"Ihhh, jahat banget sihh ndak ada yang jengukin Raina. Hiks, Raina sedih kak Revan lebih milih nemenin Shakira jalan-jalan dari pada nemenin Raina, Raina kan lagi sakit." Ucap Raina dengan raut wajah yang sedih.
Sudah 3 hari lamanya Raina di rawat di rumah sakit, karena harus menyelesaikan pekerjaan di luar kota selama 1 minggu Devano terpaksa harus meninggalkan Raina.
Raina hanya di temani Mayang dan Saras, sedangkan kedua orang tuanya sedang melakukan bisnis dan baru saja berangkat tadi pagi. Revan? Pria itu lebih memilih mengajak Shakira jalan-jalan di mall dibandingkan menemani Raina di rumah sakit.
"Nona, jangan lah bersedih. Saya ikut sedih melihat wajah nona selalu terlihat sedih belakangan ini." Ucap Mayang yang ikut sedih melihat Raina lebih sering menangis belakangan hari ini.
"Mbak, apa Raina udah nakal banget ya sampai-sampai kak Revan ndak sayang sama Raina lagi? Kenapa sekarang kak Revan lebih peduli sama Shakira daripada Raina?" Tanya Raina, wajah gadis itu terlihat sangat pucat.
"Tidak mungkin nona, tuan muda pasti sayang sama nona. Mungkin saja sekarang tuan muda Revan sedang ada masalah atau kesibukan yang tidak bisa di tinggal." Ucap Saras, pelayan itu sangat merasa kasihan dengan wajah Raina yang selalu terlihat sedih. Sangat berbeda dengan Raina dulu yang selalu tersenyum dan menebarkan kebahagiaan untuk orang-orang di sekitarnya.
"Sudahlah mbak, Raina tau kalo selama ini Raina itu beban di keluarga Raina. Mulai sekarang Raina akan mulai hidup mandiri, mbak Mayang dan mbak Saras juga boleh kok berhenti jadi pelayannya Raina." Ucap Raina.
"Tidak nona, saya sudah berjanji pada oma dan opa nona untuk selalu menjadi pelayan pribadi nona sampai kapanpun." Ucap Mayang dengan tegas.
"Saya juga nona, saya tidak akan pernah mau meninggalkan nona." Ucap Saras juga dengan nadaYang tegas.
Raina sangat terharu dengan kesetiaan Mayang dan Saras padanya.
"Terimakasih," Raina dengan tulus tersenyum pada kedua pelayannya.
Perlahan kedua mata Raina mulai meredup, gadis itu tertidur karena pengaruh obat yang baru saja diminumnya.
Sementara itu, Devano yang baru saja menyelesaikan meeting dengan klien berniat untuk menghubungi Raina. Pria tampan itu bahkan sudah sangat merindukan gadisnya, namun sayang saat panggilan terhubung bukan Raina yang menjawabnya melainkan Mayang karena Raina sudah tidur setelah meminum obatnya.
Emosi Devano menjadi saat mendengar informasi yang di berikan mata-matanya bahwa tunangannya itu kembali menangis karena Revan kembali tidak memperdulikan Raina.
"Kurang ajar!!" Teriak Devano, pria itu terlihat sangat marah saat mengetahuinya.
"Tunggulah sayang, aku akan segera menyelesaikan pekerjaan disini dan akan datang untuk menjemput mu." Gumam Devano sembari menatap foto Raina yang sedang tersenyum di galeri ponselnya.
Hari pun berlalu, kini Raina sudah di perbolehkan untuk pulang ke rumah. Raina sangat excited saat Bima dan Dewi sudah selesai merapikan semua keperluannya di rumah sakit dan bersiap kembali ke rumah.
"Anak mama yang cantik ini seperti nya sangat senang sekali akan kembali ke rumah humm," ucap Dewi menggoda Raina yang masih saja tersenyum sejak berada di rumah sakit hingga berada di dalam mobil.
