Jessy Menantu Di Kediaman Ini

Jessy duduk di sofa dengan santai, menikmati teh hangat yang baru saja dibuat oleh ART yang baru ia pekerjakan. Sementara itu, Mama Ella, Molly, dan Fina sedang duduk di seberang meja, jelas tidak senang dengan keberadaan ART di rumah.

Bram baru saja keluar dari kamar, raut wajahnya sedikit bingung melihat ekspresi ketiga wanita itu.

Mama Ella mengerutkan dahi, menatap ART yang sedang membersihkan meja, "Jessy, untuk apa menyewa pembantu? Rumah ini sudah ada yang mengurus. Tidak perlu membuang uang untuk hal yang tidak penting!"

Molly memainkan kukunya dengan bosan, menambahkan dengan suara malas, "Iya, selama ini juga semuanya baik-baik saja tanpa pembantu. Kan ada kakak yang selalu membuat rumah bersih."

Fina mengelus perutnya yang belum terlihat besar, memasang wajah sedih dan lemah lembut, "Aku juga tidak masalah kok, kalau harus bantu-bantu. Tapi… kalau Kak Jessy merasa tidak sanggup, ya sudahlah… Biarkan saja Tante." ucapnya menghela napas kecil, menunduk seolah merasa bersalah.

Jessy menyesap tehnya perlahan, tidak langsung merespons. Matanya melirik sekilas ke arah Bram, yang tampak sedang mempertimbangkan sesuatu.

Jessy menaikkan sebelah alis, menatap mereka dengan ekspresi tenang, "Jadi, menurut kalian, aku yang harus tetap mengurus rumah ini? Padahal di rumah ini ada empat orang perempuan, tapi kenapa selalu aku yang diharapkan melakukan semuanya? Lagipula aku masih masa penyembuhan, kalau tidak, kalian bertiga saja yang membersihkan rumah, memasak dan mencuci."

Mama Ella mencibir, bersedekap, "Gak bisa gitu dong, Lagipula selama ini ada yang mengeluh? Seharusnya kamu sebagai istri, sudah menjadi tanggung jawabmu mengurus rumah tangga!"

Jessy tersenyum dingin, meletakkan cangkirnya ke meja dengan suara klik yang terdengar jelas, "Oh, jadi menurut Mama, tugas seorang istri hanya bekerja di dapur, mengurus rumah, dan melayani semua orang?"

Molly berdecak, melirik ke arah Fina dengan ekspresi menyebalkan, "Ya iyalah! Kakak Jessy kan cuma di rumah, masa mau leha-leha doang? Kalau Kakak capek, ya istirahat sebentar, bukan malah nyewa pembantu segala."

Fina memainkan ujung selendangnya, suara dibuat selembut mungkin, "Tapi ya… Aku juga paham sih. mbak Jessy pasti lelah, makanya dia butuh bantuan. Tidak semua orang bisa kuat bekerja seperti itu…" tersenyum kecil, berpura-pura memahami.

Jessy hampir tertawa mendengar ucapan Fina. Wanita itu benar-benar ahli dalam memainkan peran wanita lemah. Benar kata Chika, Fina ini pura-pura lemah, kalau kata orang gaul, dia itu pick me.

Bram, yang sejak tadi diam, akhirnya menghela napas dan berbicara.

Bram memandang Jessy dengan tatapan lelah, "Jess, apa ini perlu? Maksudku… Aku tahu kamu ingin lebih santai, tapi sepertinya ini berlebihan. Lagipula, kita sudah biasa tanpa pembantu."

Jessy menatap suaminya dengan ekspresi datar, sebelum mendekatkan tubuhnya ke arah meja dan bertumpu pada kedua tangannya.

Jessy suara rendah dan tenang, tapi menusuk, "Bram, kamu punya uang. Kenapa tidak bisa menyewa satu orang pembantu untuk meringankan beban di rumah ini? Atau kamu pikir lebih baik aku yang terus mengurus semuanya, sementara orang lain..." menatap sekilas ke arah Fina "bisa duduk manis dan pura-pura lemah?"

Mama Ella mendengus, wajahnya penuh ketidaksetujuan, "Jessy, kamu ini menantu di rumah ini. Tidak ada salahnya mengurus rumah."

Jessy tersenyum tipis, lalu bersedekap, "Oh, begitu? Kalau begitu, karena aku baru keluar dari rumah sakit sehingga masih lemah dan butuh istirahat, bagaimana kalau Mama, Molly, dan Fina yang sekarang mengurus rumah?"

Molly membelalak, meletakkan ponselnya dengan kaget, "Apa? Aku sibuk, Kak! Aku punya tugas dan kegiatan lain!"

Fina terlihat gugup, cepat-cepat menunduk dan berpura-pura memainkan ujung bajunya, "Aku juga… kurang enak badan. Belakangan ini sering pusing, jadi tidak bisa terlalu banyak bergerak."

Mama Ella berdecak, melipat tangan di dada, "Itu tidak mungkin, Jessy! Pekerjaan rumah memang tugas istri, bukan untuk anak gadis atau tamu!"

Jessy menatap mereka satu per satu, lalu tersenyum dingin.

Jessy suara santai, tapi penuh sindiran, "Bukankah sebelum aku masuk ke rumah ini, Mama juga seorang istri yang mengurus rumah? Membersihkan rumah, memasak… Semua Mama lakukan sendiri, bukan?"

Mama Ella terdiam.

Molly menunduk, mengingat bahwa sebelum Jessy menikah dengan Bram, ibunya memang melakukan semua pekerjaan rumah sendiri.

Sementara itu, Fina menggigit bibirnya, tangannya tanpa sadar memegang perutnya sejenak sebelum cepat-cepat menjatuhkan tangannya ke sisi tubuhnya lagi, berharap tidak ada yang memperhatikan.

Jessy, tentu saja, tidak melewatkan detail itu.

Jessy melanjutkan dengan nada datar, "Saat aku masih pacaran dengan Bram, aku yang melakukan pekerjaan rumah setiap datang seminggu dua kali. Tapi setelah Bram mencapai posisi tinggi di kantor dan kami menikah, tiba-tiba semua pekerjaan rumah seolah jadi tanggung jawabku sepenuhnya."

Tak ada yang membantah.

Bram sendiri menatap Jessy dengan ekspresi sulit ditebak, sementara Mama Ella tampak mencari alasan untuk membela diri.

Mama Ella berusaha mempertahankan pendapatnya, "Itu karena… Kamu menantu di rumah ini, sudah sewajarnya..."

Jessy memotong dengan nada tajam, menatap langsung ke arah Fina, "Jadi menurut Mama, menantu adalah pembantu gratis?"

Fina tampak semakin gelisah, tangannya kembali memegang perutnya sebelum dengan cepat menurunkannya lagi. Jessy memperhatikan dengan saksama.

Jessy melipat tangan di dada, menatap tajam ke arah Fina, "Kamu bilang tadi kurang enak badan? Atau mungkin… ada alasan lain kenapa kamu tidak bisa ikut bekerja di rumah ini?"

Fina tersentak, wajahnya menegang. "A-aku hanya… memang belakangan ini sering pusing…" jawabnya terbata-bata.

Jessy menyeringai, lalu mengalihkan tatapannya ke Bram, yang sejak tadi hanya diam.

Jessy dengan nada penuh makna, "Mulai sekarang, pembantu yang akan mengurus rumah ini. Kalau kalian tidak setuju, silakan urus semuanya sendiri."

Ruangan itu seketika sunyi.

Bram akhirnya menghela napas panjang dan berusaha menghindari pertengkaran, "Baiklah, kalau itu maumu, aku setuju."

Mama Ella dan Molly tampak ingin membantah, tetapi mereka juga menyadari bahwa mereka sendiri tidak mau repot mengurus rumah.

Jessy menatap mereka dengan penuh kemenangan, lalu tersenyum tipis, "Bagus, setidaknya aku tidak perlu membuang energi untuk berdebat."

Sebelum Jessy sempat berbalik ke kamarnya, Bram tiba-tiba berbicara lagi.

