Raina merasa bingung dengan perubahan sikap Devano, pria itu terlihat lebih dingin kali ini. Sejak mereka sampai di kediaman Nugraha dan kedatangan seorang perempuan cantik bernama Tamara, Devano tiba-tiba saja mendiamkannya.
"Dev, kamu kenapa? Raina apa ada salah sama kamu?" Tanya Raina yang sudah tidak tahan melihat sikap Devano yang terus mendiamkannya.
"Saya gak apa-apa, sebentar lagi mang Ujang akan datang dan akan mengantar kamu pulang." Jawab Devano, bahkan pria itu enggan menatap wajah Raina.
Raina terkejut mendengar perkataan Devano, kenapa sikap pria itu begitu cepat berubah?
"Raina belum mau pulang Dev, Raina mau disini aja nemenin Diva." Tolak Raina.
Devano menatap Raina dengan tatapan tak suka.
"Pulang, saya tidak mau melihat kamu disini."
Jlebb
Hati Raina sakit rasanya mendengar perkataan Devano, kemana Devano yang selalu perhatian dan akan mengabulkan semua permintaannya? Kemana Devano yang berjanji tidak akan menyakiti dan membuat dirinya menangis?
Devano adalah satu-satunya pria yang dekat dengannya selain keluarganya, dan kini pria itu menyakitinya dengan perkataannya.
"Apa maksud kamu Dev? Kamu ngusir aku?" Tanya Raina dengan tatapan kecewa, Devano tidak menjawab lalu pergi meninggalkan Raina seorang diri.
Dengan penuh rasa marah dan kecewa, Raina pergi dari kediaman keluarga Nugraha dengan berurai air mata.
"Hiks, hiks, hiks, kenapa kak Dev tiba-tiba bersikap seperti itu sama Raina? Apa, karena sikap Raina yang udah ndak sopan sama mantan pacarnya itu? Hiks hiks hiks." Sepanjang jalan, Raina terus menangis. Mematikan ponselnya dan enggan pulang ke rumah.
Saat ini, gadis cantik itu tidak mempunyai tujuan. Gadis itu kembali teringat saat Devano membentaknya hanya karena dirinya tidak sengaja menumpahkan teh panas ke baju Tamara.
Flashback
"Devano, kamu mau datang kan ke acara ulang tahun aku nanti?" Ucap Tamara sambil bergelayut manja di lengan kekar Devano.
Raina merasa kesal melihat apa yang di lakukan Tamara, bahkan Devano tidak sedikitpun menyingkirkan tangan perempuan itu. Dengan kesal Raina meminum teh yang sudah di sediakan pelayan, namun karena teh tersebut masih panas Raina tanpa sengaja menjatuhkan gelas dan mengenai Tamara.
"Ahh!" Teriak Tamara saat tubuhnya terkena tumpahan teh panas.
"Maaf ya, Raina ndak sengaja." Ucap Raina yang panik melihat tangan Tamara yang memerah.
"Kamu gak bisa hati-hati ya?!! Lihat, tangan Tamara jadi melepuh!! Ceroboh banget sih kamu!" Ucap Devano dengan wajah memerah, Raina hanya tertunduk merasa bersalah.
Raina benar-benar tidak sengaja menumpahkan teh itu, namun Devano selalu mengalahkan nya dan tidak mau dengarkan penjelasan Raina.
***
Karena sudah berjalan terlalu jauh, kedua telapak kaki Raina mulai tergores bahkan darahnya sudah memenuhi sepanjang jalan gadis itu lewati. Tadi karena sangat sakit hati dengan perkataan Devano, Raina pergi tanpa menggunakan alas kaki.
"Aww, kaki Raina sakit hiks, hiks, hiks," ucap Raina kembali menangis saat melihat darah yang mengalir dari kedua telapak kakinya.
"Hey, tunggu! " teriak seseorang menghentikan langkah Raina.
Raina menatap pria yang memanggilnya dengan tatapan bingung.
"Kaki mu berdarah, tidak jauh dari sini ada rumah paman dan bibiku. Biar aku membawa mu kesana untuk mengobati kakimu." Ucap pria itu.
"Raina ndak kenal sama kamu, maaf Raina harus pergi." Tolak Raina lalu kembali melanjutkan langkahnya.
Pria itu yang merasa kasihan melihat ekspresi kesakitan dari wajah Raina pun menggendong gadis itu masuk ke dalam mobilnya.
"Ahhh, lepasin Raina ihhh. Tolong papa, Raina di culik hiks, hiks," ucap Raina memberontak.
"Tenang lah, saya hanya ingin menolong. Setelah kaki mu di obati, kau bisa melanjutkan perjalanan mu." Ucap pria itu.
Raina pun akhirnya diam, namun wajah gadis itu memucat saat mobil yang membawanya memasuki pekarangan keluarga Nugraha. Dari dalam mobil, Raina melihat Devano tengah memarahi para pelayan.
"Ngapain kamu bawa Raina kesini lagi?! Kamu sekongkol ya sama kak Dev?!!" Teriak Raina menatap pria itu dengan tatapan tajam.
Tanpa menjawab perkataan Raina, pria itu kembali menggendong Raina memasuki rumah.
Devano terkejut saat melihat Raina berada di gendongan seorang pria yang tak lain adalah Rian sepupunya.
"Kamu dari mana saja? Kenapa pergi tanpa memberi tahu siapapun? Tadi saya sudah bilang mang Ujang akan mengantar kamu pulang." Ucap Devano yang sudah berada di ruang tamu, menatap Raina dengan tatapan datarnya.
Raina hanya diam tanpa berniat membalas atau menjawab perkataan Devano. Ingin rasanya gadis itu lari dan pergi dari hadapan Devano saat ini, namun kondisi kakinya sangat tidak memungkinkan.
"Sini kakinya, biar di obatin dulu." Ucap Rian yang baru saja datang dengan membawa kotak p3k.
Devano yang melihat perhatian yang diberikan Rian menggeram kesal. Raina hanya diam, tidak menolak dan tidak memberikan reaksi apapun saat Rian mulai mengobati kedua telapak kakinya.
"Terima kasih, seharusnya kamu ndak perlu tolongin Raina tadi. Raina masih kuat kok." Ucap Raina tersenyum kecil pada Rian, gadis itu berdiri untuk segera pergi dari kediaman Nugraha namun Devano menahan nya.
"Kamu mau kemana? Kaki kamu masih sakit, biar mang Ujang yang nganterin kamu pulang." Ucap Devano.
"Makasih, Raina bisa pulang sendiri." Ucap Raina dengan tatapan datarnya, gadis itu terlihat jauh berbeda dari biasanya. Mengambil sepatunya yang sempat tertinggal, lalu segera pergi. Itu lah yang ada di fikiran gadis itu sekarang.
"Raina, kamu jangan keras kepala!" Ucap Devano dengan nada membentak.
" mau kamu apa sih? Kamu yang udah ngusir Raina tadi, sekarang kamu tanya mau Raina itu apa? AKU MAU, KAMU NDAK USAH TEMUIN RAINA LAGI" setelah mengucapkan itu, Raina segera berlari menjauh dari pandangan Devano.
Rasa bersalah tentu saja terbesit di hati Devano, namun pria itu tidak dapat berfikir dengan jernih. Mendengar penekanan perkataan Raina tadi, barulah Devano tersadar dan segera mengejar gadis itu.
Untunglah, Devano berhasil menemukan Raina yang sedang menangis di pinggir jalan. Penampilan gadis itu terlihat sangat berantakan.
"Hiks, hiks, Raina benci sama Dev. Raina ndak mau ketemu sama Dev lagi,hiks, Dev masih sayang sama mantannya. Hiks, Raina sama sekali ndak berarti dalam hidup Dev hiks, papa hiks, mama hiks, Raina tau semuanya. Raina tau alasan kenapa kalian selalu over protektif sama Raina hiks, Raina udah ingat semuanya." Ucap Raina di sela-sela tangis nya.
Devano yang mendengar perkataan Raina sangat merasa bersalah, tidak seharusnya dirinya harus terpengaruh dengan kedatangan Tamara seharusnya dirinya bisa menghargai perasaan Raina yang sudah menjadi tunangannya.
Devano memeluk Raina dengan erat membuat gadis itu terperanjat kaget, namun sedetik kemudian melepas pelukan Devano dengan kasar.
"Jangan pernah sentuh aku lagi, kamu silahkan kembali pada Tamara. Karena pada kenyataannya kamu masih mencintai dia hiks, mungkin sebaiknya hubungan kita sampai disini saja."
"Nggak sayang, aku mohon maafin aku. Aku salah, aku janji gak akan ngulangin lagi. Kamu bisa hukum aku, tapi aku mohon jangan benci aku. Aku akan berusaha ikhlas kalo kamu mau akhirin hubungan kita, tapi aku mohon jangan benci aku." Raina merasa iba dengan wajah Devano yang terlihat begitu menderita, selama ini Raina belum mengetahui seperti apa hubungan Devano dan Tamara. Yang gadis itu ketahui, bahwa Devano pernah memiliki kekasih bernama Tamara yang sudah mengkhianatinya sebelum bertemu dirinya.
"Baiklah, kalau begitu jangan pernah temui Raina lagi." Putus Raina membuat Devano tertunduk lemah.
Raina sudah sangat ingin tertawa saat ini, sejujurnya Raina sudah memaafkan Devano. Gadis itu hanya kecewa karena Devano menghadapi masalahnya dengan amarah, Raina hanya ingin Devano sadar bahwa tidak semua masalah dapat di selesaikan dengan kemarahan.
"Hahaha, Raina udah maafin Devano kok. Tapi Dev harus janji, lain kali jangan kayak gitu lagi. Raina sedih kalo Dev bersikap kasar kayak gitu, Raina sakit hati saat Dev bentak tadi. Jangan di ulangi lagi yaa, kalo ada masalah Dev bisa cerita sama Raina kita bisa cari jalan keluarnya sama-sama." Devano terharu dan merasa bersalah terhadap Raina, gadis itu dengan mudah memaafkannya.
Devano merasa sangat beruntung bisa memiliki Raina sebagai tunangannya.
"Terima kasih sayang, aku minta maaf udah buat kamu nangis." Akhirnya Devano dan Raina kembali seperti semula, Devano yang selalu bersikap romantis dan Raina dengan tingkah nakal dan selalu merona malu dengan sikap romantis yang di berikan Devano.
Tidak semua permasalahan dapat di selesaikan dengan kekerasan, terkadang suatu permasalahan dapat di selesaikan dengan kepala dingin. Jika ada problema dengan pasangan, teman, sahabat, atau pun keluarga, cobalah untuk berbagi terkadang dengan mengeluarkan semua keluh kesah kita masalah yang di hadapi pun akan dapat mendapat titik terang.
Jangan biarkan keegoisan dan sikap menang sendiri membuat kita kehilangan seseorang yang bahkan bisa lebih jauh berharga dari keegoisan itu sendiri.
******
Jangan lupa, like, vote dan komen yaa
Salam sayang dari Raina yang cantik😘
See u next time🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments