Sisil dan Dava menatap sinis perempuan yang baru saja bergabung dengan mereka, duduk mepet di samping Aldo, membuat laki-laki itu berada di tengah-tengah antara Nana dan dia.
Semua yang berada di meja tahu bahwa perempuan itu adalah salah satu perempuan yang menjadi pacar Aldo. Sisil dan Dava tak habis pikir dengan jalan pikiran perempuan tersebut, tidak tahu kah dia sadar bahwa di meja ini juga ada kekasih tersayang Aldo?
Sisil menatap tak suka pada perempuan yang kini dengan berani mengajak Aldo mengobrol dan sesekali bertingkah manja kepada Aldo.
Dino yang sedari awal memperhatikan interaksi keduanya terlihat kesal, ingin sekali rasanya menghajar kekasih dari sepupunya itu. Andai tak takut dengan kemarahan Nana, sudah bisa di pastikan bahwa Aldo akan habis ia hajar. Dino Beralih menatap Nana yang terlihat biasa saja, bahkan terkesan cuek menyaksikan kemesraan kekasihnya dengan perempuan lain, seolah ia tak mengenal orang di sampingnya.
Rizki dan Ridho saling tatap sebentar lalu menatap kearah Aldo yang tengah mengobrol asik dengan perempuan tak tahu malu itu, kemudian menatap Nana yang tengah asik mengobrol dengan Sisil, seolah tidak melihat adegan di depannya. Namun Rizki yang memang terlalu peka dapat menangkap tatapan cemburu di mata Nana, meskipun tidak begitu ketara tapi jika di lihat dengan seksama itu jelas nyata.
Rizki menyikut lengan Dino yang berada di sampingnya, setelah mendapati Dino menatapnya ia menaik turunkan alisnya sambil menunjuk Aldo dan Nana secara bergantian menggunakan dagunya agar tak ada yang curiga, seolah mengerti dengan kode yang di berikan, Dino tersenyum lalu kembali menatap sepupunya itu, dan dengan tiba-tiba memeluk Nana dari samping.
“Arrrggh, Dino!” Nana yang mendapat pelukan tiba-tiba dengan refleks berteriak, membuat beberapa orang yang masih berada di kantin itu melihat ke arah Nana.
Aldo yang juga melihat kekasihnya di peluk oleh Dino memelototkan matanya dan dengan kasar melepaskan tangan Dino dari. Namun Dino kembali melingkarkan tangannya pada pinggang Nana.
“Lepasin tangan lo!” kesal Aldo kembali menyingkirkan tangan Dino.
“Gue gak mau!” kekeh Dino semakin erat memeluk Nana. Sedangkan Nana hanya menghela napas lelah dengan tingkah keduanya.
“Cewek gue Dino! Jangan seenaknya lo peluk-peluk gitu!” ujar Aldo berusaha semakin keras.
Sisil, Dava, Ridho dan Rizki tertawa geli melihat ketiga temannya itu, sementara perempuan bernama Sarah yang duduk di samping Aldo itu terlihat kesal dan berkali-kali memanggil Aldo yang mengabaikannya.
“Suka-suka gue dong. Urus saja tuh cewek lo yang itu,” delik Dino sambil menunjuk Sarah dengan dagunya.
Nana masih diam, tidak sedikitpun berniat menghentikan keduanya yang sedang memperebutkannya, baginya ini sudah biasa. Bukan hanya sekali dua kali ia menghadapi situasi seperti ini, melerai pun hanya akan membuat dirinya lelah dan malah terpancing emosi maka lebih baik Nana membiarannya, toh nanti juga akan berhenti dengan sendirinya.
“Aldo iiih,” rengek Sarah manja sambil menarik tangan Aldo membuat sang empu tangan melirik gadis itudengan wajah kesalnya.
“Apa sih lo ganggu gue aja!” ketus Aldo.
Sisil dan yang lainnya tersenyum meremehkan, sedangkan Sarah semakin cemberut dan terus merengek pada Aldo mengajaknya pergi.
“Manja banget lo jadi cewek, kalau mau pergi ya pergi aja sana sendiri gak usah narik-narik gue.”
“Jahat banget sih kamu sama aku, Do aku ini pacar kamu loh,” kata Sarah dengan suara pelan hampir menangis.
“Pacar gue cuma satu ya, dan itu cuma Nara. Emang gue pernah nembak lo? Gak! Lo nya aja yang ngaku-ngaku jadi pacar gue,” ujar Aldo tanpa perasaan. Sarah menatap Aldo sendu dengan Air mata yang mulai menetes.
“Terus beberapa hari ini apa? Kamu bersikaf baik sama aku, romantis, dan beberapa kali nganterin aku pulang dan ngajak aku jalan-jalan. Kamu jahat Do, padahal aku sayang sama kamu, aku cinta sama kamu,” ucapnya dengan air mata yang semakin deras mengalir.
