2

Saat ini Raina sedang berada di sebuah taman tidak jauh dari rumah nya. Mayang dan Saras selalu setia mengawasi nona mereka yang sedang asik memakan es krim nya.

"Nona, kita sudah lama berada di luar. Sebaiknya kita pulang sekarang yaa," ucap Mayang.

Raina mendelik tak suka. "Ndak yaa, udah deh Mbak Mayang ndak usah ikut-ikutan mereka yang selalu batasin kebebasan Raina!" Ucap Raina dengan raut wajah yang kesal, hal itu membuat Mayang dan Saras menundukkan kepala pasrah menuruti kemauan nona mereka ini.

"Apa-apaan, ini baru jam 3 sore kok. Raina juga baru keluar 5 jam yang lalu udah di suruh pulang aja, apa Raina kabur aja ya dari pantauan Mbak Mayang dan Saras. Ahhh, iya mumpung mereka lagi ndak kelihatan mending kabur aja hahaha," dengan terkekeh kecil, Raina berlari jauh dari pantuan kedua pelayannya hingga tubuhnya sampai di sebuah taman yang lebih luas dan indah.

Raina terkesima dengan keindahan taman itu, dengan banyak hiasan dan juga bunga yang tumbuh dengan subur. Mata Raina menelisik saat melihat sebuah taman bunga yang tersusun rapi dengan aksen romantisnya. Wajah Raina berubah pias, saat mengingat betapa ketatnya keluarganya menjaganya bahkan berteman dengan laki-laki pun Raina tidak diperbolehkan. Di usia nya yang sudah dewasa, Raina sangat ingin merasakan jatuh cinta, tapi bagaimana bisa merasakannya kalau selalu di kemang dan di awasi.

"Bagus banget, coba aja ada pangeran tampan yang berlaku romantis kayak gini sama Raina. Raina pasti senang banget, ehh itu kakak ganteng kenapa ya kok malah rusakin tamannya sih. Kan sayang bunga-bunga sama hiasannya, hemm Raina harus berhentiin kakak itu sebelum tambah ancur." gumam Raina, namun saat melihat seorang pria tampan menghancurkan semua keindahan yang baru saja di kagumi nya membuat Raina mendelik tak suka.

Dengan langkah pasti Raina menghampiri pria itu, menahan tangan pria itu yang hendak membuang sebuah kotak beludru berwarna merah kearah danau buatan yang berada di tengah-tengah taman.

"Eitt, jangan dibuang sayang tau kalo di buang mending buat Raina aja." Ucap Raina berhasil menghentikan aksi pria tampan itu yang hendak membuang sesuatu dari kotak beludru itu dan ternyata isi nya adalah sebuah cincin berlian yang sangat cantik.

Pria itu menatap Raina dengan tatapan tajam, namun bukan Raina namanya jika tidak mempunyai berbagai cara untuk mendapatkan apa yang dia mau. Bahkan, dengan berani nya Raina balik menatap pria tampan itu dengan tatapan tajam namun malah terlihat menggemaskan dimata pria itu.

"Kenapa lihatin Raina kayak gitu?! Terpesona ya sama cantiknya Raina, oh iya jelas dong Raina gitu loh anaknya papa Bima yang paling cantik." Ucap Raina dengan sombongnya memuji diri sendiri.

"Awas ya tuh mata, hati-hati kalo kakak tampannya nanti suka sama Raina. Raina ndak di bolehin dekat-dekat sama orang asing, tapikan mbak Mayang dan Saras lagi ndak ada ehh Raina tinggalin maksudnya hehehe berarti boleh dong kalo Raina deket sama kakak tampannya kan ndak ada yang ngawasin heheheh," lanjut Raina, tapi malah berargumen sendiri. Pria itu menatap Raina dengan tatapan bingung, apalagi melihat Raina yang malah berbicara dengan dirinya sendiri.

"Balikin," satu kata yang keluar dari mulut pria itu namun masih tidak di gubris oleh Raina, gadis cantik nan imut itu masih sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Ehh, ehh, kok di ambil sih?! Kan tadi kakaknya udah mau buang, mending buat Raina aja." Protes Raina saat pria itu merebut kembali cincin itu dari tangan Raina.

"Saya gak kenal sama kamu," ucap pria itu masih dengan tatapan datarnya.

"Oh iya, ndak saling kenal yaa. Ya udah dehh, kalo gitu Raina pergi dulu ya dadahh,"

"Tunggu, kita belum kenal kamu gak ada niatan buat kenalan sama saya?" Tanya pria itu, namun di jawab gelengan tegas dari Raina.

"Ndak dehh, kata papa, mama dan kak Revan, Raina ndak boleh kenalan dan dekat sama orang asing. Udah dulu ya, Raina mau lanjut kabur lagi dari mbak Mayang dan Saras dadahh," jawab Raina dengan polosnya membuat pria itu tersenyum kecil, ingat loh ya kecil tapi udah tampan banget.

Setelah melihat kepergian Raina, pria itu segera memerintahkan bodyguard nya untuk menjual kembali cincin itu.

"Jual kembali cincin ini, saya tidak mau melihat cincin itu lagi." Perintah pria itu dengan wajah datarnya.

"Kenapa tidak di buang saja Tuan?" Tanya salah satu bodyguard nya, melupakan satu fakta bahwa tuan mereka tidak suka membuang-buang uang.

"Aduh Mayang, bagaimana ini tuan dan nyonya pasti akan sangat marah kalo tau nona muda lari lagi dari pengawasan kita." Ucap Saras dengan wajah lelah mencari keberadaan Raina.

"Kamu benar Saras, aduhh nona ini benar-benar sangat lincah bahkan dia dengan mudah lari dari pengawasan kita." Ucap Mayang menyetujui perkataan Saras.

Pria itu yang masih berada di taman mendengar semua apa yang Mayang dan Saras bicara kan namun bersikap cuek dan segera pergi menjauhi taman.

Karena putus asa tidak menemukan keberadaan Raina, Mayang dan Saras pun memutuskan untuk pulang dan melaporkan hal ini pada keluarga Raina dan tentunya bersiap mendengarkan omelan dari mereka. Mereka sama sekali tidak takut di pecat, karena bagaimanapun Raina tidak suka jika orang yang melayani nya bukan mereka jadilah jika ada kesalahan yang mereka perbuat selagi itu tidak kelewatan maka keluarga Raina hanya akan memarahi mereka agar lebih berhati-hati saat mengawasi putri mereka.

"Hahaha, senangnya bisa sebebas ini. Biarin aja mbak Mayang dan Saras kalang kabut nyariin Raina, sapa suruh tadi ngajak Raina pulang padahal kan masih mau keliling." Ucap Raina dengan senyum lebarnya, sekarang langit sudah mulai gelap dan Raina menyadari itu.

"Yahh, udah gelap. Nanti mama, papa dan kak Revan khawatir kalo Raina belum pulang ke rumah." Gumam Raina, lalu kembali berjalan untuk mencari tumpangan yang bisa mengantarkannya pulang.

"Ehh, Neng Raina tumben baru keliatan lagi. Kemana aja Neng kok baru nongol?" Tanya seorang tukang ojek yang sudah tau tabiat Raina yang suka kabur-kaburan dari kedua pelayannya, karena setiap kabur Raina selalu datang kesini untuk mencari tumpangan yang bisa membawanya pulang dengan selamat.

"Selamat sore Om Budi, biasa heheheh papa mama ngelarang Raina main keluar. Om Budi, seperti biasa dong cariin Raina ojek yang bawanya cewek yaa." Jawab Raina dengan cengiran nya, Budi yang di panggil om itu mengangkat kedua jempol nya tanda menyetujui permintaan Raina.

Setelah menunggu beberapa saat, Rainaakhirnya mendapatkan ojeknya dan segera pulang ke rumah.

"Kalian selalu saja seperti ini!! Bagaimana bisa anak saya bisa lolos lagi dari pengawasan kalian hah?! Apa saja pekerjaan kalian, saya hanya memerintahkan kalian untuk mengawasi setiap gerak gerik anak saya. Tapi kenapa bisa kecolongan?!" Terdengar dari kejauhan, Bima sedang memarahi kedua pelayan anaknya yang datang tanpa adanya Raina bersama mereka. Hal itu sukses membuat kedua pelayan itu menunduk takut dan mengeluarkan air mata nya, saat ini Bima sedang kedatangan tamu yaitu sahabat lamanya yang datang bersama keluarganya untuk berkunjung namun karena mendengar kabar bahwa Raina kembali melarikan diri membuat Bima melupakan tamu-tamunya.

"Ahhh, mari kita masuk saja dulu. Maafkan kejadian ini, kalian jadi harus menyaksikan kemarahan suami saya." Ucap Dewi sedikit tak enak hati karena Dimas sahabat Bima dan keluarganya harus menyaksikan kemarahan Bima di saat seperti ini.

"Tidak usah sungkan Dewi, kami maklum. Bima jelas sangat khawatir mengetahui anak kalian menghilang." Ucap Sari istri dari Dimas.

"Iya, anakku itu memang seperti itu. Selalu membuat masalah dan membuat aku serta suamiku pusing menghadapi tingkahnya, ini bukan yang pertama kali nya dia mengerjai kedua pelayannya seperti ini." Jelas Dewi, lalu memepersilahkan Dimas dan keluarganya untuk duduk di ruang tamu namun masih sangat jelas terlihat Bima yang masih memarahi kedua pelayan anaknya.

"Assalamualaikum, Papa, Mama, kak Revan!! Raina anak Papa Bima yang paling cantik udah pulang nihh" suara itu membuat semua mata tertuju pada Raina yang baru saja turun dari ojek yang mengantarkannya, terlihat tukang ojek itu sedang meringis karena telinganya harus mendengar suara cempreng milik Raina.

Bima menatap anaknya yang sedang tersenyum lebar seolah-olah tidak memiliki salah apapun, sedangkan Mayang dan Saras menghela nafas lega karena nona mereka sudah pulang dengan selamat.

"Dari mana saja kamu Raina? Kamu selalu saja buat Papa spot jantung tiap harinya, gak capek kamu lari-lari terus hehh?!" Tanya Bima menatap Raina dengan tatapan tajam namun hanya di acuhkan oleh Raina, gadis cantik itu malah tersenyum lebar dengan langkah pelan berjalan kearah Bima.

Cup

Cup

Setelah mencium kedua pipi papanya, gadis itu lalu berlalu begitu saja menuju lantai atas tempat kamarnya berada sambil bersenandung ria hal itu membuat amarah Bima yang tadinya sangat menggebu-gebu lenyap seketika.

Semua orang yang melihat kelakuan Raina terbengong, terlebih Dewi yang sudah mengelus dada sambil mengucapkan astaghfirullah dalam hatinya melihat tingkah anaknya.

Terpopuler

Comments

BELVA

BELVA

memberikan dukungan buatmu

2021-02-03

0

pinnacullata pinna

pinnacullata pinna

kena cium lg adem lg 😁


btw aku mampir dan memberikan like dukung juga novelku cinta adalah sebuah perjalanan yang indah 🙏😁

2021-01-08

0

Caramelatte

Caramelatte

jangan kasi kendor thorr
semangat terosss

2020-11-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!