Bram dengan nada santai, "Besok malam ada acara kantor. Setiap karyawan diwajibkan membawa istri. Aku ingin kamu ikut, Jess."

Jessy mengangkat alisnya sedikit, lalu mengangguk tanpa ragu. "Tentu. Aku akan ikut."

"Sepertinya ini adalah momen paling cocok untuk membongkar kebohongan Bram dan keluarganya, agar di cap buruk." ucap Jessy dalam hati.

Mama Ella bersorak kecil, lalu menoleh ke arah Fina, "Kalau begitu, ajak Fina juga! Biar lebih ramai!"

Bram seketika membeku. Ia menoleh ke arah Jessy dengan sedikit was-was.

"Ada apa dengan mama? Kenapa ia harus bawa Fina? Kalau banyak yang tanya teman kantorku bagaimana?" ucapnya dalam hati.

Jessy melihat reaksi Bram dan menyadarinya. Senyumnya semakin melebar, tetapi ada sesuatu di balik tatapannya yang dingin.

Jessy dengan suara pelan tetapi menusuk, "Kenapa Fina harus ikut? Apa dia mau mengumumkan sesuatu di acara itu? Atau ingin menunjukan jika istri Bram adalah dia? Ingat, seluruh kantor mas Bram tau, jika istrinya adalah aku."

"Kan bisa bilang, jika Fina adalah sepupu Bram," ucap Mama Ella tak mau kalah.

"Apa mama tidak mendengar Bram? Yang disuruh bawa adalah istrinya, bukan sepupunya." ucap Jessy sambil tersenyum.

Mama Ella dan Molly langsung terdiam.

Fina juga tampak menegang, tetapi berusaha tetap terlihat biasa saja.

Bram merasakan keringat dingin mulai mengalir di pelipisnya. Ia mencoba untuk tetap tenang, tetapi Jessy sudah melihat kepanikan di matanya.

Jessy menahan tawa. "Ya sudah, aku mau istirahat dulu. Mas.. Kamu juga harus berangkat kerja bukan? nanti telat loh!"

Bram tersenyum, "Baiklah, mas akan berangkat, kamu masuk dulu kah ke kamarmu istirahat ya. Jangan lelah, baru pulang dari rumah sakit."

Jessy mengangguk dan berlalu meninggalkan mereka ber empat yang memandangnya hingga pintu kamar tertutup.

Terpopuler

Comments

vj'z tri

vj'z tri

hihohhoo gak sabar tunggu kejutan 🥳🥳🥳🥳

2025-03-07

0

Muslika Lika

Muslika Lika

bram....ke laut aja sono...hus .hus...

