Kesempatan Kedua

Aku membuka mataku perlahan. Tersentak. Napasku terengah-engah, dadaku naik turun dengan cepat, keringat dingin membasahi pelipis.

Dalam sekejap, kesadaranku yang samar mulai pulih. Pikiranku berputar dengan liar..

“Aku seharusnya mati...”

Tadi aku masih di dalam mobil. Terjepit, kesakitan, menahan amarah yang memuncak. Aku ingat semuanya.

Aku yang mengendarai mobil sendirian menuju pesta, berpakaian elegan, membawa bukti perselingkuhan Bram. Aku yang menekan pedal rem, tetapi mobil tidak bisa berhenti. Aku yang kehilangan kendali… dan kecelakaan.

Aku juga ingat bagaimana Bram dan wanita itu, Fina, tertawa di dalam mobil lain. Mereka tidak sedikit pun peduli dengan kecelakaan di depan mata mereka.

Padahal itu aku. Aku, istrinya.

Jantungku berdebar kencang. Tangan gemetar, tetapi kali ini bukan karena ketakutan—melainkan karena kemarahan.

Aku menoleh ke sekeliling. Mataku membelalak.

“Ini… Bukankah ini di rumah?”

Ruangan ini.... Meja makan dengan taplak putih bersih, kursi kayu mahal, aroma makanan yang baru saja aku disajikan.

“Aku di sini? Kenapa? Bagaimana?”

Lalu aku mendengar suara yang sangat familiar.

"Kalian ini kapan punya anak? Kenapa lama sekali? Mama ingin punya cucu laki-laki!" Mama Ella. Ibu mertua ku.

Tanganku mengepal di atas pangkuan. ”Jadi aku kembali ke masa lalu?”

"Sabar, Ma. Ini juga lagi proses." Bram. Suamiku—pengkhianat itu.

Aku menoleh, mataku tajam menatapnya. Dia duduk di sana, terlihat begitu santai, seolah-olah dunia ini masih miliknya.

"Proses, proses! Proses terus! Jangan-jangan Jessy itu mandul!"

Adegan ini persis sama dengan beberapa Minggu sebelum aku meninggal dunia. “Aku... Terlahir kembali?”

Darahku mendidih.

Aku dulu hanya bisa tersenyum pahit dan menunduk saat mendengar kalimat itu. Dulu.

Tapi sekarang? Tidak.

Aku bukan lagi Jessy yang dulu.

Tanganku meraih kain taplak meja, dan menariknya dengan kasar. Semua makanan di atas meja jatuh berantakan ke lantai.

"BRUKK!!"

Semua makanan terlempar ke lantai, piring-piring pecah, suara sendok dan garpu berdenting keras.

"AAAKGH!!"

Mama Ella dan Molly menjerit. Bram melompat dari kursinya, matanya membelalak.

"JESSY!! APA-APAAN KAMU?!"

Mama Ella wajahnya merah padam karena marah.

Molly juga berdiri, menatapku dengan mata membelalak. "Kak Jessy, kamu gila?!"

Aku menatap mereka dengan sorot tajam, tidak ada lagi rasa takut. "Aku gila? Kalian semua yang gila!!"

"Kalian bilang aku mandul?" Aku tersenyum sinis, lalu tertawa pelan. "Kalian nggak salah? Jangan-jangan justru Bram lah yang mandul?"

"JESSY!"

ucap Mama Ella dan Bram barengan. Bram tersentak kaget, sedangkan Mama Ella suaranya membentakku dengan wajah merah padam.

Mama Ella hampir menjerit. "Jangan sembarangan bicara, Jessy! Anak Mama nggak mungkin mandul! Keluarga kami nggak ada yang mandul!"

Molly menimpali dengan nada tajam, "Iya! Kak Bram punya adik, berarti dia nggak mandul!"

"Ma.... Molly... Sudah..." ucap Bram menenangkan mama dan adik iparku.

"Sayang... Sudah..." ucap Bram menenangkanku memegang lenganku.

Aku melepaskannya dengan kasar, hingga Bram terlihat kaget.

