Hari yang sial bagi Jelita ketika Adiknya lagi-lagi menagih janji untuk pergi bersama. Memilih untuk pura-pura tidak sadarkan diri ketika Randy mengguncang tubuhnya adalah pilihan terbaik. Namun, Randy bukanlah seseorang yang mudah menyerah akan keinginannya.
"Kak ayo dong. Janji deh kali ini terakhir." Randy merengek manja.
"Lain kali aja ya. Gue capek banget sekarang serius deh," ucap Jelita memelas.
"Gue nggak mau. Sesuai yang lo pernah bilang bakal manjain gue sebelum lo kawin." Randy kekeh dengan keinginannya.
Jelita tak mampu menolak ketika Randy menarik tangannya. Dengan malas Jelita mencuci muka untuk menghilangkan rasa kantuk karena Randy mengganggu tidur siangnya.
Ia mengganti pakaiannya dengan menggunakan celana jeans dan kaos oblong putih kesukaannya. Pergi bersama Randy tidak perlu begitu feminim menurutnya. Jelita menghampiri Randy yang sudah duduk santai menunggunya di sofa ruang tamu.
"Yakin baju lo gitu Kak?" Randy bertanya memperhatikan Jelita dari ujung kelapa hingga kakinya.
"Udah buruan sewot banget sih. Atau gue tidur lagi nih!" ancam Jelita. Dengan segera Randy menarik tangannya.
"Jangan dong. Ayo pergi." Randy menarik Jelita agar mempercepat langkahnya.
"Pakek helm nya ya Kakak ku yang cantik," rayu Randy yang membuat Jelita mual. Adiknya akan selalu bersifat manis jika sedang ada maunya.
"Iya. Sesuai aplikasi ya Bang." Canda Jelita yang membuat Randy mencebikkan bibirnya.
******
Dua saudara yang sedang akur sementara ini tampak menikmati jalanan yang cukup senggang. Jelita beberapa kali memukul punggung Randy ketika Ia menambah laju motornya.
Randy yang melihat ekspresi Kakaknya dari pantulan spion sesekali terbahak. Menjahili sang kakak adalah hal yang paling suka ia lakukan.
Meski tidak sampai menangis ataupun terkadang ia yang berakhir mendapatk pukulan ia tetap saja melakukannya. Mungkin itu adalah cara Randy mengungkapkan kasih sayang kepada saudaranya.
Ia begitu menyayangi Jelita. Terbukti ketika sekolah dasar Randy Sangat tidak menyukai orang-orang yang menganggu Kakaknya meskipun saat itu usianya masih begitu kecil.
Hingga setelah beberapa menit melakukan perjalanan. Randy memasuki area parkir sebuah pusat perbelanjaan. Sudah pasti ia akan meminta dibelikan ini dan itu kepada Kakaknya seperti biasa.
"Ran. Sebelum masuk gue mau ingetin lo, jangan ambil barang yang sekiranya gue nggak mampu beliin," ucap Jelita yang masih duduk di belakang Randy.
"Iya Kak. Gue tau lo miskin, jadi nggak bakal gue peras tenang aja." Randy dan mengambil langkah didepan Jelita.
"Eh gue miskin juga gara-gara lo." Jelita menimpali Randy sambil berjalan menyusul adiknya.
Randy dan Jelita berjalan beriringan di pusat perbelanjaan tersebut. Jika orang tidak mengenal mereka pastilah akan menyangka mereka sepasang kekasih.
Pasalnya Jelita tampak lebih kecil dibanding Randy yang berbeda beberapa tahun dengannya. Belum lagi wajah Jelita yang terlihat ayu pasti akan mengira dia masih anak SMA.
"Kak gue beli ini ya." Randy menunjuk sebuah sepatu yang terpajang didepannya.
"Bentar. Liat harganya, kalau mahal nggak usah." Jelita melirik harga sepatu yang ditunjukkan Randy. Tertera Rp. 799.900-, disana. Jelita menggelengkan kepala dan membuat Randy cemberut.
"Cari yang lain aja, kemahalan buat sepatu doang ini mah," ucap Jelita.
"Yaudah yang ini." Jelita kembali melirik harga yang ditunjukkan Randy. Sedikit lebih murah dibandingkan harga sepatu pertama namun Jelita tetap menggelengkan kepalanya.
"Yaelah Kak. Perasaan 500 ribu udah nggak mahal banget deh." Randy memelas.
"Tetep aja mahal. Lo nggak tahu saldo gue berapa lagi." Jelita mengecilkan suaranya.
"Sekalian aja beliin gue sepatu karet." Randy menjadi kesal kepada Kakaknya.
"Ide bagus. Biar awet dan tahan air," ucap Jelita menangapi candaan Adiknya.
Perdebatan keduanya berakhir ketika Randy tiba-tiba saja berlari membawa salah satu sepatu ke meja kasir tanpa persetujuan Jelita.