"Iya dong ma, Raina bosen banget di rumah sakit. Ndak enak, apa lagi kalo mama papa lagi ada kerjaan Raina kesepian ndak ada teman." Jawab Raina.
Dewi terdiam mendengar perkataan Raina, memang setelah mendengar perkataan Devano tempo lalu Dewi menjadi sadar dan lebih memberi perhatian lebih pada Raina. Bahkan wanita itu selalu menasehati Revan untuk tidak bersikap dingin pada Raina. Dewi terkejut saat mendengar perkataan Raina yang merasa kesepian saat mereka sedang bekerja, karena setau Dewi dan Bima, Revan mereka tugaskan untuk menemani Raina selama mereka tidak ada. Lalu kemana Revan saat itu? Apa Revan tidak melakukan perintah mereka?
"Kok kesepian sayang? Kan papa dan mama sudah meminta kakak kamu Revan untuk nemenin kamu?" Tanya Bima heran.
"Kak Revan ndak pernah nemenin Raina, cuma mbak Mayang dan Saras yang nemenin Raina." Jawab Raina dengan sedikit tersenyum, Dewi tau apa arti dari senyuman yang di berikan Raina. Putrinya itu sedang menyembunyikan kesedihannya, Dewi tau itu bagaimanapun Raina selama ini selalu bersikap ceria dan tidak pernah menampilkan senyum seperti sekarang ini.
Keesokan harinya, Raina kembali membuat kedua pelayan nya melatih kesabaran mereka. Pasalnya, Raina menolak untuk mandi dan mengganti pakaian tidurnya.
"Nona, matahari pun sudah naik kenapa nona masih tidak mau mandi dan mengganti pakaian tidur anda nona?" Tanya Saras mencoba terus bersabar menghadapi sikap nona nya, sedangkan Mayang sedang menyiapkan sarapan dan obat untuk nona mereka.
"Mbak Saras, Raina ini baru sembuh ndak boleh mandi dulu kalo Raina nanti tambah sakit gimana? Mbak Saras mau tanggung jawab? Raina suka bajunya, mbak mending keluar gihh Raina mau lanjut bobo." Jawab Raina tanpa memberi jeda sedikit pun, Saras menatap nona nya itu dengan tatapan lelah.
"Nona, ini makan dulu. Saya sudah buatkan bubur ayam kesukaan nona, setelah itu nona harus meminum obatnya dan mengganti perban di kepala nona." Ucap Mayang yang baru datang dengan membawa semangkuk bubur ayam kesukaan Raina.
Kali ini Raina menurut karena perut nya sudah merasa lapar sejak tadi, seusai makan Raina segera meminum obatnya dan memperbolehkan Saras dan Mayang untuk mengganti perban di kepalanya dengan perban yang baru.
"Mbak, papa Raina udah berangkat kerja?" Tanya Raina, Mayang dan Saras menoleh bersamaan karena Raina tidak menyebut nama mereka.
"Tuan sebentar lagi akan berangkat ke kantor nona, mungkin setelah sarapan." Jawab Mayang.
Setelah mendengar jawaban dari Mayang, Raina segera berlari menuju ruang makan. Dapat gadis itu lihat Bima yang baru saja menyelesaikan sarapan paginya dan akan bergegas ke kantor.
"PAPA!" Teriak Raina saat Bima susah berada di depan pintu utama, mendengar suara anak kesayangannya Bima pun menoleh dan tersenyum melihat Raina sedang berlari ke arahnya.
"Ada apa sayang?" Tanya Bima.
"Raina mau ikut papa boleh ndak?" Pinta Raina dengan wajah yang berseri-seri, Bima tidak tega untuk menolak permintaan Raina.
"Papa kamu kan mau kerja sayang, kamu juga lagi sakit. Kamu di rumah aja ya sama mama, kan harus istirahat." Ucap Dewi membujuk Raina agar tidak ikut bersama Bima ke kantor.
"Raina udah sembuh kok ma, lihat deh Raina udah bisa lari-lari. Lagian Raina bosen di rumah, Boleh yaaa" ucap Raina dengan wajah memelas. Dewi dan Bima tidak tega melihat ekspresi wajah Raina.
