Jessy Tak Peduli

Aku melangkah pergi tanpa menoleh sedikit pun. Suara piring pecah, dentingan sendok dan garpu berjatuhan masih terngiang di telingaku. Tapi aku tidak peduli.

"JESSY! BERHENTI KAMU!"

"DASAR WANITA TIDAK TAU DIUNTUNG!!"

Teriakan Mama Ella menggema di seluruh rumah. Aku yakin, kalau aku masih menjadi Jessy yang dulu, mungkin aku sudah gemetar dan berusaha meminta maaf. Tapi sekarang? Tidak.

"Lihat! Ini semua gara-gara kamu memilih wanita seperti dia!" suara Mama Ella terdengar lagi, kali ini ditujukan kepada Bram. "Perempuan tidak tahu diri! Tidak tahu sopan santun!"

"Gila! Kak Bram, aku bilang juga apa! Kak Jessy itu nggak pantes buat kita!" Molly menimpali dengan penuh amarah.

Aku mendengar semuanya, tapi aku tetap berjalan menuju kamarku. Apa pun yang mereka katakan, tidak ada yang layak kudengar.

"Huh, apa yang kalian harapkan dari wanita mandul?! Harusnya dari awal kita cari yang lebih baik untuk keluarga ini!"

Langkahku sempat terhenti.

Tapi hanya sesaat.

Aku menarik napas dalam-dalam dan melanjutkan jalanku.

Begitu sampai di kamar, aku menutup pintu dengan keras. Aku bersandar di baliknya, mencoba menenangkan detak jantungku yang masih berpacu cepat karena kemarahan tadi.

Aku menatap bayanganku di cermin. Wajahku masih merah karena emosi, tapi sorot mataku penuh tekad.

"Dulu aku diam, tapi tidak sekarang."

Aku tersenyum miring. "Bram, Ella, Milly, dan... Fina, akan segera melihat siapa aku sebenarnya. Akan aku balas satu persatu perbuatan kalian."

Di lantai bawah, Mama Ella masih mengomel, suaranya semakin meninggi.

"INI SEMUA SALAH KAMU, BRAM!" bentak Mama Ella. "Kenapa dulu kamu bersikeras menikah dengan wanita itu?!"

"Benar, Kak! Kalau saja dulu Kakak dengar kata Mama, kita nggak akan punya menantu yang kayak dia!" timpal Molly.

Bram menghela napas panjang, berusaha tetap tenang. "Sudah, Ma, Adik. Jangan memperkeruh suasana. Aku yang akan bicara dengan Jessy."

"Bicara?!" Mama Ella mencibir. "Apa lagi yang mau dibicarakan? Wanita itu sudah jelas gila! Dia bahkan berani menamparmu!"

Bram mengusap pipinya yang masih terasa perih. Matanya sedikit menggelap, tapi ia menahannya. "Aku yang akan menyelesaikan ini, Ma."

"Hah... Bram, kamu harus menegur istrimu! Apa-apaan ini?! Berani-beraninya dia membuat keributan seperti ini!" ucap mama Ella dengan nada tak suka.

Molly mengangguk cepat. "Betul, Kak! Ini sudah keterlaluan!"

Bram menghela napas berat, berusaha menenangkan situasi. "Iya, Ma, Adik."

Mama Ella mendengus sinis. "Dia sudah jelas tidak menghormati kita! Kamu mau bicara apa lagi?! Ceraikan saja dia!"

Molly langsung menyahut, "Iya, Kak! Dia bukan wanita baik-baik! Dia kasar, tidak tahu diri, berani melawan Mama! Aku bilang juga apa, Kak Jessy itu nggak cocok untuk kita!"

Bram mengepalkan tangannya, jelas merasa tertekan oleh tuntutan ibunya dan adiknya.

"Dengar, Ma, Molly... Jessy itu istriku. Aku yang bertanggung jawab atas dia."

