Devano terlihat lelah mendengar ocehan dari adik dan sepupunya. Setelah mengantarkan Raina pulang, Devano segera kembali ke rumah dan harus mendengar ceramah panjang yang di berikan Diva serta pertanyaan-pertanyaan dari sepupunya Rian.
"Makanya, kalo jadi cowok tuh harus punya komitmen. Untung aja, Raina orangnya gak suka dendam. Kalo Raina kayak cewek-cewek biasanya, Diva pastiin kak Vano udah di putusin." Ucap Diva membuat Devano kembali merasa sangat bersalah akan apa yang sudah di lakukan nya pada Raina.
"Emang Raina itu siapa sih? Bingung gue, dari tadi kalian nyebut-nyebut nama Raina mulu. Namanya kayak gak asing gitu." Ucap Rian yang ikut berbicara.
"Raina itu cewek yang lo tolong tadi, dia tunangannya kak Vano. Tapi, kak Vano nya **** masih terbayang masa lalu dia." Devano mendelik tak suka mendengar perkataan ceplas-ceplos dari mulut Diva.
"Ya, kakak kan cuma lagi bimbang aja dek. Kakak sama sekali gak ada niatan buat bikin Raina sakit hati, kakak cuma bingung harus bersikap apa saat Tamara datang dan meluk kakak gitu aja di hadapan Raina tadi." Yang di katakan Devano memang benar, sesungguhnya dirinya juga kaget saat melihat Tamara.
Mau bagaimanapun juga, Tamara adalah mantan kekasih Devano. Mereka sudah 3 tahun bersama, tidak mudah bagi Devano untuk melupakan perempuan ular itu. Bahkan, dalam sekejab Devano melupakan pengkhianatan yang di lakukan Tamara.
Untuk menebus kesalahannya, Devano merencanakan untuk membuat sebuah kejutan untuk Raina. Pria tampan itu berharap, setelah ini tidak ada lagi masalah yang akan merusak hubungan mereka berdua.
Sedangkan di tempat lain, Raina yang baru saja tiba di rumah sudah mulai melakukan kejahilan.
"Van, lo lihat kunci mobil gue gak? Tadi perasaan gue simpen di meja dehh, kok bisa gak ada yaa." Ucap David, saat ini kedua sahabat Revan tengah berkumpul di rumah Revan.
"Lo yakin simpan nya di meja? Dari tadi gue gak ada lihat ada kunci mobil lo disitu," mereka di buat bingung dengan menghilangnya kunci mobil milik David.
"Ehh, kunci mobil gue juga ilang masaa" ucap Marcel membuat mereka semua bingung. Bagaimana mungkin kunci mobil mereka bisa hilang secara bersamaan.
"Mbak Mayang, ini boneka nya lucu yaa. Yang ini juga lucu, Tommy sama Kitty pasti suka kalo boneka nya Raina gantungin di kalung nya." Ucap Raina dengan wajah yang ceria, gadis cantik itu sangat menyukai kedua gantungan yang berbentuk boneka di tangannya.
Mayang dan Saras menghela nafas melihat nya, mereka tau kedua gantungan itu milik siapa. Dengan memberi isyarat, Mayang meminta Saras untuk memberi tahu Revan dan teman-temannya.
Kedua gantungan berbentuk boneka lucu itu adalah milik David dan Marcel yang melekat pada kunci mobil mereka. Sudah di pastikan, Raina adalah pelaku di balik hilangnya kunci mobil mereka.
"Ya ampun adek, jadi kamu yang ngambil kunci mobil teman-teman kakak?" Raina tidak memperdulikan kedatangan Revan dan kedua sahabatnya. Gadis itu sangat sibuk ingin melepaskan gantungan kunci dari kunci mobilnya.
"Van, adek lo sadis banget sihh. Itu gantungan baru kemarin gue beli, yaa harga pinggiran jalan sihh. Tapi itu, kasihan gue telinganya udah gak berbentuk." Ucap Marcel menatap Raina sambil bergidik ngeri. Bagaimana tidak, Raina dengan teganya memberikan gantungan lucu berbentuk ikan koi itu pada kucing kesayangannya Tommy.
"Van, gantungan kunci gue hiks, sadis banget sih adek lo. Itu juga baru gue beli van," ucap David, wajahnya tak kalah miris dengan wajah Marcell.
Gantungan kunci berbentuk tikus berwarna putih itu harus habis di cakar mungil kucing kesayangan Raina si Kitty.
Revan tidak tau harus mengatakan apa lagi pada kedua sahabatnya, gantungan kunci mereka sudah tak berbentuk di tangan kedua kucing lucu itu.
"Ini kuncinya, makasih yaa. Lain kali, bawain yang asli aja Kitty dan Tommy pasti akan jauh lebih suka. Mbak Mayang dan mbak Saras tolong mandiin mereka yaa, Raina mau bersih-bersih dulu." Ucap Raina, memberikan kunci kedua pria itu dengan wajah tak bersalah nya.