"Ada apa dengan Jessy hari ini?" ucap Bram dalam hati.

Aku mendengus, melipat tangan di depan dada. "Oh, jadi menurut kalian, kalau di keluarga kalian punya saudara berarti gak mandul, berarti aku yang salah? Aku juga punya Mama, jadi keluarga ku juga gak mandul." Tatapanku menusuk.

"Lagipula kalian tahu dari mana kalau aku yang mandul? Kalian dokter? Atau jangan-jangan kalian cuma asal tuduh. Jangan bodoh jadi manusia." ucapku sinis sedikit tertawa kecil.

Wajah Mama Ella memerah karena emosi. "Kamu keterlaluan, Jessy!"

"Keterlaluan? Aku?" aku tertawa. "Kalian yang keterlaluan, setiap hari selalu bertanya kapan hamil, kapan hamil, aku mandul. Kalian pikir aku ini apa?"

Bram, yang sejak tadi diam, mencoba menenangkan situasi. "Sudahlah, jangan berdebat soal ini. Jessy, tolong jangan bicara sembarangan. Molly, jangan bahas ini lagi. Kita semua bisa bicara baik-baik bukan?"

Bram berusaha meraih tanganku lagi, tapi aku menepisnya dengan kasar. Mataku menatapnya tajam, penuh penghinaan.

"Bicara baik-baik?" Aku menyeringai, suara tawaku dingin. "Dengar, Bram. Aku sudah cukup bersabar selama ini. Aku selalu diam, menerima omongan mereka, menerima perlakuan mereka, seolah-olah aku ini wanita yang pantas diinjak-injak! Tapi cukup. Aku lelah seperti ini terus."

Mama Ella menepuk meja dengan keras. "Kurang ajar kamu, Jessy! Itu mulut harus dicuci pakai sabun!"

Aku menoleh dengan santai ke arahnya. "Mungkin Mama yang perlu mencuci hati Mama pakai air suci."

"APA?!" Mama Ella bangkit dari kursinya, Molly juga menatapku seolah aku sudah tidak waras.

Tapi aku tidak peduli.

Aku lalu menatap Bram, suamiku yang penuh kebusukan. Pria yang dulu aku cintai setengah mati, tapi ternyata hanya menikmatiku sebagai pajangan.

Aku menyipitkan mata. "Bram, aku mau tanya."

Bram tampak waspada. "Tanya apa?"

Aku menyeringai. "Kamu menikahiku buat apa?"

Dia tampak terkejut. "Kenapa tiba-tiba tanya begitu?"

Aku melipat tangan di depan dada. "Jawab saja."

Bram menghela napas, lalu berkata, "Ya tentu saja karena aku mencintaimu."

Aku tertawa sinis. "Mencintaiku? Aku heran kenapa kamu masih bisa ngomong kayak gitu dengan wajah polos."

Bram mengerutkan kening. "Apa maksudmu?"

Aku mendekat selangkah, membuatnya mundur sedikit. Mataku menatap lurus ke matanya. "Kalau benar kamu mencintaiku, kenapa selama ini aku selalu diperlakukan seperti ini? Kenapa aku harus menghadapi pertanyaan menyakitkan soal kehamilan sendirian? Kenapa kamu nggak pernah membelaku?!"

Bram terdiam, mulutnya terbuka ingin menjawab, tapi aku tidak memberinya kesempatan.

Aku mencibir. "Kamu nggak bisa jawab, kan?"

Molly menyela dengan nada marah. "Kak Jessy, kamu kenapa sih? Kak Bram itu suamimu, kenapa kamu malah menyerangnya?"

Aku menatapnya datar. "Molly, aku akan mengajarimu satu hal. Seorang suami seharusnya adalah pelindung istri, bukan orang yang diam saja ketika istrinya dihina."

Wajah Molly memerah karena malu. "Tapi Kak—"

Aku mengangkat tangan, menghentikannya. "Aku nggak tertarik mendengar pembelaanmu."

