Dua bulan telah berlalu, itu artinya pernikahan Raka dan Jelita tidak lama lagi akan berlangsung. Tidak ada yang berubah dari hubungannya .Mereka tetap sama seperti awal mengenal. Setelah pertemuan itu Jelita sedikit menghindari Raka.
Perkataan Raka tempo hari begitu terngiang dipikiran Jelita. Ia hanya menyapa sebagaimana karyawan lainnya.Hubungan mereka tak lebih sekedar Atasan dan Karyawannya. Seolah-olah cincin yang ada di jari mereka tiada artinya.
Kedua orang tua mereka sepakat untuk tidak mencampuri urusan keduanya. Waktu tiga bulan yang di minta Pak Arman adalah hak Jelita agar dapat menikmati kebersamaan dengan keluarganya sebelum menyandang status Istri Raka.
Jelita hanya fokus menghabiskan waktu yang diberikan orang tuanya untuk dapat bersama mereka sepenuhnya. Jelita menjadi lebih rajin membantu Sang Ibu dan bermanja setiap harinya. Mengunjungi Ayahnya di toko bila ia pulang lebih dulu.
Memanjakan Randy untuk pergi kemanapun ia mau selagi Jelita mampu. Ia benar-benar mencoba untuk bersikap biasa saja tanpa mengingat statusnya sebagai tunangan dari seorang Raka.
Begitupun dengan Raka yang terus fokus menjalankan bisnisnya yang kerap kali membuatnya harus keluar negeri selama beberapa pekan untuk mengembangkan bisnisnya.
Hal itu semakin membuat hubungannya dengan Jelita sulit untuk mengalami perkembangan. Raka sadar Jelita begitu menghindari dirinya. Namun dia tidak dapat berbuat apa-apa. Toh memang dia tidak memiliki perasaan apapun kepada wanita itu pikirnya.
Hari ini Jelita terpaksa lembur karena pekerjaannya yang begitu menumpuk. Tak ia duga bahwa malam ini akan hujan cukup lebat. Akan terlalu menyiksa diri jika ia memaksakan berlari. Hingga ia memutuskan untuk berteduh di halte. Menunggu angkutan umum juga seperti akan sia-sia.
Sedangkan ponselnya mati kehabisan daya untuk menelpon Randy atau memesan Ojek Online agar bisa pulang.
Jelita mendekap lengannya menahan udara dingin menyelinap menembus kemejanya. Hingga ia tersadar ketika Raka menepikan mobilnya dan mengajak Jelita untuk masuk.
Jelita tampak ragu, pasalnya setelah pergi berdua kali itu mereka tidak pernah bertemu secara pribadi lagi. Namun karena keadaan yang mendesak Jelita memilih untuk tidak memusingkan hal lain. Ia langsung membuka pintu dan duduk disebelah Raka yang sudah menunggunya duduk di kursi kemudi.
"Terimakasih," ucap Jelita setelah memasang self beltnya.
"Apa kau tidak tau waktu sampai pulang selarut ini?" pertanyaan Raka sedikit membuat Jelita tertegun.
"Aku hanya melakukan kewajibanku," ucap Jelita singkat.
"Apa tidak ada hari lain. Apa perlu kau aku pecat sekarang juga," ucap Raka dan membuat Jelita bertanya-tanya.
"Aku hanya tidak ingin pekerjaanku besok lebih banyak lagi," sambung Jelita.
"Tetap saja. Aku tidak ingin terlihat buruk di depan keluargamu. Kau tau sebentar lagi kita akan menikah. Dan jika sampai kau sakit kedua orang tua kita pasti akan menyalahkan aku dalam hal ini." Raka menjelaskan panjang lebar.
"Maafkan aku," hanya maaf yang Jelita berani ucapkan.
Raka mengemudikan mobilnya dengan begitu hati-hati. Hujan cukup deras bahkan sedikit menganggu penglihatannya. Jelita beberapa kali bersin dan hidungnya tampak memerah, sesekali menguap. Raka melirik sekilas ke arah Jelita dan kembali fokus mengemudi.
"Istirahatlah, akan kubangunkan ketika tiba di rumahmu," ucap Raka yang langsung diikuti oleh Jelita.
Tak berselang lama Ketika Raka menoleh kearah Jelita wanita itu telah tertidur dengan mulutnya yang terbuka, mungkin terlalu lelah.
"Dasar kerbau," umpat pria itu.
Perjalanan yang biasanya bisa ditempuh 15 menit menjadi lebih lama karena Raka harus mengurangi kecepatannya. Hingga tiba di depan rumah Jelita.
