Chapter 10

“Ngapain orang tuanya Aldo di suruh ke sekolah, Bun?” tanya Nana penasaran.

“Gak apa-apa kok, Yang, bunda nyuruh orang tua gue ke sekolah buat ngelamar lo.” Jawab Aldo asal. Nana memicingkan matanya curiga pada kekasihnya itu.

“Lo bikin ulah lagi ya, Al?” tuduh Nana tepat sasaran.

Aldo cengengesan sambil menggaruk tengguknya yang tidak gatal, ia sudah bisa menebak bahwa kekasihnya itu pasti akan mengomelinya panjang lebar.

“Ulah apa lagi sekarang, sampai orang tua di panggil? Tawuran?” tanya Nana tajam.

“Bu-bukan, Yang,” ucap Aldo terbata.

“Gak usah coba-coba bohong lo sama gue! Lo tauran kan!” sentak Nana. Aldo menggaruk tengkuknya lalu menatap memelas ke arah Irma meminta bantuan.

Nana mengalihkan tatapannya pada sang Bunda. Mendapat tatapan seperti itu Irma menghela napasnya lalu mengangguk. Nana menatap garang pada kekasihnya itu sedangkan yang ditatap hanya menundukan kepalanya.

“Oh, pantesan waktu itu muka lo memar, ternyata bener lo ikut tauran? Apa sih yang bikin lo ikut tauran-tauran gitu? Menang hadiah apa? Dapet penghargaan dari presiden? Lo emang jago karate, tapi bukan berarti kemampuan berantem lo itu, lo gunain buat hal-hal kayak gitu. Berantem boleh asal jelas tujuannya, jangan buat lo sombongin diri!” omel Nana panjang lebar membuat Aldo semakin tak berani menatap kekasihnya yang selalu berubah galak di saat memarahi Aldo Sedangkan sang Bunda hanya diam mendengar anaknya itu mengomeli sang kekasih sambil memakan martabak yang dibawa Nana. Berasa nonton bioskop.

“Maaf, Yang, gue janji gak akan ngulangin lagi,” ucap Aldo dengan kepala yang masih menunduk. Aldo paling takut di marahin Nana dari pada Mamanya di rumah.

“Bulan lalu lo juga bilang kayak gitu, tapi buktinya apa? Lo tetap aja ikut-ikutan tauran gitu, mau dibilang jagoan lo? Masih mending lo cuma memar dikit doang, gimana kalau lo sampe babak belur dan koma dirumah sakit kayak waktu dulu? Diri sendiri aja lo bahayain,” omel Nana lagi mulai melemah.

Aldo mengangkat kepalanya yang sedari tadi menunduk, ia menatap wajah kekasihnya itu yang sudah memerah menahan marah, dan mata yang sudah berkaca-kaca. Aldo mendekati kekasihnya itu lalu memeluknya erat, entah kenapa Aldo selalu merasa bersalah jika melihat Nana seperti ini.

Ia tahu bahwa kekasihnya itu khawatir kepadanya, Nana pasti trauma dengan kejadian dulu waktu baru naik kekelas XI, Aldo ikut tauran sampai harus dirawat di rumah sakit karena banyaknya luka di wajah dan tubuhnya akibat pukulan dari lawan yang masing-masing membawa balok kayu. Saat itu Nana lah orang yang paling sedih melihat kekasihnya terbaring lemah di brangkar rumah sakit, maka dari itu Nana selalu marah jika mengetahui kekasihnya itu mengikuti tauran , ia tidak mau kejadian dulu terulang lagi.

“Maafin gue, Yang, gue janji ini yang terakhir, gue gak akan ngulangin lagi gue janji!” ujar Aldo sungguh-sungguh. Nana mendelik pada kekasihnya itu.

“Waktu itu lo juga bilang janji,” ucap Nana mengingatkan.

Aldo menggaruk tengkuknya salah tingkah. “Sorry waktu itu gue khilaf. Tapi kali ini gue serius, gue gak akan ikut tauran lagi, gue janji sama lo,” ucap Aldo penuh keseriusan.

“Oke! Lo gue maafin tapi kalau sampe lo ingkar, gue gantung lo di tiang bendera!” ancam Nana tajam.

Aldo bergiding ngeri mendengar ancaman kekasihnya itu. Aldo menatap ke arah Irma yang kini tengah kembali fokus pada acara televisi di depannya.

“Bunda,” panggil Aldo pelan. Irma hanya berdehem menjawab panggilan Aldo tanpa mengalihkan pandangannya. Persis Nana yang selalu mengabaikan panggilan Aldo.