Aku menoleh lagi ke Bram. "Kamu tahu, Bram? Dulu aku percaya padamu. Aku pikir, walaupun aku menikah dengan keluargamu yang seperti ini, setidaknya aku punya kamu. Aku pikir kamu akan selalu ada untukku. Aku pikir kamu akan melindungiku."

Aku mendekat lagi, suaraku rendah tapi tajam. "Tapi nyatanya, kamu nggak lebih baik dari mereka."

Aku bisa melihat rahangnya mengeras. "Jessy, cukup. Aku tidak tahu kenapa kamu tiba-tiba bertingkah seperti ini, tapi aku tidak suka."

Dan saat itu, kesabaranku benar-benar habis.

PLAKK!!

Tanganku melayang, menampar pipi Bram dengan keras.

Ruangan mendadak sunyi.

Mama Ella dan Molly terkejut, mata mereka membelalak. Bahkan Bram sendiri tampak tak percaya.

"JESSY!" Mama Ella menjerit marah. "Kamu sudah gila?!"

Aku menarik napas panjang, lalu menatap Bram tanpa sedikit pun rasa penyesalan.

"Aku tidak gila, Mama. Justru aku baru sadar selama ini aku sudah terlalu bodoh."

Bram menyentuh pipinya yang merah, matanya penuh kemarahan. "Kenapa kamu menamparku?!"

Aku tersenyum tipis. "Itu sebagai hadiah karena selama ini aku selalu diam, selalu menahan diri, selalu bersabar. Sekarang tidak lagi."

Bram merengut, nadanya penuh peringatan. "Jessy, aku suamimu."

Aku mendekat, hampir berbisik di telinganya. "Dan aku adalah istrimu jika kau ingat."

Aku bisa melihat rahangnya mengatup kuat, matanya menatapku dengan tajam. Tapi aku tidak gentar.

Aku melangkah mundur, menghela napas seolah merasa lebih lega. "Aku capek!!!"

Aku menatap mereka semua, lalu berbalik, berjalan keluar dari ruang makan tanpa sedikit pun menoleh ke belakang.

Terpopuler

Comments

Kamiem sag

Kamiem sag

jadi ini tokoh kembali sebelum Fina dibawa kerumah itu? berarti perjinahan Bram Fina belum dimulai?

2025-03-13

0

Akbar Razaq

Akbar Razaq

Hah.....nunggu mati dulu baru sadar untung othornya baek kau di kasih kesempatan lagi.

2025-03-13

0

Berlian Nusantara dan Dinda Saraswati

Berlian Nusantara dan Dinda Saraswati

baru kali ini kurang seru hidup kembalinya... jadi gagal bongkar kejahatannya

2025-03-26

0

lihat semua
Episodes
1 Pengabdian Yang Tak di Hargai
2 Kebebasan dengan Syarat
3 Selama Suami Di Sisi nya
4 Kedatangan Fina
5 Mulai Hancur Perlahan
6 Ketidakpedulian Bram, Kepanikan Chika
7 Jessy Keracunan
8 Jessy Cuma Numpang
9 Chika Emosi Jessy Bimbang
10 Pertengkaran Jessy dan Bram
11 Omelan Di Pagi Hari
12 Bram Mandul
13 Pengkhianatan Bram
14 Aku Tidak Akan Menunggu
15 Jessy Menantu Di Kediaman Ini
16 Keputusan Akhir Jessy
17 Jessy Kecelakaan
18 Kesempatan Kedua
19 Jessy Tak Peduli
20 Ya Aku Serius
21 Jason Si Pria Dingin
22 Kepercayaan Diri Bram
23 18 keatas....
24 Langkah Awal Pembalasan
25 Aku Menantu
26 Minta Maaf
27 Sindiran Di Pagi Hari
28 Sudah Siap?
29 Menunggu Drama Datang
30 Membalas Teman Molly
31 Akhirnya Datang
32 Nikmati Duniamu Sebelum Runtuh
33 Cerita nya Sedikit Berubah
34 Bersiaplah
35 Benar-Benar Terjadi
36 Kepuasan Jessy
37 Petugas Medis Datang
38 Pergi Dari Rumah
39 Rindu Jessy Yang Ceria
40 Kebingungan Bram
41 Sarapan Bersama
42 Si Jack
43 Setebal Muka Jack
44 Semua Salah Jessy
45 Kemarahan Fina
46 Kompor
47 Hanya Padamu
48 Mengantar Jessy
49 Beneran Gila
50 Sejak Kapan
51 Tulang Punggung Bisnis
52 Termakan Omongan
53 Hamil
54 Kemana Sih
55 Gak Rela
56 Bos Gila
57 Asal Ngomong
58 Hari Yang Ditunggu
59 Hari Ketika...
60 Kecemasan Bram
61 Siapa
62 Bertemu
63 Amarah
64 Tamparan
65 Bercerai
66 Palsu
67 Diusir
68 Gempar
69 Tidak Layak
70 Terungkap
71 Penuh Luka
72 Penyitaan
73 Ambruk
74 Pesta Kecil
75 Perhatian Kecil
76 Pria Tua
77 Liburan
78 Makna Tersembunyi
79 Buka Hatimu
80 Sarapan
81 Terpisah
82 Manis
83 Suka
84 Mulai Goyah
85 Terbangun
86 Saling Menyalahkan
87 Ingin Lagi
88 Sedikit Lagi
89 Lamaran
90 Gembel
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Pengabdian Yang Tak di Hargai
2
Kebebasan dengan Syarat
3
Selama Suami Di Sisi nya
4
Kedatangan Fina
5
Mulai Hancur Perlahan
6
Ketidakpedulian Bram, Kepanikan Chika
7
Jessy Keracunan
8
Jessy Cuma Numpang
9
Chika Emosi Jessy Bimbang
10
Pertengkaran Jessy dan Bram
11
Omelan Di Pagi Hari
12
Bram Mandul
13
Pengkhianatan Bram
14
Aku Tidak Akan Menunggu
15
Jessy Menantu Di Kediaman Ini
16
Keputusan Akhir Jessy
17
Jessy Kecelakaan
18
Kesempatan Kedua
19
Jessy Tak Peduli
20
Ya Aku Serius
21
Jason Si Pria Dingin
22
Kepercayaan Diri Bram
23
18 keatas....
24
Langkah Awal Pembalasan
25
Aku Menantu
26
Minta Maaf
27
Sindiran Di Pagi Hari
28
Sudah Siap?
29
Menunggu Drama Datang
30
Membalas Teman Molly
31
Akhirnya Datang
32
Nikmati Duniamu Sebelum Runtuh
33
Cerita nya Sedikit Berubah
34
Bersiaplah
35
Benar-Benar Terjadi
36
Kepuasan Jessy
37
Petugas Medis Datang
38
Pergi Dari Rumah
39
Rindu Jessy Yang Ceria
40
Kebingungan Bram
41
Sarapan Bersama
42
Si Jack
43
Setebal Muka Jack
44
Semua Salah Jessy
45
Kemarahan Fina
46
Kompor
47
Hanya Padamu
48
Mengantar Jessy
49
Beneran Gila
50
Sejak Kapan
51
Tulang Punggung Bisnis
52
Termakan Omongan
53
Hamil
54
Kemana Sih
55
Gak Rela
56
Bos Gila
57
Asal Ngomong
58
Hari Yang Ditunggu
59
Hari Ketika...
60
Kecemasan Bram
61
Siapa
62
Bertemu
63
Amarah
64
Tamparan
65
Bercerai
66
Palsu
67
Diusir
68
Gempar
69
Tidak Layak
70
Terungkap
71
Penuh Luka
72
Penyitaan
73
Ambruk
74
Pesta Kecil
75
Perhatian Kecil
76
Pria Tua
77
Liburan
78
Makna Tersembunyi
79
Buka Hatimu
80
Sarapan
81
Terpisah
82
Manis
83
Suka
84
Mulai Goyah
85
Terbangun
86
Saling Menyalahkan
87
Ingin Lagi
88
Sedikit Lagi
89
Lamaran
90
Gembel

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!