Malam yang tenang telah berganti, lantunan azan bersahutan menandakan waktu subuh. Niatnya beberapa hari lalu untuk segera melamar pekerjaan ternyata tidak ia realisasikan segera.
Jelita ingin menikmati santai beberapa waktu dulu pikirnya. Jelita tampak malas membuka mata ketika Ibunya masuk dan menguncang tubuhnya pelan.
"Jelita, bangun buruan shalat sana. Udah lulus masa mau jadi pengangguran." Bu Rini berkata dengan nada bercanda.
"Astafirullah Ibu, aku belum lama loh wisuda. Udah di bilang penggangguran aja" gumam Jelita setengah sadar karena masih mengantuk.
"Sampe kapan, Jelita? Kamu bilang mau kerja di tempat yang sama kaya Rhania, jadi?" tanya Sang ibu membuka tirai jendela kamar.
"Iya, Bu. Hari ini aku kesana ga bakal di undur lagi," ucap Jelita lemas.
"Ya udah bangun cepet. Rezeki di patok ayam mau?" gurau Bu Rini.
Jelita mengangguk dan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan segera melaksanakan Shalat Subuhnya.
*****
Seminggu berlalu begitu cepat dari waktu Jelita melamar pekerjaan di Wijaya Grup. Ia sabar menanti panggilan untuk melakukan interview, hingga waktu yang nanti Jelita pun tiba.
Jelita tampak berlari kecil menuju meja makan untuk menggambil roti kemudian berlalu pergi setelah meneguk air mineral yang sudah di siapkan Ibunya.
"Kok buru-buru banget ta, kenapa telat kamu?" Ibunya menanyakan hal yang seharusnya tidak perlu di tanyakan lagi.
"Ibu kok gak bangunin aku sih. Bisa gagal Interview kalo kayak gini." Jelita nampak kesal namun untuk marah dia tidak memiliki keberanian dan juga itukan kesalahan dia.
"Kamunya aja yang tidur lagi, Ibu nggak taulah," jawab Bu Rini sambil terkekeh.
"Udah buruan pergi sana, Ibu doain semoga diterima dengan baik jadi karyawan disana." Bu Rini menyambut uluran tangan jelita yang akan mencium punggung tangannya.
"Pergi ya Bu, Assalamualaikum," yang kemudian langsung mendapat jawaban dari Bu Rini.
"Waalaikumusalam. Hati-hati ya." Bu Rini melepaskan kepergian Jelita dengan senyum dipipinya dan harapan besar dihatinya.
Sesampainya di alamat yang di tuju Jelita turun dari motor dan memberikan ongkos pada tukang ojek tersebut. Jelita berlari masuk kedalam gedung karena dikejar waktu.
"Duh, ngapain juga sih aku tidur lagi tadi," ia bergumam menyesali kesalahannya. Namun, sesaat ia mendengar seseorang memanggilnya beberapa kali.
"Mba, Mba ... Helm nya jangan di bawa masuk mba. saya mau narik lagi ini!" Abang ojek ia belakangi berteriak meminta helmnya.
Jelita berdecak kesal lagi-lagi ia melakukan kebodohan. "Maaf ya mas, saya buru-buru soalnya." Jelita menyerahkan kembali helm tersebut kepada pemiliknya.
*****
Suasana hatinya tidak begitu baik setelah melakukan interview yang sangat ia tunggu selama beberapa hari ini. Ada rasa lega, takut, khawatir menjadi satu.
ketika hendak keluar gedung Rhania menghampiri Jelita dengan begitu semangat dan mengajak nya kekantin untuk menanyakan berhasil tidaknya sahabat kecilnya itu.
"Gimana hasilnya, kok mukanya pucat gitu?" Rhania menunggu tidak sabar menunggu jawaban Jelita.
"HRD nya galak banget, takut gue. Mana judes lagi." Jelita menjawab dengan tidak bersemangat.
"Cewek pasti ya?" Rhania menebak dan Jelita mengangguk sebagai jawaban.
Rhania tak terkejut dengan jawaban Jelita. Pasalnya penampilan dan wajah cantik Jelita kerap kali menjadi alasan dia tidak disukai oleh wanita lainnya.
"Udah, tenang aja. Lo pasti keterima kerja disini. Masa alasan mereka nolak lo karna terlalu cantik sih, kan gak logis," Rhania menenangkan sahabatnya agar tidak terlalu memikirkan sikap HRD kepadanya.
"Ya moga aja deh, emang muka gue sengeselin itu ya? sampe orang nggak kenal aja langsung ga suka sama gue." Jelita berdecak sebal.
Ketika Rhania harus kembali bekerja karena waktu Makan siang sudah hampir habis Jelita memutuskan untuk pulang kerumahnya. Ia ingin segera beristirahat karena hari ini cukup membuatnya lelah.
Di rumah Jelita sudah di sambut oleh Randy, sang adik dengan bungkus cemilan yang berantakan di sisi kanan kirinya. tangannya memegang ponsel yang entah apa dia kerjakan. Pemandangan itu tentu saja menambah jelek mood Jelita.
"Heh, Beresin awas kalo nggak!" gertak Jelita tiba-tiba.
Randy yang terkejut mendengar kakaknya yang terlihat marah memilih untuk diam dan tidak meladeni kakaknya. Melihat reaksi Randy yang tampak santai Jelita sedikit heran.
"Tumben banget dia nggak mau ribut sama gue, padahal gue butuh pelampiasan buat marah sekarang." Jelita berdecak kesal dan berjalan masuk ke kamarnya.
******
Tiga hari kemudian Jelita mendapatkan pesan bahwa ia resmi bekerja mulai pekan depan. yang artinya hanya beberapa hari lagi jatahnya manjadi kaum rebahan. Mendengar kabar ini tentu saja Jelita senang bukan main.
Bekerja di Wijaya Grup adalah salah satu tujuan utamanya ketika lulus, dan kini hal itu menjadi kenyataan. Tetapi jika ia mengingat betapa judesnya karwayan yang ia jumpai tadi siang Jelita jadi bergidik ngeri.
Akankah dia akan mendapatkan perlakuan seperti itu dari karyawan yang lain juga. Ntahlah yang Jelita pikirkan hanya bagaimana ia bisa bekerja dengan baik dan mendapat gaji untuk membantu Ayahnya memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Halimah
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
2025-02-16
0
Telik sandi Megantara
anak gadis klu blm ketemu jodoh, inginnya semua buat ayah, klu udah nikah tergantung suaminya
2024-06-22
0
Penikmat senja
sabar jelita...
2024-01-28
1