Dino melepaskan tangannya di pinggang Nana dan menatap drama yang ada di hadapannya, begitu juga dengan sahabatnya yang lain. Beberapa murid yang masih berada di kantin juga menyaksikan drama yang dibuat Sarah ada yang menatap kasihan, kesal dan bahkan ada juga yang tertawa meremehkan. Bukan hanya kali ini saja Aldo mempermlukan perempuan yang mengejarnya, tapi sudah cukup sering. Maka dari ini julukan berengsek Aldo sandang.
“Banyak cewek yang gue ajak jalan dan gue anter pulang, bukan cuma lo doang jadi, gak usah ke-GR-an,” ucap Aldo penuh penekanan.
Sarah yang mendengar ucapan Aldo semakin menangis dan menundukan wajahnya malu, karena banyak orang yang melihat perdebatan mereka.
“Aldo jangan bicara kasar sama cewek!” tegur Nana tegas. Sahabat-sahabatnya yang mendengar teguran Nana langsung mengalihkan pandanganya, mengerutkan keningnya bingung begitu juga dengan Aldo.
“Gue juga cewek Al, gue gak suka di kasarin, sama kayak dia. Perasaannya pasti sangat terluka mendengar ucapan kasar lo sampe dia nangis kayak gitu,” ucap Nana sambil menunjuk ke arah Sarah yang masih menangis.
Aldo menoleh pada Sarah. Namun tidak sedikitpun rasa bersalah dan iba itu ada untuk perempian di hadapannya. Menurut Aldo itu bukanlah kesalahannya, perempuan itunya saja yang terlalu lebay mencari perhatiannya.
Setelah drama itu di hentikan oleh Nana dan bertepatan dengan bel tanda istirahat berakhir berbunyi, semua murid yang menyaksikan bubar satu persatu meninggalkan kantin. Sisil, dan yang lainnya pergi menuju kelas meninggalkan Nana, Sarah dan juga Aldo untuk menyelesaikan masalah mereka.
Sarah masih saja sesenggukan, sedangkan Aldo terlihat cuek dan tenang. Nana menghela napas lelah lalu menatap Sarah dan Aldo bergantian berharap ada yang mengeluarkan suara. Namun setelah menunggu beberapa menit dan tidak ada satu pun yang buka suara, membuat Nana kembali menghela napasnya lelah.
“Kalian gak ada yang mau ngomong gitu?” tanya Nana menatap keduanya bergantian. “Al, lo gak mau minta maaf sama dia?” lanjut Nana menunjuk Sarah, yang masih sesenggukan.
“Minta maaf untuk apa?” Aldo menaikan sebelah alisnya.
“Ucapan lo tadi.” Jawab Nana mengingatkan.
“Gue gak mau minta maaf, karena gue gak salah,”
Nana menghela napasnya lalu beralih menatap Sarah. “Lo udah berapa lama pacaran sama Aldo?”
“Gue gak pernah pacaran sama dia, Yang!” sargah Aldo cepat.
“Gue nanya dia, bukan lo!” Nana mendelikan matanya sinis ke arah Aldo.
“Kapan Aldo nembak lo ? Atau kapan lo nembak Aldo?”
Sarah tidak menjawab dan semakin menundukan kepalanya.
“Kenapa gak jawab?!” kesal Nana yang sudah malas menghadapi perempuan di depannya. Menurutnya ini terlalu membuang waktu. Dan tentu saja ia tidak suka.
“Aldo belum nembak gue, cuma gue yang beberapa kali nyatain perasaan sama dia, tapi dia gak pernah respon ucapan gue. Beberapa kali dia nganterin gue pulang dan memperlakukan gue dengan manis, kadang juga ngajak gue jalan-jalan, gue kira mungkin itu artinya dia nerima gue," cicit Sarah.
“Maka dari itu lo berani bilang dia pacar lo?" Sara mengangguk kecil. "Lo tahu siapa gue?” tanya Nana.
Sarah menatap Nana sekilas, kemudian kembali menunduk. " Lo pacar Aldo," jawab Sarah pelan.
“Lo tahu sejak kapan gue pacaran sama dia?”
Sarah mengangguk tak berani menatap wajah Nana dan Aldo. “Dua tahun lalu saat upacara penutupan MOS.”
"Kalau tahu, kenapa lo berani ngaku-ngaku dia sebagai pacar lo?" gemas Nana. "Kadang gue ngerasa lucu tahu gak sama sebangsa lo."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Keyvania Eleanor
UHHH SANGAT SANGAT SUKA CARA NANA,TDK LEBAI,TDK CENGENG,DEWASA,TDK AROGAN & EMOSIAN MNGHADAPI MSALHX....KU SUKA WNITA YG TEGAT KUAT & PUX PRINSIP
2021-07-13
1
Alfian Dinata Risky
👍👍👍👍👍
2020-12-12
0
Revian Aryo
Nana emang cewek langka, unik, g ad deh yang sama, hebaat nana....
2020-11-05
3