Chapter 2

Hari minggu ini Nana menghabiskan waktu liburnya dirumah, bermalas-malasan di dalam kamar sambil membaca novel. Nana hanya akan keluar jika dirinya sudah lapar. Lagi pula di rumah tidak ada siapa-siapa, bundanya pergi kerumah sodaranya dan Abangnya pergi untuk mengurusi cafenya.

Di tengah asiknya membaca buku fiksi itu Ponsel Nana berdering, menandakan ada pesan yang masuk, dengan malas, Nana mengambil ponsel tersebut dan membukanya.

From: Kesayangan gue❤

Yang, lo ada dirumah gak?

To: Kesayangan gue ❤

Ada.

From: Kesayangan gue ❤

Oke, satu jam lagi gue nyampe, lo mau dibawain apa?

To: Kesayangan gue ❤

pizza

Nana tersenyum mendapat pesan singkat itu, meskipun Nana terlihat cuek dan masa bodo, tapi ia tetap mencintai dan menyayangi kekasihnya, perasaannya tidak pernah berubah dari dua tahun yang lalu.

Nana sebenarnya bukan tidak peduli dengan kekasihnya itu, ia hanya tidak mau terlalu mengekang Aldo, Nana membiarkan kekasihnya itu bebas, dan menjalani masa-masa remajanya sesuai dengan kemauannya sendiri. Selama itu tidak melewati batas, maka Nana akan membiarkannya.

Tepat satu jam seperti yang di ucapkannya, laki-laki itu sampai di depan rumah Nana. Saat mendengar bel berbunyi, Nana bergegas keluar dari kamarnya, membukakan pintu untuk Aldo dan menyuruhnya untuk masuk dan duduk disofa ruang tengah. Sementara Nana berjalan menuju dapur, mengambil minuman untuk kekasihnya itu.

“Bunda kemana, Yang?” tanya Aldo saat Nana ikut duduk disampingnya dan menyuapkan potongan pizza pertamanya.

“Kerumah Tante Yanti,” Jawab Nana seadanya. Aldo mengangguk-anggukan kepalanya mengerti.

“Abang lo?”

“Biasa ngurusin cafenya,” Jawab Nana lagi masih asik dengan pizza di pangkuannya.

Aldo memperhatikan kekasihnya yang lahap memakan pizza yang tadi ia bawa.

Aldo akui bahwa Nana tidaklah secantik perempuan-perempuan yang selalu mendekatinya, tapi entah kenapa Aldo sangat mencintai kekasihnya yang sederhana ini.

Nana selalu tampil natural dan apa adanya tanpa polesan make up, paling hanya memakai lipbalm untuk menjaga bibirnya agar tidak kering.

“Yang, kenapa lo gak pernah dandan?” tanya Aldo penasaran. Pasalnya selama dua tahun mereka berpacaran tidak sekalipun ia melihat kekasihnya itu memoles wajahnya dengan make up seperti kebanyakan perempuan lain.

“Gue gak pake make up aja udah cantik. Kalau gue pake make up, nanti lo makin kelepek-kelepek liat gue yang jadi lebih cantik, gue kasian sama selingkuhan-selingkuhan lo itu, nanti mereka minder karena kalah cantik dari gue," jawab Nana penuh percaya diri. Aldo melongo mendengar jawaban super PD kekasihnya itu.

"Lo abis dari mana tadi?” Nana bertanya saat sudah menghabiskan pizzanya.

“Biasa nongkrong sama Rizki, Dino, Ridho sama Dava juga.”

“Gak jalan-jalan sama cewek lo?”

“Ini cewek gue lagi duduk disamping gue,”

Nana memutar bola matanya, lalu menyandarkan kepalanya di bahu kiri Aldo. “Maksud gue, sama cewek lo yang lain,” ucap Nana.

“Cewek gue cuma satu, yaitu lo. Yang lain temen main doang,” ucap Aldo meluruskan.

“Jahat banget lo, mainin perasaan mereka. Cewek itu mahluk lemah yang harus dilindungi dan di sayangi bukan malah disakiti,” dengus Nana.

“Gue gak mainin perasaan mereka, tapi merekanya aja yang nempel-nempel terus sama gue. Dan gue sebagai laki-laki yang baik menghargai mereka yang ngedeketin gue. Toh, hampir seluruh murid di SMA MAWAR juga tahu kalau pacar gue dari dulu adalah lo. Merekanya aja yang gak tahu malu ngedeketin cowok yang jelas-jelas udah punya pasangan,” ucap Aldo panjang lebar sambil mengusap puncuk kepala kekasihnya yang bersandar dibahunya.

