Kesempatan Kedua

Kesempatan Kedua

Chapter 1

Bell istirahat telah berbunyi beberapa menit yang lalu, biasanya, di jam seperti ini, Nana dan juga sahabat-sahabatnya akan berkumpul di kantin. Namun kali ini Nana tidak ikut bergabung dan lebih memilih berdiam diri dikursi depan kelas sambil membaca novel yang baru kemari ia beli.

Ditengah asiknya membaca, sebuah tepukan di pundaknya membuat ia mau tak mau menoleh untuk melihat siapa yang mengganggunya, hanya sekilas sebelum kemudian kembali memfokuskan diri pada novel di tangannya.

“Bukannya Aldo masih pacaran sama lo, ya, Na?” tanya Sisil, teman sekelas dan sebangkunya. Nana hanya membalasnya dengan deheman kecil tanpa menoleh.

“Barusan gue di kantin sama yang lain, terus Aldo lagi sama cewek kelas sebelah lagi makan berdua sambil suap-suapan," kata Sesil memberi tahu.

“Maksud lo sama Sandra anak IPS 2?” tebak Nana, tanpa mengalihkan pandangannya dari Novel yang ia baca.

“Bukan, anak IPA 3 yang gue liat di kantin barusan. Gak tau juga gue namanya siapa, tapi gue sering liat cewek itu di kelas IPA 3,” jelas Sisil.

“Oh, mungkin yang baru lagi itu." Nana menjawab dengan santai.

“Kok, lo bisa sesantai itu, sih, tahu pacar lo sama cewek lain? Emangnya lo gak cemburu gitu, Na?” tanya Sisil bingung melihat reaksi sahabatnya itu.

Nana menghela napas pelan, lalu menatap sahabatnya. “Lo pasti tau jawaban gue Sil, udah biarin aja dia ngelakuin apa yang dia suka, gue gak mau ngebatasin gerak dia."

Bukan hanya sekali dua kali Nana mendengar bahkan melihat pacarnya itu bermesraan dengan perempuan lain. Mungkin orang mengira bahwa Nana terlalu bodoh karena mau-mau saja mempertahankan laki-laki seperti itu, tapi Nana tidak menghiraukan apa kata orang, toh dia yang merasakan. Orang lain hanya bisa menilai tanpa tahu apa yang sebenarnya.

Narana Agatha Titania. Namun lebih akrab di panggil Nana oleh teman dan keluarganya, ia adalah Murid kelas XII IPS 1 di SMA MAWAR. Nana bukan lah salah satu golongan gadis cantik yang popular disekolahnya, tapi gadis berwajah manis itu termasuk golongan murid pintar. Meskipun bukan penyandang peringakat pertama, setidaknya ia selalu berada diperingkat ketiga berturut-turut sedari kelas X dulu.

Nana bukanlah perempuan pendiam dan kutu buku yang suka menghabiskan waktu berjam-jam di perpustakaan. Ia memang menggunakan kaca mata, tapi bukan pemakai permanen, ia hanya menggunakannya sesekali, saat membaca atau belajar saja.

Nana juga bukan lah perempuan yang lemah lembut dan menerima begitu saja saat ada orang yang mengusiknya. Jangan pernah memandang wanita yang tidak banyak bicara ini lemah, karena jika dirinya sudah merasa terusik maka siap-siap saja untuk merasakan kemurkaannya.

“Na, itu cewek yang tadi sama Aldo dikantin," tunjuk Sisil pada perempuan di depan sana yang tengah berjalan anggun menuju kelasnya.

Wajah cantik dengan kulit putih dan rambut hitam agak bergelombang, serta polesan make up natural membuat perempuan itu terlihat semakin cantik dan menarik.

“Cantik," puji Nana saat melihat perempun itu.

“Selera Aldo memang tinggi, dia selalu mengencani perempuan-perempuan cantik” lanjut Nana dengan santai. Sisil menatap tak percaya pada sahabatnya itu.

“Lo juga gak kalah cantik, Na dari perempuan itu,”

"Gue gak secantik mereka Sil," bantah Nana.

"Ya, emang sih, tapi ..."

“Udah ah, yuk, masuk kelas, bentar lagi bel,” ucap Nana lagi sambil menarik sahabatnya itu masuk ke dalam kelas.

Dan benar saja baru beberapa menit mereka duduk di bangku masing-masing bell berbunyi dengan nyaring dan sekarang semua murid di kelas IPS 1 ini tinggal menunggu guru yang bertugas mengisi pelajaran hari ini datang.

Sudah lima belas menit berlalu guru yang mereka tunggu tidak juga datang, hingga suara ketukan pada pintu membuat kelas yang awalnya gaduh menjadi hening seketika.

Dua orang laki-laki berseragam putih abu masuk ke dalam kelas dengan tampannya, serta senyum manis menghiasi wajah keduanya, kemudian berdiri di depan, membelakangi papan tulis.

“Assalamuallaikum wr. wb.” Salam keduanya yang dibalas oleh seluruh siswa kelas IPS 1 ini.

Nana yang awalnya tengah fokus membaca teralihkan saat mendengar suara yang sangat ia kenal. Nana menatap kearah suara tersebut dan melihat bahwa di depan sana ada Aldo, kekasihnya dan juga Rizki, sahabat kekasihnya itu. Nana mengerutkan kening, bingung dan bertanya-tanya apa yang sedang kekasihnya itu lakukan di kelasnya.

“Perkenalkan nama gue Aldo, cowok paling ganteng di sekolah ini,” ucapnya dengan percaya diri. Dan mendapat sorakan dari seluruh murid kelas IPS 1.

“Dan gue Rizki, cowok terganteng kedua disekolah ini,” ucap satu lagi laki-laki yang berdiri di depan sana. Dan sorakan kembali terdengar.

“Kalian mau ngapain sih kesini, bikin rusuh kelas gue aja lo pada,” ucap sang ketua kelas.

“Oke, berhubung bapak ketua kayaknya sudah tidak sabar, maka saya akan langsung menyampaikan apa maksud dan tujuan saya dan rekan saya datang kemari,” ucap laki-laki berseragam acak-acakan itu sok berwibawa.

“Saya mendapat amanat dari bapak Gino si gigi nonghol bahwa hari ini beliau tidak bisa mengajar dikarenakan ada keperluan yang mendadak. Maka dari itu saya selaku yang diberi amanat menyatakan bahwa hari ini kalian free!” lanjutnya lagi.

Seluruh murid kelas IPS 1 bersorak gembira mendapatkan kabar itu. Namun tidak dengan Nana, kini gadis itu masih fokus menatap kearah Aldo yang sedari tadi juga menatapnya.

“Udah kali tatap-tatapannya, nanti loncat tuh mata," kata Rizki menyindir Aldo dan Nana, membuat seluruh murid yang ada dikelas itu berhenti bersorak dan menatap Rizki lalu mengikuti pandangan mata Aldo yang terarah pada Nana.

Mereka menatap keduanya secara bergantian, hampir semua murid SMA MAWAR mengetahui bahwa keduanya adalah sepasang kekasih, apa lagi kelas IPS 1 ini tahu bagaimana hubungan keduanya. Kelas menjadi sunyi, semua yang ada di sana menunggu apa yang selanjutnya akan terjadi kepada sepasang kekasih yang kini sedang saling menatap itu.

“Woy, udah kali, gak pegel apa tuh mata!” teriak Rizki yang sudah pegal melihat pemandangan ini. Namun keduanya masih tetap tidak menghiraukan, keduanya masih saling menatap , entah apa arti tatapannya itu, yang jelas hanya kedua orang itu lah yang tahu. Aldo berjalan menghampiri Nana yang duduk dibangku paling belakang dengan masih menatap kekasihnya itu, tatapan semua murid kelas IPS 1 mengikuti langkah Aldo yang kini sudah berhenti di depan Nana yang kini mendongak menatap Aldo.

“Yang, nanti pulang sekolah gue nganterin Shasa dulu, ya?" ucap Aldo tanpa memutuskan tatapannya.