"Baiklah sayang, kamu boleh ikut tapi ganti baju dulu sana." Ucap Bima.
"Ndak mau, Raina mau pake baju ini aja."
"Maaf tuan, nyonya, sejak tadi nona selalu menolak untuk mandi dan mengganti pakaian tidurnya. Nona hanya mau mencuci muka dan menyikat gigi saja." Ucap Saras, hal itu membuat Dewi dan Bima geleng kepala tak percaya dengan tingkah Raina kali ini.
Dengan pasrah Bima akhirnya membiarkan Raina ikut hanya memakai pakaian tidurnya yang bermotif hello kitty, namun demi keamanan Raina akan selalu memakai masker saat keluar bersama anggota keluarga lainnya seperti saat ini.
Setibanya di kantor, Bima meninggalkan Raina sendiri di ruangan kerjanya karena harus menghadiri rapat penting dengan investor.
"Hoamm, Raina ngantuk." Gadis itu tertidur di sofa panjang ruangan kerja Bima tanpa berniat untuk melepas masker di wajahnya.
2 jam berlalu, Bima sudah kembali namun pria itu tidak sendiri melainkan bersama sahabat lamanya Daren Bramantyo dan anaknya Qinzo Bramantyo.
Bima yang melihat Raina tertidur dengan lelapnya berniat untuk membawa gadis itu ke kamar yang sudah di sediakan di ruangannya, namun tindakan nya itu malah membangunkan gadis itu.
"Hoamm, papa udah balik? Raina haus papa, " gumam Raina masih mengumpulkan nyawanya.
Bima tersenyum canggung pada Daren dan Qinzo.
"Ini, minum dulu. Kamu tidur masih pake masker gitu nggak sesak nafas?"
"Ahhh, papa Raina sesak, huh huh huh." Bima menggeleng tak percaya, sedari tadi gadis itu baik-baik saja lalu kenapa reaksi anaknya itu jadi seperti ini? Tingkah Raina tidak lepas dari penglihatan Daren dan Qinzo.
"Papa, Raina ndak suka di lihatin." Ucap Raina dengan nada yang ketus.
"Ahh, maaf sayang. Ini adalah om Daren sahabat lama papa dan di sampingnya itu Qinzo anaknya. Dan kenalkan ini putri kesayangan ku Raina, maafkan sikapnya dia memang tidak suka di pandang. " ucap Bima.
"Papa masih lama di kantor? Raina boleh pinjam hp ndak? Hp Raina ndak ada pulsanya." Tanya Raina. Bima mengernyitkan dahinya bingung, sejak pertunangan gadis itu Devano melarang Bima untuk mengisi pulsa ke ponsel Raina karena pria itu ingin melakukan nya untuk Raina.
"Kok gak ada pulsa? Bukannya Devano yang ngisiin pulsa hp kamu?"
"Papa bawel ihh, Raina ndak bolehin Dev beliin Raina pulsa karena Dev yang harus lebih dulu menghubungi Raina."
"Lohh, kenapa harus nak Devano yang harus hubungin kamu duluan?" Bima semakin bingung dengan jalan pikiran Raina, cewek emang selalu gitu yaa maunya di hubungin duluan😂
"Raina ndak mau ganggu Dev, Dev kan sibuk jadi kalo udah ndak sibuk biar Dev aja yang hubungin Raina duluan." Perkataan Raina membuat ketiga pria yang berada di ruangan itu tersenyum, sangat jarang ada perempuan tipe Raina ini. Tipe cewek yang sangat mengerti kesibukan pasangannya dan tidak mau egois.
Qinzo terus menatap Raina dengan tatapan kagum, apalagi dengan tingkah gadis itu yang seperti anak kecil dan membuat Bima kesal. Tanpa pria itu sadari, ada seseorang yang sedang menatapnya dengan tatapan penuh arti.
****
ada yang nungguin Raina?
Jangan lupa like, vote dan komen yaah😉
See u next time😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments