangkan Mikayla malah terdiam

"Sungguh, Bu Siska? Terimakasih, bu," seru Alea ngga percaya. Ternyata mereka berempat kepilih semua.

"Terimakasih bu," seru Rumi dan Nala berbarengan.

"Mika, kita bakalan sama sama," tukas Nala yang ngga menyadari kebimbangan di wajah Mikayla.

Mikayla hanya tersenyum, tapi dia yakin senyumnya hambar.

Dia akan semakin diprioritaskan keluarga kakek neneknya ini buat diminta transferan

Nyicip gitu istilah mereka, batin Mikayla sebal.

"Perusahaan pusat lagi butuh banyak analis seperti kalian. Kalian mungkin akan bekerja lebih keras dari di sini. Tapi jangan khawatir, gaji yang diberikan tiga kali lipat. Jangan lupa bonusnya," jelas Pak Atma selaku ketua divisi mereka.

"Kalian akan terus dipantau. Jika.melakukan kesalahan, kalian akan dipulangkan ke sini lagi. Tapi kalo kesalahannya ngga fatal," sambung Bu Siska lagi.

Oh, bisa balik ke sini lagi? batin Mikayla senang.

"Tapi buang pikiran itu dari kepala kalian. Jika itu terjadi gaji kalian akan dipotong setengahnya selama setahun," ancam Bu Siska seakan tau isi pikiran Mikayla.

Ngga apa, ngga apa. Buat apa gaji gede tapi buat diporotin banyak orang, bantah Mikayla santai.

"Ngga mungkinlah, Bu. Kita pasti akan kerja sebaik baiknya dan ngga akan mempermalukan perusahaan kita. Janji, Bu Siska, Pak Atma," tukas Alea penuh semangat.

Ngga mungkin dia menyia nyiakan kesempatan ini, batinnya.

"Ya bu Siska, Pak Atma. Kita akan bekerja dengan baik di sana," ucap Nala sungguh sungguh. Hatinya lega bisa memberikan pengobatan terbaik untuk papanya nantinya.

"Saya juga janji, bu," sambung Rumi ngga kalah seriusnya.

Mikayla menoleh ketika dia merasa senggolan cukup keras di lengannya.

Alea menatapnya dengan delikan peringatannya, karena masih diam saja.

"Saya juga, bu," ucapnya terpaksa.

Ya sudahlah, batinnya. Mungkin nanti dia akan minta mamanya merahasiakan dulu agar keluarga besarnya ngga cepat heboh.

"Perusahaan akan buka lowongan sepeninggal kalian. Bisa saja posisi kalian sudah digantikan, walau ibu ngga yakin," keluh Siska. Keempat orang gadis di depannya adalah pegawai pegawai terbaiknya.

Ngga biasanya perusahaan pusat meminta sampai empat orang. Biasanya hanya dua orang saja

"Sudah, tenanglah, Sis. Pasti banyak yang berkualitas bagus melamar kerja nanti," tukas Pak Atma dengan sunggingan lebar di bibirnya.

*

*

*

"Kamu kenapa ngga semangat gitu, sih, Ka?" tanya Alea ketika mereka sudah kembali ke ruangan mereka.

"Kamu beneran ngga mau pindah?" Rumi sampai menggelengkan kepala..Teringat ucapan Mikayla di kantin.

"Memang kerjanya bakal capek. Tapi kita bisa punya lebih banyak uang," tawa Nala berderai.

"Nih, lihat saja. Acc kredit mobilku udah ngga ada masalah. Mobilnya ntar lagi diantar. Besok pagi pagi banget kalian aku jemput," tukas Alea senang.

"Beneran, nih?" Nala sangat senang.

"Iya, dong. Ngga mungkin kita masih naek transportasi umum," sambar Alea cepat yang dibalas dengan tawa berderai Nala dan Rumi.

"Emangnya ngga apa apa jemput tiap pagi?" sela Mikayla dalam tawanya.

"Ngga apa apa, baliknya juga diantar. Asal pert a max lancar."

"Beres kalo cuma itu mah." Rumi yang menjawab. Dia selama ini naek motor, cuma rada sungkan bawa motor ke kantor pusat.

"Mobilnya baru, Lea?" tanya Nala ingin tau. Dia juga berencana beli mobil bekas yang tahunnya masih mudaan saja nanti.

Kantor pusat sudah pasti jauh lebih eksklusif dari pada kantor mereka sekarang. Memang ngga mungkin dia naek ojek online demi menghemat waktu.

Mungkin saja akan berjejer mobil mobil pegawai, karena dengan gaji mereka di sana, beli mobil ngga akan sulit.

"Baru, yang lgcc saja. Ngga terlalu mahal. Kamu mau beli, lewat aku aja, lumayan aku bisa dapat bonus," kekeh Alea mengakhiri omongannya.

"Bukan," tawa Nala menanggapi.

"Mau beli mobil bekas saja. Yang ngga nyampe seratus jeti," lanjutnya.

"Tapi kalo ngga teliti, bisa bisa kamu banyak keluar uang, loh, buat perbaikan," tukas Rumi.

"Asal kamu bawa orang yang ngerti mobil aja. Jadi ngga terlalu ketipulah," sahut Mikayla.

"Mobil bekas ngga semuanya jelek, kok. Ada juga yang bagus," lanjut Mikayla lagi.

"Sesuai bajet," kekeh Nala. Niatnya juga biar gampang bawa papanya ke rumah sakit kalo haris cuci darah.

"Tapi sebelum bisa beli, aku nebeng mobil baru kamu, ya, Le." Nala berucap di tengah derai tawanya.

"Lah, tadi, kan, udah aku tawarkan." Tawa mereka kembali meledak.

*

*

*

"Sudah pulang?" tanya mamanya ketika melihat putri tertuanya memasuki rumahnya saat hari masih awal petang.

Biasanya putrinya pulang jam delapanan malam.

"Iya, ma." Mikayla mengambil tempat duduk di samping mamanya.

"Ada apa?' Mamanya sudah tau kebiasaan Mikayla kalo mau ngomong serius.

"Ma, mulai besok, Mika kerja di perusahaan lain."

"Kamu pindah?" Mamanya membetulkan letak duduknya.

Mikayla tersenyum sambil menggenggam tangan mamanya.

"Aku ditarik ke kantor pusat, Pa. Gajinya gede banget, tapi mama rahasiain, ya, sama yang lain."

Mamanya tertawa.

"Ya, ngapain juga kita harus cerita, kan?"

Mikayla juga tertawa.

"Aku mau kredit mobil baru, ma, bulan depan. Biar kita punya mobil kayak dulu."

Sepasang mata mamanya memanas.

"Ya, sayang."

"Samira dan Okta belum pulang, ma?" Mikayla mengalihkan pembicaraan yang membuat mamanya sedih.

"Samira tadi sudah pulang, tapi pergi dengan temannya. Kalo Okta lagi maen sama temannya."

"Oh iya, mam."

"Makan dulu sama mama. Mama sudah masak. Jarang jarang bisa makan sama kamu kalo ngga hari Sabtu atau Minggu."

"Iya, ma." Mikayla menyandarkan kepalanya di lengan mamanya. Inilah yang membuatnya enggan pindah ke perusahaan pusat. Dia takut tidak ada waktu santai bersama mamanya.

*

*

*

Di belahan bumi yang lain.

"Nicho...! Kamu JAAHAAAT!"

Laki laki muda itu terhentak dari tempat tidurnya, membuatnya terjaga.

Punggung bajunya dibasahi keringat yang sangat banyak.

Acc di kamarnya sama sekali tidak terasa dingin.

Nafasnya masih terengah.

Dia langsung menegukkan air mineral yang ada di meja yang berada ngga jauh dari sisi ranjangnya.

Kemudian dia membuka laci meja itu. Meraih kotak kecil berselimutkan kain beludru merah yang ada di sana.

Dia menghela nafas sebelum membukanya.

Sebuah testpack tanpa garis garis merah.

Teringat lagi dialog yang mereka ucapkan pada waktu itu.

"Oke, kalo kamu mau kita putus, aku terima. Tapi aku minta kamu tes dulu agar aku tau apa yang harus aku lakukan nanti."

Gadis berseragam putih abu abu itu terkejut melihat benda keramat yang dia berikan.

"Aku dapetinnya susah. Jangan sia siakan. Cuma beli satu aja."

Kekasih atau mantannya itu menatapnya horor, tapi dia ngga peduli.

"Makanya aku hadang kamu pagi pagi gini. Kata mbak di apotek, harus di tes pagi pagi."

"Di tes?"

"Iya, kamu pipis dulu. Taruh alat itu di pipis kamu. Tunggu bentar. Kalo muncul garis warna merah, kamu hamil. Kalo nggak, kamu aman."

Mata indah di depannya membulat marah.

"Aman? Kamu mau lari dari tanggung jawab?"

Dia yang juga berseragam putih abu abu menatap gadis itu dengan tatapan menyeringai.

"Bukannya kamu yang nolak. Pagi itu, kan, aku udah bilang mau tanggung jawab."

"Jangan ingat ingat lagi!"

Suara gadis itu agak berteriak. Mungkin antara malu dan marah karena aku sudah melihatnya tanpa sehelai benang pun pada malam itu.

Terpopuler

Comments

Saadah Rangkuti

Saadah Rangkuti

ini bukan sequel dari cerita mana pun thor,kisah baru kn

2025-04-04

1

anggita

anggita

👍👆like iklan

2025-04-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!