Ketika Jelita berlalu dari ruangannya, Raka tampak puas melihat Jelita yang begitu takut melihatnya. Berbanding terbalik ketika pertama kali bertemu dengannya.
“Hahaha!! Aku tidak menyangka dia bisa setakut itu.” Raka tak bisa menahan tawanya mengingat Jelita yang menjadi pucat mendapat perlakuan dingin darinya.
Andra yang baru masuk keruangannya dibuat heran dengan tingkah Bosnya yang terlihat tidak waras.
“Apakah Anda masih waras Pak?” Andra mencoba bertanya dengan sopan.
“Pertanyaan macam apa itu. Lo kalau pengen nggak sopan nggak usah setengah-setengah.” Raka kesal dengan pertanyaan Andra.
“Maafkan saya Pak.” Andra kembali formal seperti biasa.
“Apa jadwalku selanjutnya?” Andra langsung membuka agendanya.
“Satu jam lagi ada pertemuan dengan Pak Anton dari Perusahaan V Pak," jelas Andra.
“Baik mari kita lakukan dengan baik hari ini.” Raka berucap menepuk bahu Andra pelan sambil tersenyum senang. Andra kembali dibuat bingung dengan sikap Raka yang tidak seserius biasanya.
********
“Nyesel. Gue nyesel ikutin saran lo Rhan. Harusnya gue pura-pura lupa aja soal itu.” Jelita memijit keningnya frustasi. Nyatanya mengikuti saran Rhania hanya menimbulkan masalah baru baginya.
“Emang gue nyuruh lo minta maaf di jam kerja? Kan enggak. Lo aja salah milih tempat.” Rhania berdalih mencari celah agar tidak disudutkan oleh temannya.
“Gue bener-bener nggak paham ama tu makhluk. Gue udah minta maaf tulus dari hati, malah main usir aja.” Jelita sangat kesal dengan perlakuan Raka kepadanya.
“Mungkin lo salah tempat aja Ta. Lo bisa minta maaf lagi sama dia dilain kesempatan, semangat oke.” Rhania tetap mendukung Jelita untuk melanjutkan usahanya.
“Gue nyerah deh. Bodo amat dia mau pecat silahkan. Capek gue.” Jelita tidak ingin mendapat perlakuan yang sama jika menemui Raka kembali.
“Sabar cantik. Ntar cepet tua.” Rhania menoel dagu Jelita yang membuatnya bergidik ngeri.
“Ehem em.. Ngobrol aja terus. Ini kantor punya nenek kalian, silahkan lanjutkan” Bu Arne yang tiba-tiba saja berdiri dibelakang Rhania membuat Rhania seketika mengambil langkah.
Jelita melanjutkan pekerjaan dengan mood yang berantakan. Keyboard didepannya menjadi sasaran kekesalannya, mengetik dengan kekuatan yang tidak sewajarnya menimbulkan suara sedikit berisik dan menarik perhatian beberapa rekan kerjanya.
*******
Suasana dirumah Jelita nampak berbeda malam ini. Pasalnya ini adalah malam untuk mempertemukan Jelita dengan calon suaminya sebelum bertunangan.
Jelas saja Jelita merasa begitu gugup, ini adalah kali pertama ia berjumpa dengan laki-laki yang akan menjadi pemimpin dalam rumah tangganya.
Ia ingin memberikan kesan yang baik dengan calon suaminya, cukup dengan laki-laki kaku itu ia memiliki kesan pertemuan yang buruk pikirnya.
Meskipun hanya sebuah perkenalan dan makan malam Jelita tetap sedikit berdandan untuk menyambut kedatangan mereka. Ibunya kekeh ingin Putri kesayangannya tampak cantik didepan calon besannya.
“Udah, Bu. Lagian ini cuma kenalan doang. Bukan nikahnya.” Jelita sedikit menolak ketika ibunya mengarahkan lipstik merah menyala itu ke bibirnya.
“Tetep aja, kamu harus bikin calon suami kamu terpesona malam ini.” Bu Rini tidak menyerah.
“Yang ada dia takut liat aku. Lagian nanti juga bakal makan malem sama mereka, kalau lipstik aku luntur malu dong Bu.” Masih setia menahan tangan Ibunya.
“Kamu tenang aja. Ini lipstik mahal jadi nggak bakal luntur.” Namun Jelita tetap kekeh menolak dan membuat Bu Rini menyerah.
“Aku tu cantiknya alami Bu. Jadi nggak usah pakek ginian hehe,” jawab Jelita sambil lip glos kesayangannya mengoleskan ke bibirnya yang membuat wajahnya terlihat fresh dan awet muda.
Perdebatan mereka berdua berakhir ketika mendengar deru mobil yang baru tiba. Tak lama terdengar ketukan pintu beberapa kali menandakan tamu yang ditunggu telah tiba.