Raka hendak mengguncang tubuhnya namun tak tega melihat wanita itu tertidur begitu pulas. Dia tampak cukup lelah. Hingga Jelita mengerjapkan matanya pelan dan menyadari bahwa dia sudah sampai sejak tadi. Hujan masih turun begitu deras.
"Kenapa kau tidak membangunkanku?" tanya Jelita sambil merapikan ikatan rambutnya.
"Kita baru saja tiba," ucap Raka sedikit berbohong.
"Apa kau ingin mampir?" tanya Jelita dan dijawab dengan gelengan kepala oleh Raka.
"Nanti saja. Aku rasa orang tua mu sudah beristirahat," ucap Raka.
"Baiklah aku turun. Terimakasih." Jelita dan hendak berlalu turun. Namun tangannya ditahan oleh Raka. Jelita menatap Raka heran. Raka melepaskan genggaman tangganya dan meraih payung yang ia letakkan di belakang.
"Pakailah. Kau akan basah kuyup berjalan dibawah hujan sederas ini." Raka tiba-tiba membuyarkan lamunan Jelita.
"Baik. Aku pulang, terimakasih telah mengantarku," ucap Jelita dan tidak mendapat jawaban dari Raka. Raka melihat Jelita yang tampak menjauh dari pandangannya telah masuk kedalam rumahnya.
*****
Tiba dikamar Jelita membersihkan diri dan mmengganti pakaiannya agar nyaman beristirahat. Jelita merasakan jantungnya berdegup tak beraturan. Ia memegang dadanya sembari mengernyitkan heran. Ia kembali mengingat ketika Raka menahan tangannya di mobil tadi.
"Dasar otak kotor. Apa yang lo pikirin." Jelita menonyor kepalanya sendiri meruntuki kebodohannya.
Jelita merasa haus dan pergi ke dapur. Disaat menikmati minumannya Jelita terkejut bukan main ketika Randy muncul tiba-tiba di depannya.
"Lo mau bikin gue mati cepet. Iya!" gertak Jelita.
"Ngga sengaja yaelah. Minggir! Gue juga aus kali." Randy menggeser posisi Jelita.
"Eh ... Kak. Lo di anter Kak Raka ya?" tanya Randy
"Iya. Kok lo tau?" Jelita balik bertanya.
"Gue liat dari jendela. Tapi lama banget sih lo engga turun-turun. Ngapain sama Dia," ucap Randy dan membuat Jelita tersedak air.
"Lo serius udah lama?" tanya Jelita lagi.
"Halah pake acara pura-pura **** lagi lo." Randy berlalu meninggalkan Jelita yang masih dalam kebingungannya. Bukankah Raka berkata baru saja tiba ketika dia terbangun pikirnya. Ia terlalu lelah untuk memikirkan hal itu dan memilih pergi tidur.
*******
Di kamar dengan nuansa hitam itu terlihat Raka berbaring di tempat tidurnya. Matanya masih terbuka sedari tadi. Tangannya fokus dengan benda pipih ditangannya. Ia tampak menghubungi seseorang.
"Bisa engga sih, Ka. Lo kalo mau nelpon gue tu besok-besok aja!" sambar Andra suara yang terdengar begitu mengantuk.
"Cari tau Jelita masuk di divisi mana. Katakan pada ketua divisinya Jelita tidak boleh lembur lewat dari jam 8 malam." Raka berucap tegas.
"Iya besok kerjain," ucap Andra patuh.
"Tapi ingat! Jangan sampai jelita tahu soal ini, Ndra." Raka mengingatkan Andra yang terbiasa menyampaikan segala sesuatu yang ia tahu kemana saja.
"Iya Bos. Rahasia lo aman sama gue." ucap Andra meyakinkan Raka.
Entah mengapa ketika melihat Jelita begitu lelah ia menjadi sedikit tak tega. niat awal yang ingin membuat Jelita menyesal telah berbuat tidak sopan padanya seolah menghilang begitu saja. Raka memejamkan mata menutup malam yang sedikit riuh dengan derai hujan.
TBC
Salam hangat 🌻
.
.
.
Author mohon dukungan kalian, tolong tinggalkan jejak berupa like dan komentarnya.
See ya 💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Nur Bahagia
jangan bentar2 minta maaf jelita
2024-11-03
0
Telik sandi Megantara
mendustai hati nurani
aslinya perhatian si kaku
2024-06-22
1
Nanik Kusno
Cepet bucin dunk.....
2024-05-03
0