Mama Ella mendengus. "Tanggung jawab apanya?! Dia sudah tidak pantas jadi menantu keluarga kita!"

Bram menatap ibunya dengan lelah. "Aku tahu Jessy berubah. Aku tidak tahu kenapa, tapi aku akan bicara dengannya. Aku yang akan mengurus ini."

Mama Ella masih ingin membantah, tapi Bram sudah berbalik dan berjalan menuju kamar kami.

Molly memelototi punggung kakaknya. "Kak, jangan bilang kalau Kakak masih membela dia!"

Bram tidak menjawab. Ia melangkah naik tangga.

Di dalam kamar, Jessy duduk di tepi ranjang, menatap lurus ke depan.

Tangan Jessy mengepal kuat. "Aku tidak akan membiarkan sejarah terulang. Aku akan membuang keluarga sampah ini."

Tiba-tiba, suara ketukan terdengar di pintu.

"Jessy, ini aku." Suara Bram terdengar dari balik pintu. "Buka pintunya, kita perlu bicara."

Aku memutar bola mataku. "Pergi."

"Aku tidak akan pergi sampai kita bicara."

Aku mendecih, lalu membuka pintu dengan kasar. Mataku menatap Bram penuh ketidakpedulian.

"Bicara? Mau bicara apa? Mau menyuruhku minta maaf?"

Bram menghela napas. "Jessy, apa yang terjadi padamu? Kenapa kamu tiba-tiba berubah seperti ini?"

Aku tersenyum miring. "Kenapa? Kamu lebih suka aku yang dulu? Yang selalu diam dan menerima semua hinaan keluargamu?"

Bram terdiam.

Aku tertawa kecil. "Sayang sekali, Bram. Aku sudah selesai menjadi wanita bodoh."

Bram menatapku dengan tajam. "Kalau kamu punya masalah, kamu bisa bicara denganku. Tidak perlu membuat keributan seperti tadi."

Aku menatapnya dingin. "Bicara denganmu? Sejak kapan kamu pernah peduli dengan apa yang aku rasakan?"

Bram terkesiap, seolah tidak menyangka aku akan mengatakan itu.

Aku melipat tangan di dada. "Jangan berpura-pura peduli, Bram. Aku tahu kamu tidak benar-benar menginginkanku."

Bram mengerutkan kening. "Maksudmu apa?"

Aku tersenyum samar. "Tidak ada. Sekarang keluar dari kamarku."

"Jessy—"

"Aku bilang keluar!" Aku menutup pintu dengan keras di hadapan Bram.

Bram masih berdiri di depan pintu, tapi aku tidak peduli. Aku bersandar pada pintu yang baru saja kututup dengan keras, berusaha mengatur napas.

Dari balik pintu, suaranya terdengar lagi, kali ini lebih tenang.

"Aku akan memberimu waktu."

Aku mengerutkan kening.

"Kamu bisa pergi ke mana pun yang kamu mau, tak perlu meminta izin padaku."

Aku mendecih pelan. Tawaran itu terdengar seperti kebebasan, tapi aku tahu, kebebasan yang datang terlambat sering kali tidak ada artinya.

"Terserah." Aku menjawab pendek.

"Aku pamit, berangkat kerja dulu, Jes."

Beberapa detik hening. Lalu aku mendengar langkah kaki Bram menjauh.

Aku berjalan ke jendela dan menyingkap tirai. Dari sini, aku bisa melihatnya keluar dari rumah, menuju mobilnya.

Ia berhenti sejenak, menarik napas panjang sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil.

Aku memiringkan kepala. "Lucu. Sekarang dia ingin memberikan kebebasan?"

Aku tidak butuh izin darinya untuk pergi. Seharusnya, dari awal aku tidak pernah menunggu izin siapa pun.

Bram menyalakan mesin mobilnya, lalu pergi ke kantor tanpa menoleh lagi.

Aku tersenyum kecil.

"Baiklah, kalau begitu..."

