part spesial

Hai, part ini khusus saat Devano melamar Raina

Selamat membaca😉

****

Pagi itu, Raina baru saja menyelesaikan hukumannya. Yang namanya Raina mana mau tenang bukan, seperti sekarang gadis itu kembali membuat ulah dengan memporak-porandakan kamar Revan.

"Adek, kamu udah hancurin kamar kakak lagi?" Revan menatap Raina dengan tatapan lelah, lelah dengan kelakuan Raina yang selalu membuat masalah di rumah dan meratapi kamarnya yang sudah hancur tak berbentuk.

Sepertinya keputusan menghukum Raina untuk tidak melakukan kenakalan kemarin adalah hal yang salah. Lihat lah, gadis itu sekarang semakin menjadi.

"Hay," sebuah sapaan yang di tujukan pada Raina membuat gadis nakal itu terdiam dengan pipi yang merah merona.

"Kakak tampan? Heheh, ada apa kak?"

"Aku ada perlu sama kamu, sama keluarga kamu juga."

"Ayo, mama sama papa aku ada di ruang keluarga." Ajak Revan mengabaikan Raina yang masih terdiam, Devano menarik pergelangan tangan Raina mengajaknya untuk ikut bersamanya dan juga Revan menuju ruang keluarga.

"Ada apa sih Van? Masih pagi loh ini, kamu udah ribut aja sama princess." Ucap Dewi heran, tatapan wanita itu tertuju pada Devano yang masih menggenggam tangan Raina.

"Lohh, ada Devano juga yaa. Ayo duduk nak, " Devano kembali menarik tangan Raina hingga gadis itu duduk di satu sofa yang sama dengan nya.

"Saya minta maaf, karena sudah datang tanpa memberi tahu terlebih dulu. Kalo boleh, saya ingin meminta izin sama om Bima dan tante Dewi. Saya ingin melamar Raina sebagai calon isteri saya." Perkataan Devano kali ini membuat semuanya terdiam.

Revan menatap Devano dengan tatapan horor, pria tampan itu merasa ragu ada pria tampan yang mau melamar adiknya yang nakal ini.

"Lo yakin mau jadiin Raina calon isteri lo? Lo gak bakal nyesel emangnya? Gue sih cuma takut aja, lo gak bakal kuat sama tingkah laku adek gue yang bobrok ini. Masih pagi aja dia udah ngeporak-porandakin kamar gue, gimana nanti kalo kalian udah nikah." Ucap Revan mengeluarkan pendapatnya yang di angguki Bima dan Dewi.

"Saya yakin, jujur kalo saya sudah menyukai Raina sejak pertama kali kami bertemu di taman waktu itu. Raina mampu membuat saya melupakan semua masalah yang sedang saya alami dalam sekejab. Sekiranya, om, tante, dan Revan mau merestui hubungan saya dan Raina. Saya janji akan menjaga dan membahagiakan Raina." Perkataan Devano lagi-lagi membuat semuanya terdiam, terkecuali Raina yang pipinya kini sudah semakin merona.

"Nak Devano, kami selaku orang tua dari Raina tidak mau mengambil keputusan sepihak. Bagaimanapun juga, ini tentang masa depan Raina. Raina putri kesayangan papa apa kamu mau menerima lamaran nak Devano?" Ucap Bima selaku ayah dari Raina, pria itu tidak ingin mengambil keputusan secara sepihak.

Bima yakin, meskipun sifat Raina sangatlah kekanakan dan nakal tapi sesungguhnya Raina melakukan itu semua untuk mengubur segala masa lalu kelamnya.

"Humm, papa Raina boleh ndak bicara berdua dulu sama kakak tampannya?" Tanya Raina dengan sedikit menunduk malu, Revan yang melihat tingkah Raina tergelak dengan kerasnya.

"Dek, muka kamu kalo malu-malu gitu lucu banget sih hahaha" ucap Revan masih dengan ketawanya. Jelas saja Raina mendelik tak suka ke arah Revan, hancur sudah sikap manisnya tadi karena perkataan Revan.

"Revan," ucap Bima menatap Revan dengan tatapan peringatan agar berhenti menggoda Raina.

" boleh sayang, kamu bawa aja nak Devano ke taman belakang supaya kalian lebih leluasa ngomongnya. Apapun keputusan kamu, papa dan mama akan selalu merestui. Nak Devano adalah pria yang baik, jadi pikirkan baik-baik ya sayang." Lanjut Bima mengelus pucuk kepala Raina dengan lembut, lalu melirik Revan agar mengikutinya ke ruangan kerja yang berada di lantai 3 rumah mereka.

******

Setelah mendapat persetujuan dari Bima tadi, kini Raina dan Devano sudah berada di taman belakang rumah keluarga Raina. Taman ini mendominasi tanaman mawar, bunga matahari, dan ada beberapa tanaman buah.

Keheningan masih terjadi, Devano masih menantikan Raina membuka pembicaraan di antara mereka. Sedang kan Raina masih saja terdiam, memikirkan apa yang akan dia ucapkan pada Devano.

"Dev," ucap Raina dengan nada pelan, Devano nyaris tak dapat mendengarnya.