“Panggilan untuk orang tua Aldo dibatalin aja ya, Bun,” ucap Aldo mencoba menawar.

“Kenapa dibatalin?” tanya Irma menatap kekasih anaknya.

“Kan Aldo udah dimarahinnya sama Nara barusan, jadi besok gak usah panggil Mama sama Papa ke sekolah ya, Bun,” ucap Aldo memelas.

“Apa hubungannya? Pokoknya kamu besok tetap suruh orang tua kamu kesekolah! Orang tua teman-teman kamu juga sama Bunda disuruh datang juga kok,” ucap Irma lalu kembali fokus pada siaran televisi.

“Bunda tega banget sih sama calon mantu, masa Aldo harus double sih dapat omelannya,” ucap Aldo memelas.

“Kamu memang calon mantu Bunda, tapi kalau di sekolah itu beda lagi, Bunda adalah guru BK yang harus mengurus kenakalan-kenakalan siswa nakal seperti kamu. Jadi, meskipun kamu calon mantu kesayangan bunda, kalau melanggar peraturan sekolah maka Bunda akan tetap memberimu hukuman sama rata tidak ada yang dibeda-bedakan karena di sekolah kalian adalah sama, sama-sama murid Bunda, jadi kamu gak perlu protes lagi! Kamu diomelin Nana itu adalah salah kamu dan resiko kamu,” ucap Irma. Aldo menghela napasnya pasrah lalu menatap sendu Nana.

Aldo pamit pulang kepada Irma, karna hari pun sudah semakin malam dan ponselnya sudah berisik sedari tadi mendapat teror dari orang rumah menyuhnya untuk segera pulang. Nana mengantarkan ke kasihnya itu sampai halaman depan dimana motor Aldo terparkir. Sebelum menaiki motornya Aldo memeluk kekasihnya itu penuh sayang.

“Gue pulang dulu ya, Yang, lo langsung tidur jangan begadang, gak baik buat kesehatan lo. Ingat besok jangan berangkat dulu sebelum gue jemput lo.” pesan Aldo pada kekasihnya itu. Nana mengangguk lalu mengecup singkat pipi kekasihnya itu.

Aldo mesem-mesem. “Lagi dong, Yang.” Aldo menyodorkan pipinya mendekat yang dengan cepat di jauh kan kembali oleh Nana.

“Gak tau diri lo, dikasih sekali minta nambah!” Aldo tertawa mendapati kekesalan dari kekasihnya itu.

“Lo hati-hati di jalan, jangan kebut-kebutan bawa motornya, kalau udah sampai kabarin gue,” pesan Nana pada kekasihnya itu. Aldo mengangguk lalu kembali memeluk Nana sebelum akhirnya ia benar-benar melajukan motornya meninggalkan pelataran rumah Nana.

Nana masuk kembali kedalam rumahnya masih mendapati sang bunda masih berada diruang tengah sedang menonton acara favoritnya, ia menghampiri bundanya sebentar untuk mencium kedua pipi wanita paruh baya itu lalu pamit ke kamarnya terlebih dulu. Jam sudah menunjukan pukul sepuluh malam, kantuk sudah menyerang dirinya. Namun Nana mencoba tetap melek sambil menunggu pesan dari Aldo untuk memastikan bahwa sang kekasih sampai kerumahnya dengan selamat.

Ini sudah menjadi kebiasaan Nana sedari dulu, dan karena itu juga Nana tidak akan bisa tidur nyenyak jika belum mendapatkan kabar dari kekasihnya itu. Terdengar lebay memang tapi mau bagaimana lagi, inilah kenyataannya, dan Aldo pun tahu kebiasaan kekasihnya itu yang membuat Aldo selalu menyempatkan mengirimkan pesan terlebih dulu kepada Nana, memberi tahu bahwa dirinya sudah sampai di rumah dengan selamat. Aldo tidak ingin membuat kekasihnya itu khawatir, maka selelah dan sengantuk apapun Aldo akan tetap mengirimi pesan terlebih dulu baru ia akan tidur tanpa menunggu balasan dari kekasihnya itu.  

Terpopuler

Comments

Virgine Palijama Matulessy

Virgine Palijama Matulessy

jadi ingat badung nya dulu...

2020-12-16

0

moemoe

moemoe

laah????emakny guru d skolah tu rupanya..tau jg lh brarti kbiasaan aldo
.santai bgt aldonyaaa..... emakny jg sntai ja

2020-05-05

5

Yantisrii Yantisrii

Yantisrii Yantisrii

wah guru BK
seru

2020-04-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!