Pernikahan merupakan impian semua wanita, termasuk Jelita. Sedari dulu dia selalu mengimpikan sebuah pernikahan bersama dengan laki-laki yang mencintainya. Namun, impian tersebut hanyalah sebatas angan pikirnya.
Tidak ada senyuman yang menghiasi wajah cantiknya yang telah di poles dengan make up tebal itu. Hanya guratan kekesalan yang terlihat disana. Dengan dibalut kebaya abu dan sanggul dikepalanya membuat aura Jelita sangat terpancar.
Duduk disebelah Raka dengan baju senada dengan perasaan sedikit gugup. Jelita hanya menundukkan kepalanya. Mendengar dengan seksama ketika Sang ayah menjabat tangan Raka. Raka terlihat begitu tenang dan mengucapkan kalimat Ijab Qabul seolah ia sudah terbiasa mengucapkan kalimat suci itu.
Perasaan Jelita campur aduk ketika saksi mengucapkan kata Sah didekatnya. Jelita sedikit kaku ketika hendak meraih tangan Raka. Sejenak Jelita mencium punggung tangan suaminya.
Jelita berdesir ketika merasakan bibir Raka menyentuh keningnya lembut. Gugup, malu dan sepercik bahagia muncul di hatinya bersamaan. Terlihat kedua orang tua mereka begitu bahagia dengan senyum terukir di wajahnya.
Tidak ada yang lebih baik selain melihat keduanya bahagia pikir Jelita. Pernikahan mereka digelar secara tertutup di kediaman mempelai wanita, hanya beberapa kerabat dan tetangga yang hadir.
*****
Resepsi pernikahan mereka dilanjut malam hari di sebuah hotel bintang lima di tengah kota. Meskipun bukan sebuah pesta besar namun bagi Jelita tetap saja ini sudah istimewa.
Ia yakin biaya yang dikeluarkan oleh Mertuanya cukup besar meskipun hanya mengundang beberapa rekan bisnis Papanya. Hal itu dilakukan Pak Wijaya untuk menghormati keputusan Pak Arman yang tidak ingin Putrinya merasa terbebani nantinya.
Sepanjang acara Jelita hanya cemberut terlihat sekali ia tidak menyukai suasana yang sedang terjadi.
"Bisakah kau tidak menunjukkan ketidaksukaanmu itu!" Ucap Raka yang terlihat risih dengan sikap Jelita.
"Saya memang tidak menyukainya," ucap Jelita singkat.
"Kau pikir aku menyukai semua ini? Aku juga sama sepertimu. Menerima hal ini begitu berat bagiku. Tapi coba kau lihat senyum diwajah mereka, setidaknya kau hargai mereka," ujar Raka seraya menatap kearah kedua orang tuanya yang terlihat begitu bahagia dengan pernikahannya.
"Anda tidak merasakan apa yang saya rasakan." Jelita menggerak-gerakkan kakinya yang merasa tidak nyaman dengan high heel yang ia kenakan.
"Tahanlah sebentar, pesta ini tidak akan berlangsung hingga pagi," ucap Raka seraya melirik singkat kaki Jelita.
"Anda bisa bicara seperti itu karena anda tidak merasakannya." Ujar Jelita berdecak sebal.
Tak lama terlihat Andra dan Dion menghampiri Raka untuk memberikan selamat pada keduanya.
"Selamat, Nona. Anda benar-benar sangat cantik," ujar Andra meraih tangan Jelita. Disusul dengan Dion yang hanya memberikan senyuman dan anggukan kepada Jelita. Kemudian menghampiri Raka disampingnya.
"Selamat Raka. Aku harap kau bisa menemukan kebahagiaanmu bersama wanita ini." Ucap Dion seraya menatap mata Raka penuh makna. Raka hanya terdiam dan menatap balik mata Dion.
Jelita yang melihat interaksi keduanya menjadi bergidik ngeri. Begitu berbeda dengan Andra pikirnya. Jika di lihat-lihat Dion persis seperti Raka. "Apa mereka kembar" batin Jelita. Namun, seperti yang ia ketahui bahwa Raka adalah anak tunggal.
Jelita mengedarkan pandangannya terlihat seorang wanita cantik tengah berjalan berlenggak lenggok mendekat ke arahnya. Dengan gaun merah menjuntai yang terlihat begitu ketat memperlihatkan lekuk tubuhnya.
Jelita mengingat dimana dia pernah melihat wanita itu. Wanita itu langsung menghampiri Raka dan mencium kedua pipinya. Meski Raka tidak membalasnya tetap saja interaksi keduanya benar-benar mengganggunya.