Dengan sedikit menahan emosinya Jelita terpaksa membayar belanjaan Adiknya. Mereka memutuskan untuk mampir di sebuah food court untuk mengisi perutnya.
"Inget pesen makanan nggak usah yang mahal. Lo bener-bener nggak tahu diri jadi Adek," ujar Jelita yang masih tetap kesal dengan kelakuan Randy.
"Siap Kakak Kedua," ucap Randy menyamakan kakaknya dengan salah satu tokoh di salah satu film kesukaannya.
Ketika sedang menikmati makanannya Jelita melihat seseorang yang ia kenal duduk sedikit jauh darinya. Laki-laki itu terlihat bersama seorang wanita yang sangat cantik dengan pakaian yang cukup terbuka. Jelita sejenak terdiam melihat hal itu.
Apakah dugaannya selama ini salah kepada Raka. Tapi tidak mungkin ia salah pikirnya. Pembicaraannya dengan Raka usai pertunangan waktu itu seakan membenarkan dugaannya. Melihat Jelita yang tidak melanjutkan makannya Randy ikut melirik kearah mata jelita berkutat.
"Samperin aja buruan," ucap Randy dan membuat lamunan Jelita buyar.
"Enggak usah. Lo udah kelar?" tanya Jelita yang diangguki Randy. Jelita memanggil salah satu pelayan untuk membayar makanan mereka berdua.
******
Jelita dan Randy meninggalkan tempat itu. Namun Jelita tetap menatap kedekatan mereka dari jauh. Melihat hal itu Randy menghentikan langkahnya dan membuat Jelita mengalihkan pandangannya.
"Tu cewek siapanya Kak Raka, lo Kenal?" tanya Randy kepada Kakaknya.
"Enggak. Pacarnya mungkin." Ucap Jelita seadanya dan berjalan mendahului Randy.
Diperjalanan Jelita hanya diam. Suara klakson bersahutan ketika lampu merah berubah Hijau. Jalanan pulang cukup ramai kali ini. Jelita tengelam dalam pikirannya terhadap apa yang ia lihat tadi.
Jika memang Raka tidak menyukai wanita lantas kenapa dia bisa pergi berdua dengan wanita itu. Meski ia sadar bahwa tidak ada yang bisa ia harapkan dalam pertunangan ini seperti yang dikatakan Raka tempo hari.
Tapi jika sampai ketika pernikahan terjadi dan Raka benar-benar tidak menganggapnya. Jelita sedikit sakit memikirkannya.
Sesampainya dirumah Jelita masuk begitu saja tanpa memperdulikan Randy bahkan melewati Ibunya yang sedang duduk menonton acara TV kesukaannya.
Melihat Jelita yang terlihat lesu Bu Rini mengintrogasi Randy yang baru saja masuk membawa plastik belanjaannya. Melihat apa yang ada di tangan Randy Ibunya menduga hal itulah yang menyebabkan Putrinya menjadi kusut.
"Randy. Kamu nguras uang Kakak kamu lagi ya?" tanya Bu Rini sedikit menaikkan intonasinya.
"Dia yang kasih Bu. Aku engga maksa kok beneran," ucap Randy yang tentu saja berbohong.
"Lah terus kenapa mukanya jadi gitu?" Bu Rini menunjuk Kearah jelita menggunakan dagunya.
Baru saja Randy akan menjawab Jelita segera berlari menghampiri Adiknya dan menutup mulutnya. Ia tidak ingin hal yang ia lihat tadi sampai diketahui oleh Ibunya. Randy menepis tangan Jelita dari mulutnya.
"Sakit ogeb." Randy berdecak sebal.
"Engga ada apa-apa kok, Bu. Emang dia yang buat aku kesel setengah mati. Beli sepatu nggak mikir-mikir," ucap Jelita menutupi apa yang sebenernya ia pikirkan.
"Lain kali jangan maksain buat manjain Adik kamu Ta. Kamu juga punya kebutuhan Nak," ucap Bu Rini lembut kepada Putrinya.
"Yee salah sendiri pakek janji mau manjain gue segala," ucap Randy menimpali Ibunya.
Jelita tidak terlalu mempermasalahkan Randy yang meminta lebih kepadanya. Karena dialah yang telah menjanjikan hal itu. Jelita memilih mengurung diri di kamar dan membuka situs Drakor favorit dari ponselnya untuk melupakan semua yang ada dipikirannya. Seperti biasa Jelita akan lupa diri bila sudah ditemukan dengan Drama kesukaannya. Seakan tidak terjadi apa-apa.
TBC 🌻
.
.
.
Happy Reading semua 💕
Love you all💜
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Telik sandi Megantara
mau dibawa kemana hubungan kita
2024-06-22
1
Nanik Kusno
Batalin aja ...
2024-05-03
0
mybaby
ya udh nikahin tu kinan drpd bkn skit hati org lain
2024-03-11
0