“Ayo cepet, calon suami kamu udah dateng,” ucap Bu Rini semangat seraya menarik tangan Putrinya.
Perasaan gugup kembali menghampiri Jelita. Ia tidak mengerti kenapa bisa dia segugup ini. Mendengar Ibunya mengucapkan calon suami membuatnya berdesir.
Pak Arman membuka pintu dan mempersilahkan tamunya masuk. Ia merangkul pundak sahabat pada masa mudanya itu. Kedua terlihat begitu dekat.
“Duduklah. Istri dan Putriku sebentar bergabung,” ucap Pak Arman mempersilahkan Pak Wijaya beserta istrinya untuk duduk.
“Terima kasih Man. Santai saja Putraku juga belum tiba. Mungkin beberapa menit lagi dia datang.” Pak Wijaya menjawab dengan ramah. Sesaat kemudian tampak Jelita berjalan di samping Bu Rini dan membuat mereka menoleh ke arah Jelita.
“Ini Putrimu? Wah cantik sekali Man. Benarkan Ma!” seru Pak Wijaya.
“Benar Pa. Papa tidak salah pilih menantu buat Mama," ucap Bu Rena lembut seraya mengelus pipi Jelita.
“Terimakasih Om, Tante.” Jelita tersipu.
“Ah iya, bukankah kau memiliki seorang putra juga. Dimana dia?” tanya Pak Wijaya.
“Anak itu memilih pergi bersama temannya malam ini. Kau tahulah anak muda,” jawab Pak Arman dengan nada bercanda.
Mereka berbicara ringan menikmati jamuan yang telah disajikan pemilik rumah sembari menunggu kedatangan Raka yang katanya sedang menyelesaikan pekerjaannya. Lima belas menit berlalu mereka berbincang hangat sambil sesekali tertawa.
Jelita yang duduk disamping Ibunya hanya mampu menyimak pembahasan kedua orang tuanya. Hingga suasana sedikit hening ketika terdengar suara mobil berhenti didepan rumahnya. Dan bisa dipastikan itu adalah Raka.
“Assalamuaikum.” Raka berucap sopan. Dan mendapat jawaban dari semua yang berada disana.
“waalaikumsalam,” jawab semua yang berada di ruangan bersamaan.
Tentu Jelita ingat siapa pemilik suara itu. Meskipun Raka mengucapakknya berbeda tapi Jelita sangat mengingatnya. Dan benar saja ketika Jelita melihat kearah pintu masuk Raka dengan tetap berpakaian rapi seperti dikantor semakin mendekat dan duduk di sebelah Papanya. Jelita kembali menunduk menyembunyikan wajahnya.
“Mengapa dunia sesempit ini tuhan!!” teriak Jelita membatin.
“Ini Putraku Man,” ucap Pak Wijaya dan Raka mengulurkan tangannya kepada Pak Arman dan Bu Rini. Sekilas ia melihat Jelita yang menunduk sehingga ia tidak dapat melihat wajahnya sejak tadi.
“Ta, ayo perkenalkan dirimu sayang.” Bu Rini meminta Jelita untuk memperkenalkan diri.
Perlahan Jelita mengangkat kepalanya memberanikan diri untuk menatap Raka. Tak berbeda jauh dengan Jelita, Raka begitu terkejut mengetahui fakta siapa yang akan menjadi calon istrinya.
Namun ia mencoba untuk setenang mungkin lalu mengulurkan tangannya terlebih dahulu dan Jelita dengan ragu menerima tangan Raka.
“Raka. Senang mengenalmu,” ucap Raka singkat.
“Jelita.” Jelita menjawab pelan lalu tersenyum.
Seketika Raka terpesona dengan seyum manisnya. Namun ia mencoba untuk terlihat biasa saja. Mereka melepaskan tangan satu sama lain.
Kedua keluarga ini tampak bahagia membahas tentang rencana anak mereka kedepannya tanpa mereka ketahui bahwa perjodohan yang mereka lakukan adalah mimpi buruk bagi anak-anaknya.
Pertemuan malam itu dilanjutkan dengan makan malam bersama. Tepatnya orang tua mereka saja yang tampak menikmati.
Sedangkan mereka berdua seperti kehilangan nafsu makan, apalagi dengan posisi berhadapan, membuat ruang gerak Jelita begitu terbatas didepan laki-laki yang sangat menyebalkan baginya.
TBC 🌻
.
.
.
Bayangin kalian yang ada diposisi Jelita.
Bayangin aja dulu, dilamarnya nanti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
💜jiminaa💜🐣
klo kata orang Malaya terkejut emak. 🤣🤣🤣
2024-02-28
0
Sulaiman Efendy
UNTUNG GK SAMA2 SALING TERKEJUT...
2024-01-10
0
Fifid Dwi Ariyani
yrussabar
2023-12-05
1