"Selamat atas pernikahanmu," ucap Mutia dengan tangan yang masih setia memegang tangan Raka. Hal itu membuat Jelita merasa mual.
Raka menepis tangan Mutia namun wanita itu tetap terlihat angkuh didepan Jelita. Ia beralih menghampiri Jelita dengan tatapan meneliti tubuh jelita dari ujung rambut hingga ujung kakinya.
"Ah iya. Selamat atas pernikahanmu," ucap wanita itu dengan tatapan remeh.
"Iya terima kasih, Nona." Ucap Jelita dengan menyilangkan tangan di atas perutnya mengikuti gerakan Mutia.
Bukan hanya Mutia, Raka yang melihat juga ikut terheran. Dari mana Jelita punya keberanian seperti itu. Mutia yang melihat reaksi Jelita memilih pergi dari hadapannya.
Kedatangan Mutia membuat suasana hati Jelita semakin buruk. Ingin sekali dia mengeluarkan bola mata Mutia yang telah berani menatapnya demikian. Tanpa ia sadari Raka memperhatikan sejak tadi. Jelita menghadap ke arah Raka secepat mungkin laki-laki itu mengakihkan pandangannya.
*****
Pesta berakhir hampir tengah malam. Jelita benar-benar merasa capek. Kakinya mungkin sudah bengkak karena terlalu lama berdiri menerima ucapan selamat dari para tamu pikirnya.
Jelita mengekori Raka menuju kamar hotel yang telah disediakan untuk mereka. Ketika masuk Jelita bingung harus melakukan apa. ia hanya berdiri didekat pintu kamar. Raka melepaskan membuka kancing kemejanya.
Melihat hal itu Jelita segera memalingkan wajahnya, ia sudah berpikir macam-macam. Hingga ia tersadar ketika mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi.
"Huft ... Selamat," Jelita berjalan menuju meja hias untuk membersihkan sisa make up diwajahnya.
Ditengah aktivitasnya Tamoak Raka keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan celana pendek dan handuk yang mengalung di lehernya. Melihat pemandangan didepannya Jelita menjadi salah tingkah.
"Dia ngapain pakek gituan coba. Apa nggak malu sama gue" gumam Jelita dalam hati.
Raka mendaratkan tubuhnya di atas tempat tidur ditemani benda pipih ditangannya. Jelita merasa kesulitan membuka gaunnya. Beberapa kali ia mencoba namun tetap gagal.
"Ngapain pakek nyangkut sih" jelita bergumam kecil.
Hingga beberapa saat Gaun itu terbuka dengan mudah. Jelita menoleh kebelakang dan betapa terkejutnya ketika melihat Raka sudah berdiri dibelakangnya dengan posisi yang begitu dekat.
"Gunakan mulutmu dengan baik," ucap Raka datar dan kembali ke posisinya semula.
"Makasih," ucap Jelita yang langsung berlalu kekamar mandi setelah mengambil baju gantinya.
Dikamar mandi Jelita tidak dapat berpikir dengan jernih. Perlakuan Raka barusan membuatnya sedikit salah tingkah. Mengingat malam ini adalah malam pertamanya Jelita kembali gugup. Bagaimana nantinya jika dia dan Raka tidur ditempat yang sama.
Pikirannya melayang jauh, berlama-lama di kamar mandi adalah pilihan terbaik untuk saat ini.Jelita merasa bosan berdiam diri dikamar mandi yang hampir setengah jam. Jelita menguap berulang kali, terlihat matanya berair menahan kantuk.
Rambut yang semula basah sudah terlihat mengering. Rasa lelah dan ingin segera beristirahat membuatnya terpaksa harus keluar. Jelita keluar dengan langkah hati-hati. Ia berharap Raka telah tertidur mendahuluinya. Lagi-lagi dugaan Jelita salah. Raka masih tetap dengan posisinya seperti awal.
"Tu manusia kayu nggak capek apa, ngapain juga belum tidur coba," Jelita berucap pelan namun dapat terdengar oleh indera pendengaran Raka yang begitu tajam.
TBC 🌻
.
.
.
Happy Reading 💕
Titik tiga menandakan apa hayo,.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
aryuu
si jelita berdesir Mulu
2024-11-15
0
Marlvsa Marlvsa
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
2024-06-06
1
Er Lita
🤣🤣🤣😂😂💪💪👍😘
2024-05-03
0