“Tamu gak akan masuk jika tuan rumah tidak mempersilahkannya.”

“Dan sebagai tuan rumah harus baik dan menghargai tamu yang datang, karena tidak sopan jika membiarkan tamu untuk diam diluar atau bahkan mengusirnya,” jawab Aldo enteng.

“Ya, ya, terserah lo,” ucap Nana malas.

“Lo cemburu, ya, Yang?” tanya Aldo menatap wajah kekasihnya itu dengan binar jahil.

“Cemburu hanya untuk orang-orang yang tidak percaya diri,” ucap Nana menirukan ucapan di salah satu novel yang pernah ia baca.

“Awal-awal kita pacaran lo selalu cemburu kalau liat gue sama cewek lain?” Aldo mengingat hubungannya di awal-awal.

“Iya, dan waktu itu juga gue sering banget nangis gara-gara rasa cemburu gue saat lo jalan sama cewek lain,” tambah Nana.

“Terus kenapa sekarang gak gitu lagi?” tanya Aldo menikan sebelah alisnya, menatap Nana penasaran.

“Gue cape nangis terus. Dari sana gue mikir, buat apa gue menyia-nyiakan waktu gue cuma buat nangisin cowok. Hidup cuma sekali, dan gue pengen menikmati hidup gue. Gue gak mau larut dalam sakit hati dan tangis yang jelas-jelas itu buang-buang waktu berharga gue dan hanya akan membuat gue lemah dan terpuruk. Dan gue juga gak mau terlalu ngekang lo. Gue tahu lo pengen menikmati masa remaja lo ini, begitupun juga gue. Gue gak mau masa remaja gue dihabiskan hanya dengan sakit hati dan air mata. Masa remaja cuma datang satu kali, dan gue gak mau menyia-nyiakan itu.” Jelas Nana panjang lebar.

“Duh, bijak banget sih pemikiran lo, jadi makin sayang gue!” Aldo memeluk erat kekasihnya itu.

“Lo gak akan ninggalin gue kan, Yang?” tanya Aldo pada kekasihnya itu.

“Selama lo gak ngelakuin kesalahan yang fatal, gue gak akan ninggalin lo," jawab Nana yakin.

“Janji?” Tanya Aldo memastikan. Nana mengangguk yakin.

Disekolah mungkin keduanya jarang terlihat bersama bahkan sekilas terlihat seperti tidak saling mengenal, tapi jika sudah berdua seperti ini, semua orang akan berkata sangat serasi dan tentunya mereka adalah orang yang saling mencintai satu sama lain. Dua tahun mereka berpacaran, tepatnya adalah saat pertama kali masuk SMA, tepat saat upacara penutupan MOS dilaksanakan.

Aldo dan Nana berteman baik saat keduanya masih berada di bangku Sekolah Menengah Pertama meskipun keduanya tidak berada dalam satu kelas yang sama, dan beruntungnya pada saat naik kekelas IX keduanya akhirnya berada dikelas yang sama bahkan duduk dibangku yang sama pula. Keduanya pun semakin dekat, hingga sebuah perasaan lain hadir, kemudian saling jujur tentang perasaan masing-masing, tapi sepakat untuk tidak berpacaran terlebih dulu, Aldo dan Nana hanya ingin lebih memastikan dulu perasaan mereka yang sesungguhnya benar-benar cinta atau hanya perasaan sesaat.

Hingga saat masuk SMA, Aldo memutuskan untuk menyatakan cintanya terhadap Nana, tepat saat upacara penutupan MOS berakhir. Didepan semua siswa, Aldo dengan berani berlutut dihadapan Nana dan mengutarakan isi hatinya kepada gadis yang Selama satu tahun iti menjadi bidadari dihatinya.

Nana tidak menyangka bahwa Aldo akan seberani ini. Malu sekaligus bahagia Nana rasakan pada hari itu. Dengan setangkai mawar putih beserta boneka besar yang Aldo berikan menambah kebahagian Nana, dan sudah pasti membuat banyak perempuan iri kepadanya.

Nana maupun Aldo jelas tidak pernah sama sekali melupakan sejarah itu.

Terpopuler

Comments

lheea02

lheea02

bisa ya na sesimpel itu? pantut di contoh itu

2021-03-13

1

Nani Nurhayati

Nani Nurhayati

Nana prinsipnya sama ma aku 😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍

2021-01-23

1

Siti solikah

Siti solikah

masa masa yang paling indah adalah di sekolah

2020-12-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!