Setelah kepergian Raina, David dan Marcel hanya saling pandang meratapi nasib boneka lucu mereka.
Waktu begitu cepat berlalu, kini sudah waktunya makan malam. David dan Marcel yang memang menginap, masih saja terlihat murung. Apalagi saat melihat kedatangan Raina dengan wajah tak bersalah gadis cantik itu. Mereka ingin marah, namun Raina sudah dianggapnya sebagai adik sendiri.
Baiklah, mereka harus mengikhlaskan kemalangan mereka hari ini.
Ada yang berbeda dengan suasana makan malam kali ini, Raina yang merasakan perbedaan itupun mengedarkan pandangannya dan matanya tertuju pada dua orang asing yang duduk di seberang meja miliknya.
Siapa mereka? Itulah yang ada di benak Raina saat ini, mata gadis itu memicing tak suka saat melihat Revan sangat perhatian pada salah satu dari mereka.
"Raina sayang, mereka adalah keluarga jauh kita. Yang seumuran kamu ini, namanya Shakira dia akan tinggal bersama kita mulai saat ini." Ucap Dewi, menunjuk Shakira gadis yang tadi mendapat perhatian lebih dari Revan.
"Dan di sebelahnya, dia bibi Yuna mamanya Shakira." Lanjut Dewi, Raina hanya menganggukkan kepalanya mengerti lalu kembali mengabaikan semuanya. Memakan makan malamnya dengan ogah-ogahan, hal itu tidak luput dari pandangan David dan Marcel.
Sepertinya ada yang sedang cemburu saat ini, apalagi saat Revan lebih memperhatikan Shakira dan mengabaikan Raina.
Raina dengan cepat menghabiskan makanannya, hal itu membuat gadis itu tersedak makanannya sendiri.
"Ukhuk, ukhuk,"
"Ini, minumlah. Kau bisa makan lebih pelan, tidak akan ada yang mau merebut makananmu." Ucap David, pria itu memberikan segelas air putih pada Raina.
"Terimakasih kak David," ucap Raina tulus, gadis itu menatap Revan sekilas namun pria itu sama sekali tidak memandangnya sedikitpun.
Raina tidak pernah di perlakukan seperti ini sebelumnya, hal ini membuat gadis itu semakin membenci kehadiran Shakira yang sudah merebut kasih sayang Revan darinya.
Tanpa mengucapkan apapun, Raina segera berlalu dari ruang makan menuju kamarnya. Hal itu membuat semua orang mengalihkan tatapan pada Raina, namun gadis itu tidak menghiraukannya dan terus berjalan ke arah kamarnya berada.
Mayang dan Saras segera mengikuti langkah Raina, namun saat akan ikut masuk kedalam Raina sudah mengunci pintu kamarnya. Mayang dan Saras saling pandang, dan segera melaporkan hal itu pada nyonya mereka.
Sedangkan di dalam kamarnya, Raina kembali menangis setelah mengingat sikap Revan yang mendiamkannya. Selama ini, Raina selalu mendapatkan kasih sayang yang melimpah dari seluruh keluarganya, ini kali pertama terjadi Revan lebih memperhatikan orang lain daripada adiknya sendiri.
Dengan langkah lemah, Raina berusaha menggapai ponselnya yang dia matikan tadi. Kembali menghidupkan nya dan mencari nomor Devano lalu melakukan panggilan.
"Dev, Raina sedih. Kak Revan udah ndak sayang sama Raina, Dev jemput Raina yaa. Raina ndak mau ada disini kalo mereka masih ada disini." Ucap Raina setelah panggilan tersambung dan mendengar suara Devano.
Disisi lain, Devano yang baru saja selesai menyelesaikan tugas berkas-berkas di ruang kerjanya di buat bingung dengan Raina yang tiba-tiba menelponnya. Selama mereka bersama, Raina sangat enggan menelponnya lebih dulu. Gadis itu justru meminta agar Devano yang harus lebih dahulu menghubunginya.
Sekilas Devano melirik arlojinya, baru pukul 8 pria itu merasakan sesuatu yang tidak beres terjadi pada Raina.
"Halo sayang, ada apa? Aku kan_" perkataan Devano terhenti saat mendengar suara serak Raina. Kini, Devano bisa menebak bahwa Raina sedang menangis saat ini.
Setelah menutup panggilan, Devano segera mengambil jaket serta kunci mobil untuk menjemput Raina. Pria itu yakin, ada sesuatu yang terjadi di rumahnya. Devano sangat tahu, Raina adalah gadis yang kuat. Meskipun nakal dan selalu membuat ulah, namun gadis itu akan selalu terlihat tegar bahkan saat seseorang memarahinya selain itu bukan orang yang di sayangnya maka Raina akan membalas orang itu.
****
Hai, hai, author balik lagi nih.
Jangan lupa like, vote dan komen nya yaa😉
See u next time😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments