Raka mengendarai mobil memecah kesunyian malam bersama seorang wanita disampingnya. Wanita dengan paras cantik dan rambut pirang itu memberikan berbagai pertanyaan kepada Raka yang seakan tidak ada habisnya. Pertemuannya dengan Raka sedari siang seolah membuatnya tak puas.
"Jadi benar yang dikatakan Tante Rena?" tanya Wanita itu menatap Raka disampingnya.
"Yah. Seperti yang kau ketahui, aku bukanlah orang yang mampu menolak permintaan kedua orang tuaku," ucap Raka yang tetap fokus kedepan.
"Sungguh pengecutnya dirimu. Memperjuangkan wanita saja tidak mampu," ujar wanita itu dengan nada meremehkan.
"Kau tahu itu adalah prinsip ku." Raka berbicara dingin tanpa menoleh lawan bicaranya.
"Yes, I know that Raka. But, kamu nggak akan pernah bahagia kalau raga dan hatimu di miliki wanita yang berbeda." Wanita itu berkata penuh makna.
"Hentikan ucapanmu." Raka tidak ingin berdebat lagi.
Raka fokus mengemudikan mobilnya. Tidak ada perbincangan lagi di antara keduanya. Ucapan Raka cukup jelas sebagai tolakan melanjutkan pembicaraan. Mobil itu berhenti di sebuah perumahan mewah yang bisa dipastikan adalah lingkungan wanita cantik itu.
"Turunlah," ucap Raka singkat kepada wanita disebelahnya.
"Kau ingat apa yang aku katakan Raka." Wanita itu kembali membahas hal yang sama.
"Sudah ku katakan. Aku tidak ingin bicara jika kau hanya membahas hal ini. Turunlah" ucap Raka dingin tanpa menatap lawan bicaranya.
Wanita itu turun dan menutup pintu mobil dengan keras karena kesal. Ia merasa tidak suka dengan perlakuan Raka terhadapnya.
"Aku pulang untuknya, nyatanya dia sama saja seperti dulu. Tidak Apa, aku tidak akan menyerah. Toh saingan beratku juga tidak ada lagi disisinya." Ucap wanita itu seraya tersenyum sinis melihat mobil Raka yang mulai menjauh.
*****
Raka masuk kedalam rumah dan segera menuju kamarnya dilantai dua. Ketika langkah kakinya hampir mencapai anak tangga terakhir Pak Wijaya tiba-tiba memanggilnya. Raka terpaksa turun menghampiri Papanya.
"Ada apa Pa?" tanya Raka sopan.
"Dari mana saja kamu?" tanya Pak Wijaya tegas seperti biasa.
"Aku hanya menemuinya sebentar Pa," ucap Raka.
"Sudah Papa bilang jangan bergaul dengan wanita itu. Dia hanya bisa mempengaruhi otak mu!" ucap Pak Wijaya.
"Ada apa sih Pa?" Bu Rena tiba-tiba saja muncul mendengar keributan kecil yang terdengar dari kamarnya.
"Urus keponakan kamu yang ganjen itu. Papa benar-benar tidak menyukainya," timpal Pak Wijaya.
"Papa, Mutia itu anak kandung adik aku. Apa mungkin aku melarangnya berteman dengan Raka. Mereka itu saudara Pa." Bu Rena membela keponakannya.
"Apapun alasannya Papa tidak suka. Raka jauhi dia, dan kau istirahatlah. Pernikahanmu tidak lama lagi jangan membuat masalah." Pak Wijaya memberikan perintah.
Raka yang dipersilahkan pergi oleh Papanya segera berlalu meninggalkan kedua orangtuanya yang masih saja membahas Mutia.
Keponakan Renata yang sangat tidak sukai Pak Wijaya keberadaannya. Sikap manja dan selalu menganggap Raka sebagai Kakaknya agar dapat selalu dekat padanya membuat Pak Wijaya begitu membenci Mutia.
Raka bukannya tidak tahu dengan apa yang sebenarnya Mutia rasakan. Kenal sejak kecil membuat Raka dan Mutia tampak dekat, hingga Mutia beranjak dewasa Ia menjadi besar kepala.
Raka hanya bersikap biasa saja agar Mutia tidak melakukan hal yang tidak-tidak kepadanya. Biar bagaimanapun Mamanya cukup menyayangi keponakannya itu pikir Raka.
*****
Di kantor lagi-lagi Jelita terkejut melihat keberadaan Mutia yang keluar dari lift bersamaan dengan Raka. Wanita itu tampak menggandeng tangan Raka dan anehnya Raka tidak menghalanginya. Andra ikut berjalan dibelakang mereka. Pemandangan itu semakin membuat Jelita melongo.
"Bukankah itu cewek yang kemaren, apa bener pacarnya ya." Jelita bergumam pelan sambil terus memperhatikan mereka. Tanpa di duga Raka menoleh ke arahnya. Dengan segera Jelita mengalihkan pandangannya.
"Lihat apaan?" tanya Rhania yang tiba-tiba saja sudah berada disampingnya.
"Engga." Jelita menjawab singkat.
"Udah gue bilang, Pak Raka bukan penyuka sesama jenis. Tuh pacarnya cantik banget," ucap Rhania yang membuat Jelita terhenyak.
"Lo yakin tu cewek pacarnya?" tanya Jelita gugup.
"Kenapa, cemburu? Emang lo siapanya sayang. Ya udah buruan balik. Bu Arne udah nungguin." Rhania berucap merayu sahabatnya
"Dih. Ngapain juga gue cemburu. Gue kasian aja sama Pak Andra liat pacarnya digandeng wanita lain tepat di depan matanya." Perkataan Jelita membuat kedua mata Rhania membulat sempurna. Tidak salah jika Rhania menganggap Jelita tidak waras.
******
Mereka bertiga terlihat berada disebuah restoran Jepang. Mutia yang sedari tadi bergelayut di lengan Raka membuat Andra begitu jengkel dengan wanita itu. Tatapan tak suka yang Andra lemparkan padanya membuat Mutia sebal.
"Ada apa dengan matamu?" tanya Mutia yang membuat Andra membuang muka.
"Cepat habiskan makananmu. Apa kau mengajak ku kesini hanya untuk memegang tanganku?" Raka bertanya seraya melirik tangannya
"Ups ... Maafkan aku," ucap Mutia dengan gaya centilnya melepaskan tangan Raka.
"Pulanglah. Aku akan memesan taksi untukmu. Kau benar-benar sangat menggangu pekerjaanku." Raka berucap tanpa melihat Mutia.
"Aku tidak mau. Dan kau lihat sedari aku tidak menggangumu sama sekali," ucap Mutia menolak keinginan Raka.
"Kau cukup menggangu duduk berdiam di dalam ruangan Pak Raka Nona." Andra menekan kata-katanya.
"Apa hak mu. Kau tahu aku dan dia adalah keluarga, dan kau tidak ada hak untuk mengusir ku," ucap Mutia angkuh.
"Jelas saja saya ber hak. Saya adalah Asisten Pribadi nya. Kedatangan anda tidak diharapkan Pak Raka sama sekali. Dan kau dengar sendiri dia berkata kau mengganggu waktunya!" tegas Andra yang membuat Mutia terdiam.
"Baiklah aku pulang. Nanti malam aku akan menemuimu," ucap Mutia selembut mungkin kepada Raka.
"Tidak perlu. Nanti malam aku harus mengurus pekerjaanku. Pulanglah," tolak Raka yang membuat Andra menahan senyum melihat Mutia yang memerah didepannya.
Setelah Wanita itu berlalu Raka dan Andra kembali kekantor. Jalanan terlihat ramai dan menyebabkan kemacetan.
"Tu cewek nggak berubah sama sekali. Kenapa masih lo ladenin sih Ka?" Andra yang tidak bisa menahan kesalnya sejak tadi kepada Mutia akhirnya buka suara.
"Gue harus gimana. Mama sayang sama dia Ndra. Dia ngadu gue juga yang susah." Raka menjelaskan.
"Mama lagi. Mama lagi. Gue nggak habis pikir sama lo. Nggak semua harus lo terima Ka. Tu anak udah gede, dia tu suka sama lo sebagai cowok bukan Kakaknya." Andra menjelaskan seraya melirik Raka disampingnya.
"Gue juga tahu Ndra. Dan gue nggak bisa berbuat apa-apa. Biarin aja nanti juga capek," timpal Raka.
"Iya kalo dia capek, lah kalo enggak capek-capek gimana. Dia nggak akan berhenti Ka," ucap Andra tak habis pikir dengan Raka.
"Dan jangan lupakan Jelita. Ketika kalian sudah resmi menikah apa lo bakal tetep biarin dia gitu aja," sambungnya.
Mendengar perkataan Andra. Raka sejenak terdiam, ia tidak berpikir sejauh itu. Dan juga apa pernikahan yang dimaksud akan benar-benar seperti pernikahan pada umumnya, sepertinya tidak pikir Raka.
"Udah cepet jalan. Jangan membahas hal yang tidak seharusnya Ndra," ucap Raka menyudahi perdebatannya.
"Baik Tuan." Andra kembali bicara formal sembari menahan tawa dan mendapat pukulan di bahunya.
Ucapan Andra beberapa saat yang lalu cukup berpengaruh terhadap konsentrasi Raka. Dia terlihat tidak fokus dengan apa yang di sampaikan oleh beberapa rekan bisnis yang menawarkan kontrak dengannya.
"Lo kenapa?" tanya Andra mengguncang bahu Raka yang terlihat tidak baik-baik saja.
"Gue nggak fokus hari ini," ujar Raka sambil memencet pangkal hidungnya.
"Lo sakit?" Andra sedikit khawatir dengan keadaan Raka.
"Bukan. Gue cuma nggak bisa fokus aja." Raka berucap seraya menyandarkan kepalanya.
"Gue mau pulang. Lo urus sisanya," lanjutnya.
"Duh. Ada-ada aja sih calon manten." Andra berlalu meninggalkan ruangan Raka.
Bukan kesehatannya yang bermasalah. Hanya saja pikiran Raka sedang tidak berada di tempatnya. Ia tidak bisa memaksakan kondisinya untuk tetap bekerja, akan percuma nantinya.
Pernikahan yang tinggal hitungan hari semakin menambah beban pikirannya. Kisah masa lalu dengan Kinan yang belum usai juga tetap saja memenuhi otaknya. Kedua nama wanita itu membuatnya frustasi.
TBC 🌻
.
.
.
Happy Reading 💕
Semoga suka 🌧🌧
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
aryuu
Raka sebego itu ya...
2024-11-15
0
Nanik Kusno
Mencla-mencle....
2024-05-03
1
Sulaiman Efendy
SOK2 JDI MANUSIA DINGIN DN KAKU, TPI GK PNY PNDIRIAN DN GK TEGAS....
2024-01-10
1