Chapter 17

Minggu pagi ini Nana sudah berada di rumah Aldo, atas permintaan Mesya- mamanya Aldo. Dan saat baru saja sampai di rumah itu, Nana langsung pamit untuk membangunkan Aldo di kamarnya.

Nana menaiki tangga demi tangga menuju kamar kekasihnya, lalu setelah sampai di depan pintu tersebut Nana mengetuk pintu coklat itu beberapa kali, namun tidak juga ada sahutan dari dalam. Nana yang sudah kesal pun memutuskan untuk masuk, dan menggelengkan kepalanya saat melihat Aldo masih tertidur dengan ranjang yang sangat berantakan. Entah bagaimana kekasihnya itu tidur, melihat bantal, guling juga selimut sudah tidak berada di tempatnya bahkan seprai hitam yang seharusnya menutupi kasur pun tergeletak manis di lantai.

Berulang kali Nana menepuk-nepuk pipi Aldo agar laki-laki itu bangun, tapi nihil, Aldo masih saja tidur dengan nyenyaknya tanpa terganggu dengan ulah Nana yang berusaha membangunkannya. Menghela napasnya, Nana kemudian bangkit dari duduknya dan segera membuka gorden beserta jendelanya, membuat sinar matahari dan hembusan angin pagi masuk ke dalam kamar Aldo, membuat sang empu kamar yang masih tertidur mengerjapkan matanya terganggu, lalu bangkit dari tidurnya menjadi duduk dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka dan berkali-kali menguap.

“Cuci muka sana, itu iler sama belek banyak banget,” ucap Nana menoleh sebentar pada Aldo lalu mengalihkan pandangannya keluar jendela.

“Loh, kok lo disini?” tanya Aldo yang baru saja sadar dari tidurnya.

“Mama lo yang nyuruh.” Nana menjawab seadanya.

“Mau ngapain? Kok gue gak tahu,"

Nana hanya mengedikan bahunya, karena bagaimana pun ia sendiri tidak tahu mau apa ibu dari kekasihnya itu memintanya datang pagi-pagi. “Lo cuci muka sama gosok gigi dulu sana, atau sekalian aja mandi. Gue mau ke bawah dulu buatin lo sarapan,” ucap Nana sebelun kemudian melangkahkan kakinya keluar dari kamar Aldo.

Aldo segera bergegas menuju kamar mandi yang berada di kamarnya, secepat kilat mandi dan mengganti pakaian, lalu turun ke dapur menghampiri kekasihnya yang tengah menyiapkan sarapan untuknya. Aldo berdiri di dekat meja makan sambil memperhatikan Nana yang sedang memasak, bibir Aldo terangkat membentuk senyuman lalu mendekati kekasihnya itu dan memeluknya dari belakang.

“Lepas Aldo! Lo apa-apan sih, gimana kalau mama sama papa liat? Malu tahu,” gerutu Nana sambil memukul-mukul lengan Aldo yang melingkar di perutnya.

“Biarin aja, Yang, gue pengen kayak cowok-cowok di novel yang sering lo baca, biar romantis gitu keliatannya,” ucap Aldo berbisik di telinga Nana. Nana mencubit lengan Aldo keras membuat sang empu tangan meringis kesakitan dan dengan refleks melepaskan pelukannya.

“Gue bukannya ngerasa tersanjung di peluk gitu malah bikin gue risih tau gak?” kesal Nana.

“Dih lo harusnya senang gue romantisin, lo malah gitu responnya," Aldo menggeleng tak habis pikir. "Cewek di novel-novel itu, kalau cowoknya meluk dari belakang pas lagi masak gini, pasti tuh wajah ceweknya merah merona malu-malu. Lah lo malah marah-marah,” dengus Aldo.

“Ya, itu kan cewek di novel bukan gue. Lo kenapa jadi kayak korban novel gitu sih?” tanya Nana sambil terus melanjutkan memasaknya.

“Ya kan biar lo tambah suka dan sayang sama gue. Lo kan sering baca novel romantis tuh, kali aja lo juga pengen diperlakuin romantis kayak di novel-novel yang lo baca.”

Nana menata hasil masakannya di atas meja, dengan Aldo yang mengekor dan duduk di kursi makan berhadapan dengan sang kekasih.

“Lo gak perlu kayak gitu, Al cukup jadi diri sendiri aja gue udah sayang sama lo,” ucap Nana tulus. Membuat Aldo senyum-senyum atas ucapan kekasihnya itu.

“Duh kalian pagi-pagi udah romantis-romantisan aja kayak pengantin baru,” kata Anjar, papa Aldo yang baru saja datang di ikuti Mesya di belakangnya, kemudian ikut duduk di meja makan bersama Nana dan Aldo.

“Sekalian sarapan bareng Ma, Pa,” tawar Nana segera berdiri dari duduknya dan mengambil piring baru untuk kedua orang tua Aldo.

“Gak usah sayang, mama sama papa sudah makan duluan tadi.” Tolak Anjar sebelum Nana sempat menyendokan nasi ke dalam piring. Nana kembali meletakan piring yang baru saja ia ambil lalu kembali duduk dan melanjutkan makannya.

“Pa, bisa gak, gak usah panggil Nara ake sayang? Nara itu pacarnya Aldo, Pa jadi, cukup Aldo aja yang panggil dia sayang, papa jangan ikut-ikutan nanti nama cemburu.” Protes Aldo yang membuat sang papa dan mama tertawa, sedangkan Nana melotot kepada kekasihnya itu.

“Yang ada kamu yang cemburu Al, bukannya Mama,” ujar Mesya masih dengan tawanya, merasa lucu atas ucapan anaknya itu.

“Oh ya, sayang, maaf ya mama nyuruh kamu kesini pagi-pagi. Mama mau ajak kamu kerumah neneknya Aldo hari ini, kamu mau kan?” tanya Mesya pada Nana.

Nana menengok kearah Aldo sebentar lalu kembali menatap Mesya dan mengangguk mengiyakan ajakan calon mertuanya itu.

“Aldo ikut gak ma?”

“Ya ikut lah, Al kamu kan cucunya.” sang papa menjawab

“Mau ngapain emangnya? Kok sama Nara juga?” tanya Aldo sebelum kembali menyuapkan nasi goreng buatan sang kekasih.

“Ya gak apa-apa, pengen aja ngenalin Nana sama nenek dan kakek kamu, mereka pasti senang ketemu Nana.”

Terpopuler

Comments

Sartini Cilacap

Sartini Cilacap

Aldo bener bener bandel

2019-12-21

3

Khoiriyah

Khoiriyah

lanjuuuut

2019-11-08

3

Aca✨

Aca✨

thor nya kurang fokus nih.. mama nya aldo meysa apa sarah sih..

2019-10-30

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!