“Shasa? Yang tadi lo ajak mesra-mesraan di kantin?” tanya Nana menebak, lalu di balas anggukan oleh laki-laki itu. “Nganterin kemana? Salon, mall, toko buku, atau kerumahnya?”

“Mall dulu baru nganterin dia pulang kerumahnya,” jawab Aldo jujur. Nana mengangguk-anggukan kepalanya tanda mengerti.

“Lo gak apa-apa kan pulang sendiri?” Aldo bertanya untuk memastikan.

“Gue bukan cewek manja yang kemana-mana harus dianterin,” jawab Nana sarkatis. Aldo terkekeh mendengar jawaban kekasihnya itu lalu mengacak gemas rambutnya.

“Kenapa lo gak marah gue nganterin cewek lain, sedangkan lo sendiri adalah pacar gue?”

“Terus lo pengen gue marah-marah gitu?”

“Ya, seenggaknya lo cemburu gue nganterin cewek lain, gue kan pacar lo, Na,”

“Pengen banget lo, gue cemburuin? Sorry, gue bukan lagi cewek lemah yang bisanya cuma nangis ngeliat cowoknya jalan sama cewek lain, waktu gue terlalu berharga hanya untuk melakukan hal bodoh kayak gitu,” ucap Nana tajam. Aldo menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, lalu pamit kepada kekasihnya itu untuk kembali kekelasnya dan menjawil hidung mancung kekasihnya itu sebelum benar-benar meninggalkan kelas IPS 1.

Semua murid kelas IPS 1 beserta Rizki menyaksikan semuanya. Mereka melongo mendengar obrolan sepasang Kekasih itu. Beberapa orang membenarkan ucapan Nana. Ya, untuk apa membuang-buang waktu menangisi semua itu, toh suatu saat juga pasangan akan menyadari mana yang pantas di pertahankan dan mana yang pantas ditinggalkan.

Jangan mau menjadi lemah hanya karena cinta. Sebenarnya cinta itu adalah sesuatu yang sederhana, hanya diri kita sendiri lah yang membuat semuanya menjadi rumit.

Namun tidak semua yang berpikir seperti ini, banyak juga orang yang menganggap Nana tidak benar-benar mencintai Aldo, tapi Nana tidak pernah peduli komentar-komentar orang seperti itu, ia hanya menanggapinya dengan santai, toh, dia juga tidak merepotkan mereka.

Bel pulang sekolah telah berbunyi, Nana dan Sisil segera memasukan buku-bukunya kedalam tas, lalu berjalan beriringan keluar kelas menuju gerbang sekolah, menunggu angkutan umum yang akan mengantarkan mereka pulang kerumah.

“Na, liat tuh cewek yang dibonceng cowok lo, erat banget itu meluknya,” tunjuk Sisil saat melihat motor kekasih sahabatnya itu melintas melewati mereka.

“Biarin aja Sil, gue gak mau ambil pusing soal mereka,” jawab Nana cuek.

Sisil menghela napas kasar, tidak tahu bagaimana pemikiran sahabatnya itu, dia terlalu santai menghadapi semuanya. Mungkin jika dirinya yang berada diposisi Nana, ia sudah pasti akan melabrak cewek itu dan menampar wajah tampan Aldo.

Sisil salut kepada sahabatnya itu, ia begitu tegar meski tahu bahwa kekasihnya itu berselingkuh bahkan secara terang-terangan. Namun meskipun begitu Sisil tahu, pasti ada sisi rapuh dari sahabatnya itu, hanya saja Nana pandai untuk menyembunyikannya.

Terpopuler

Comments

Oh Dewi

Oh Dewi

Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya Caraku Menemukanmu

2023-07-17

0

Fitri Yani

Fitri Yani

apa kha aku bisa mengasih kasempatan kadua

2023-01-21

0

Fa Rel

Fa Rel

semua novelmu kayaknya isinya cwek bodoh semua y thor😂🙄 aduh baru kali ne dr sekian ratusan novel q baca cweknya semua bodoh

2022-04-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!