"Kamu manggil aku Dev?" Tanya Devano dengan senyuman di wajahnya membuat pria itu semakin terlihat tampan, Raina kembali menunduk malu dengan wajah yang memerah namun tak ayal menganggukkan kepalanya.

"Aku senang kamu manggil aku 'Dev' makasih." Lanjut Devano.

"Dev, apa alasan kamu melamar Raina di hadapan keluarga Raina? Raina ndak seperti perempuan lainnya, apa kamu ndak malu punya pasangan seperti Raina?" Tanya Raina masih dengan wajah menunduk.

Sikap Raina kali ini sangat berbeda jauh dari biasanya, kali ini Raina bersikap lebih tenang dan tidak membuat ulah. Karena sikap tenang ini lah, Bima melarang kedua pelayan putrinya itu untuk membiarkan mereka berdua.

"Kamu mau alasan?" Tanya Devano, Raina mendengus kesal karena tidak mendapat jawaban justru Devano bertanya balik padanya. Raina menganggukkan kepalanya dengan ekspresi wajah yang kesal, Devano tersenyum melihatnya Raina tampak menggemaskan di matanya saat cemberut seperti itu.

"Aku gak punya alasan buat suka sama kamu, kamu emang berbeda sama perempuan lainnya. Itulah yang istimewa dari kamu, kamu bebas mengekspresikan apa yang mau kamu lakukan. Kamu menarik di mata aku, kamu ingat saat pertama kali kita ketemu? Waktu itu, kamu cegah aku yang hendak membuang cincin berlian yang seharusnya aku kasih ke mantan pacar aku tapi kenyataannya nggak. Aku sama sekali gak ada niatan buat buang cincin nya, aku cuma lagi ngelampiasin emosi aja." Wajah Raina kembali memerah namun berubah cemberut seketika saat Devano menceritakan kebenarannya.

"Ihhh, kok baru bilang sekarang sihh? Kan Raina malu, Raina pikirnya Dev mau buang cincin nya." Ucap Raina, Devano tertawa melihat ekspresi wajah Raina yang memerah karena malu.

"Hahaha, kenapa muka kamu merah gitu hemm? Sini tangan kamu," ucap Devano masih dengan tawanya, menarik tangan Raina dan menyematkan sebuah cincin berlian di jari manis gadis itu.

Raina terkejut dengan apa yang di lakukan Devano. "Dev?? Cincin ini buat Raina?" Tanya Raina masih dengan tatapan terkejutnya.

"Iya, kamu suka gak? Kalo kamu gak suka, kita bisa beli yang kamu suka nanti."

"Tapi Dev, Raina kan belum jawab lamaran kamu tadi. Kamu ndak nyesel kasi cincin ini ke Raina?" Ucap Raina dengan polosnya. Perkataan Raina membuat senyum Devano surut seketika.

"Ahh, maaf ya. Kalo kamu nolak aku, kamu bisa kok lepasin cincinnya lagi. Di buang juga gak apa-apa," ucap Devano dengan nada sedikit kecewa dengan perkataan Raina tadi.

Devano sebenarnya sangat takut jika Raina menolaknya. Pria tampan itu sudah jatuh pada paras cantik Raina, sebelumnya Devano tidak pernah segugup ini saat menyatakan perasaannya pada mantannya yang lalu.

Raina merasa bersalah karena perkataannya tadi, gadis itupun menatap Devano yang menundukkan kepalanya.

"Raina mau kok terima lamarannya Dev, Raina cuma bingung kenapa cincinnya bukan yang di taman aja?" Ucap Raina dengan perkataan polosnya, namun tak ayal perkataan Raina mampu membuat Devano kembali tersenyum bahagia.

"Cincin yang di taman udah aku jual, karena aku gak mau masa depan aku memakai bekas masa lalu kamu." Jawab Devano.

"Tapi Dev kan mantannya pacarnya Dev, itu artinya Raina sekarang tunangan sama mantan masa lalu Dev," ucap Raina dengan polosnya, Devano terdiam dengan perkataan Raina.

"Hehh? Bukan gitu maksudnya sayang, aku kan orang bukan barang jadi gak bisa di bilang bekas dong." Ucap Devano tak terima dengan perkataan Raina tadi.

"Ohh, gitu yahh. Jadi, cuma barang aja yang bisa di sebut bekas? Makasih ya Dev, Raina suka sama cincinnya."

"Iya sayang, aku yang seharusnya bilang makasih karena kamu udah mau nerima aku. Terima kasih sayang, aku janji akan selalu ada buat kamu."

Raina dan Devano pun menghabiskan waktu di taman belakang rumah keluarga Raina hingga waktu makan siang. Setelah Raina menerima lamaran Devano, kini kedua remaja itu resmi bertunangan dan akan segera di resmikan setelah Diva adik dari Devano keluar dari rumah sakit.

Revan tersenyum bahagia melihat Raina yang kini jauh lebih berbeda dari biasanya, gadis itu terlihat lebih tenang dan tidak membuat tingkah yang aneh. Tentu saja perubahan gadis itu karena adanya Devano sebagai pawangnya. Devano menjadi lebih sering datang ke rumah mereka untuk menemui Raina, namun saat Devano pulang tingkah absurd Raina akan kembali lagi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!