2025-03-07

0

Tiara Bella

Tiara Bella

cepet bongkar rahasianya si Bram

2025-03-07

0

lihat semua
Episodes
1 Pengabdian Yang Tak di Hargai
2 Kebebasan dengan Syarat
3 Selama Suami Di Sisi nya
4 Kedatangan Fina
5 Mulai Hancur Perlahan
6 Ketidakpedulian Bram, Kepanikan Chika
7 Jessy Keracunan
8 Jessy Cuma Numpang
9 Chika Emosi Jessy Bimbang
10 Pertengkaran Jessy dan Bram
11 Omelan Di Pagi Hari
12 Bram Mandul
13 Pengkhianatan Bram
14 Aku Tidak Akan Menunggu
15 Jessy Menantu Di Kediaman Ini
16 Keputusan Akhir Jessy
17 Jessy Kecelakaan
18 Kesempatan Kedua
19 Jessy Tak Peduli
20 Ya Aku Serius
21 Jason Si Pria Dingin
22 Kepercayaan Diri Bram
23 18 keatas....
24 Langkah Awal Pembalasan
25 Aku Menantu
26 Minta Maaf
27 Sindiran Di Pagi Hari
28 Sudah Siap?
29 Menunggu Drama Datang
30 Membalas Teman Molly
31 Akhirnya Datang
32 Nikmati Duniamu Sebelum Runtuh
33 Cerita nya Sedikit Berubah
34 Bersiaplah
35 Benar-Benar Terjadi
36 Kepuasan Jessy
37 Petugas Medis Datang
38 Pergi Dari Rumah
39 Rindu Jessy Yang Ceria
40 Kebingungan Bram
41 Sarapan Bersama
42 Si Jack
43 Setebal Muka Jack
44 Semua Salah Jessy
45 Kemarahan Fina
46 Kompor
47 Hanya Padamu
48 Mengantar Jessy
49 Beneran Gila
50 Sejak Kapan
51 Tulang Punggung Bisnis
52 Termakan Omongan
53 Hamil
54 Kemana Sih
55 Gak Rela
56 Bos Gila
57 Asal Ngomong
58 Hari Yang Ditunggu
59 Hari Ketika...
60 Kecemasan Bram
61 Siapa
62 Bertemu
63 Amarah
64 Tamparan
65 Bercerai
66 Palsu
67 Diusir
68 Gempar
69 Tidak Layak
70 Terungkap
71 Penuh Luka
72 Penyitaan
73 Ambruk
74 Pesta Kecil
75 Perhatian Kecil
76 Pria Tua
77 Liburan
78 Makna Tersembunyi
79 Buka Hatimu
80 Sarapan
81 Terpisah
82 Manis
83 Suka
84 Mulai Goyah
85 Terbangun
86 Saling Menyalahkan
87 Ingin Lagi
88 Sedikit Lagi
89 Lamaran
90 Gembel
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Pengabdian Yang Tak di Hargai
2
Kebebasan dengan Syarat
3
Selama Suami Di Sisi nya
4
Kedatangan Fina
5
Mulai Hancur Perlahan
6
Ketidakpedulian Bram, Kepanikan Chika
7
Jessy Keracunan
8
Jessy Cuma Numpang
9
Chika Emosi Jessy Bimbang
10
Pertengkaran Jessy dan Bram
11
Omelan Di Pagi Hari
12
Bram Mandul
13
Pengkhianatan Bram
14
Aku Tidak Akan Menunggu
15
Jessy Menantu Di Kediaman Ini
16
Keputusan Akhir Jessy
17
Jessy Kecelakaan
18
Kesempatan Kedua
19
Jessy Tak Peduli
20
Ya Aku Serius
21
Jason Si Pria Dingin
22
Kepercayaan Diri Bram
23
18 keatas....
24
Langkah Awal Pembalasan
25
Aku Menantu
26
Minta Maaf
27
Sindiran Di Pagi Hari
28
Sudah Siap?
29
Menunggu Drama Datang
30
Membalas Teman Molly
31
Akhirnya Datang
32
Nikmati Duniamu Sebelum Runtuh
33
Cerita nya Sedikit Berubah
34
Bersiaplah
35
Benar-Benar Terjadi
36
Kepuasan Jessy
37
Petugas Medis Datang
38
Pergi Dari Rumah
39
Rindu Jessy Yang Ceria
40
Kebingungan Bram
41
Sarapan Bersama
42
Si Jack
43
Setebal Muka Jack
44
Semua Salah Jessy
45
Kemarahan Fina
46
Kompor
47
Hanya Padamu
48
Mengantar Jessy
49
Beneran Gila
50
Sejak Kapan
51
Tulang Punggung Bisnis
52
Termakan Omongan
53
Hamil
54
Kemana Sih
55
Gak Rela
56
Bos Gila
57
Asal Ngomong
58
Hari Yang Ditunggu
59
Hari Ketika...
60
Kecemasan Bram
61
Siapa
62
Bertemu
63
Amarah
64
Tamparan
65
Bercerai
66
Palsu
67
Diusir
68
Gempar
69
Tidak Layak
70
Terungkap
71
Penuh Luka
72
Penyitaan
73
Ambruk
74
Pesta Kecil
75
Perhatian Kecil
76
Pria Tua
77
Liburan
78
Makna Tersembunyi
79
Buka Hatimu
80
Sarapan
81
Terpisah
82
Manis
83
Suka
84
Mulai Goyah
85
Terbangun
86
Saling Menyalahkan
87
Ingin Lagi
88
Sedikit Lagi
89
Lamaran
90
Gembel

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!