Kalau Bram sudah mengizinkanku pergi ke mana saja tanpa izin, maka aku akan memanfaatkannya dengan baik.

Aku meraih ponsel dan segera menelepon Chika. Baru dua kali nada sambung, suara cerianya langsung terdengar di telinga.

“Jess! Ya ampun, tumben banget kamu nelepon duluan. Ada apa?”

Aku tersenyum tipis, meski Chika tidak bisa melihatnya. “Aku mau ketemu. Di kafe biasa.”

Hening sejenak di ujung sana, sebelum suara antusiasnya kembali terdengar. “Seriusan?! Akhirnya! Kamu nggak bakal nolak ajakanku buat keluar lagi, kan?”

Aku tertawa kecil. “Kali ini aku yang ngajak, jadi nggak ada alasan buat nolak.”

“Baiklah, lima belas menit lagi aku sampai! Jangan kabur sebelum aku datang, ya!”

Aku menggeleng, meski dia tidak bisa melihat. “Nggak akan.”

Setelah menutup telepon, aku berjalan ke lemari dan mengambil mantel panjang serta tas kecilku. Kali ini, aku tidak akan membuang kesempatan yang sudah ada di tanganku.

Dengan langkah mantap, aku keluar dari kamar dan berjalan melewati ruang tengah tanpa menoleh ke arah Mama Ella dan Molly yang masih terdengar sibuk berceloteh penuh kemarahan.

Aku tidak peduli.

Sebelum mereka sempat menyadari kepergianku, aku sudah melangkah keluar rumah dan masuk ke dalam mobil.

Saat mesin menyala, aku melihat bayanganku di kaca spion.

Aku tersenyum tipis. “Mulai sekarang, aku akan menjalani hidup dengan caraku sendiri.”

Lalu, tanpa ragu, aku melajukan mobil menuju tempat di mana Chika sudah menunggu.

Terpopuler

Comments

Tiara Bella

Tiara Bella

akhirnya up jg Thor.....

2025-03-13

4

Berlian Nusantara dan Dinda Saraswati

Berlian Nusantara dan Dinda Saraswati

aturan transmigrasinya pas sebelum kecelakaan jadi dia gk naik mobil

2025-03-26

0

xenovia putri

xenovia putri

.bneran ganti jdi pov mc kah..
.mengecewakan

2025-03-13

0

lihat semua
Episodes
1 Pengabdian Yang Tak di Hargai
2 Kebebasan dengan Syarat
3 Selama Suami Di Sisi nya
4 Kedatangan Fina
5 Mulai Hancur Perlahan
6 Ketidakpedulian Bram, Kepanikan Chika
7 Jessy Keracunan
8 Jessy Cuma Numpang
9 Chika Emosi Jessy Bimbang
10 Pertengkaran Jessy dan Bram
11 Omelan Di Pagi Hari
12 Bram Mandul
13 Pengkhianatan Bram
14 Aku Tidak Akan Menunggu
15 Jessy Menantu Di Kediaman Ini
16 Keputusan Akhir Jessy
17 Jessy Kecelakaan
18 Kesempatan Kedua
19 Jessy Tak Peduli
20 Ya Aku Serius
21 Jason Si Pria Dingin
22 Kepercayaan Diri Bram
23 18 keatas....
24 Langkah Awal Pembalasan
25 Aku Menantu
26 Minta Maaf
27 Sindiran Di Pagi Hari
28 Sudah Siap?
29 Menunggu Drama Datang
30 Membalas Teman Molly
31 Akhirnya Datang
32 Nikmati Duniamu Sebelum Runtuh
33 Cerita nya Sedikit Berubah
34 Bersiaplah
35 Benar-Benar Terjadi
36 Kepuasan Jessy
37 Petugas Medis Datang
38 Pergi Dari Rumah
39 Rindu Jessy Yang Ceria
40 Kebingungan Bram
41 Sarapan Bersama
42 Si Jack
43 Setebal Muka Jack
44 Semua Salah Jessy
45 Kemarahan Fina
46 Kompor
47 Hanya Padamu
48 Mengantar Jessy
49 Beneran Gila
50 Sejak Kapan
51 Tulang Punggung Bisnis
52 Termakan Omongan
53 Hamil
54 Kemana Sih
55 Gak Rela
56 Bos Gila
57 Asal Ngomong
58 Hari Yang Ditunggu
59 Hari Ketika...
60 Kecemasan Bram
61 Siapa
62 Bertemu
63 Amarah
64 Tamparan
65 Bercerai
66 Palsu
67 Diusir
68 Gempar
69 Tidak Layak
70 Terungkap
71 Penuh Luka
72 Penyitaan
73 Ambruk
74 Pesta Kecil
75 Perhatian Kecil
76 Pria Tua
77 Liburan
78 Makna Tersembunyi
79 Buka Hatimu
80 Sarapan
81 Terpisah
82 Manis
83 Suka
84 Mulai Goyah
85 Terbangun
86 Saling Menyalahkan
87 Ingin Lagi
88 Sedikit Lagi
89 Lamaran
90 Gembel
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Pengabdian Yang Tak di Hargai
2
Kebebasan dengan Syarat
3
Selama Suami Di Sisi nya
4
Kedatangan Fina
5
Mulai Hancur Perlahan
6
Ketidakpedulian Bram, Kepanikan Chika
7
Jessy Keracunan
8
Jessy Cuma Numpang
9
Chika Emosi Jessy Bimbang
10
Pertengkaran Jessy dan Bram
11
Omelan Di Pagi Hari
12
Bram Mandul
13
Pengkhianatan Bram
14
Aku Tidak Akan Menunggu
15
Jessy Menantu Di Kediaman Ini
16
Keputusan Akhir Jessy
17
Jessy Kecelakaan
18
Kesempatan Kedua
19
Jessy Tak Peduli
20
Ya Aku Serius
21
Jason Si Pria Dingin
22
Kepercayaan Diri Bram
23
18 keatas....
24
Langkah Awal Pembalasan
25
Aku Menantu
26
Minta Maaf
27
Sindiran Di Pagi Hari
28
Sudah Siap?
29
Menunggu Drama Datang
30
Membalas Teman Molly
31
Akhirnya Datang
32
Nikmati Duniamu Sebelum Runtuh
33
Cerita nya Sedikit Berubah
34
Bersiaplah
35
Benar-Benar Terjadi
36
Kepuasan Jessy
37
Petugas Medis Datang
38
Pergi Dari Rumah
39
Rindu Jessy Yang Ceria
40
Kebingungan Bram
41
Sarapan Bersama
42
Si Jack
43
Setebal Muka Jack
44
Semua Salah Jessy
45
Kemarahan Fina
46
Kompor
47
Hanya Padamu
48
Mengantar Jessy
49
Beneran Gila
50
Sejak Kapan
51
Tulang Punggung Bisnis
52
Termakan Omongan
53
Hamil
54
Kemana Sih
55
Gak Rela
56
Bos Gila
57
Asal Ngomong
58
Hari Yang Ditunggu
59
Hari Ketika...
60
Kecemasan Bram
61
Siapa
62
Bertemu
63
Amarah
64
Tamparan
65
Bercerai
66
Palsu
67
Diusir
68
Gempar
69
Tidak Layak
70
Terungkap
71
Penuh Luka
72
Penyitaan
73
Ambruk
74
Pesta Kecil
75
Perhatian Kecil
76
Pria Tua
77
Liburan
78
Makna Tersembunyi
79
Buka Hatimu
80
Sarapan
81
Terpisah
82
Manis
83
Suka
84
Mulai Goyah
85
Terbangun
86
Saling Menyalahkan
87
Ingin Lagi
88
Sedikit Lagi
89
Lamaran
90
Gembel

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!