Omelan Di Pagi Hari

Pagi baru saja dimulai, tapi suasana rumah sudah dipenuhi suara omelan. Mama Ella dan Molly sibuk mengeluh di ruang makan.

"Rumah ini jadi nggak keurus sudah dua hari! Biasanya makanan sudah siap pagi-pagi, sekarang malah nggak ada apa-apa!" Mama Ella berseru sambil melipat tangan di dada.

"Iya, Ma! Jadi kita harus makan apa? Masa kita harus masak sendiri? Aku kan gak bisa masak? Pagi ini juga mau berangkat sekolah." Molly menimpali dengan nada manja, seolah memasak adalah hal yang mustahil baginya.

Bram yang baru saja turun dari kamar menatap ibunya dan adiknya dengan wajah datar. Ia masih kesal dengan mereka, terlebih setelah apa yang terjadi dengan Jessy beberapa hari terakhir.

"Kenapa ribut pagi-pagi?" tanya Bram dingin.

"Ya jelas ribut! Istrimu tuh, ke mana? Biasanya dia yang urus semuanya!" Mama Ella menunjuk ke arah kamar Jessy dengan ekspresi tidak suka.

Bram menghela napas panjang. "Jessy masih istirahat, Ma. Dia baru keluar dari rumah sakit. Biarkan dia tidur lebih lama."

Mama Ella mendengus. "Halah, sakit perut aja lebay banget! Sekarang udah di rumah malah malas-malasan!"

Molly ikut menyahut. "Iya, Ma! Makanya, kan. Kita ini butuh sarapan! Kalau dia nggak mau urus rumah, buat apa jadi istri kakak?"

Bram berusaha menahan emosi. "Kalau kalian lapar, kenapa nggak masak sendiri? Atau pesan makanan? Bukankah selama Jessy dirumah sakit, kita masih bisa makan."

Mama Ella melotot. "Bram! Kamu membela perempuan itu lagi? Kamu lebih memilih dia daripada keluargamu sendiri?"

Di dalam kamar, Jessy yang sudah terbangun sejak tadi hanya bisa menutup telinganya dengan bantal. Ia muak mendengar Mama Ella dan Molly terus mengeluh seakan-akan dirinya adalah seorang pelayan.

Hatinya semakin mantap. Jika begini terus, tidak ada alasan baginya untuk bertahan lebih lama dalam pernikahan ini.

Setelah mendengar ibunya dan Molly terus mengomel, Bram menghela napas panjang. Ia merasa tidak nyaman dengan situasi ini, apalagi setelah apa yang terjadi antara dirinya dan Jessy tadi malam. Dengan berat hati, ia akhirnya berkata,

"Ma, Molly, aku akan bicara dengan Jessy dulu. Jangan ribut terus, ya."

Mama Ella mendengus, tetapi mengibaskan tangan. "Terserah kamu. Kalau dia masih malas-malasan, jangan salahkan kami kalau makin kesal!"

Tanpa membalas, Bram segera menuju kamar. Ia membuka pintu dan melihat Jessy masih berbaring di tempat tidur dengan mata tertutup, tapi ia tahu istrinya tidak benar-benar tidur.

"Sayang…," Bram memanggil pelan, mendekati ranjang.

Jessy tetap diam, tidak berniat menanggapi.

Bram duduk di tepi ranjang dan menyentuh lengan Jessy dengan lembut. "Aku minta maaf, ya. Aku tahu aku kurang perhatian ke kamu akhir-akhir ini. Aku juga nggak sempat jenguk kamu di rumah sakit. Aku nyesel."

Jessy membuka matanya perlahan, menatap suaminya dengan ekspresi kosong.

"Oh, udah sadar kalau aku sakit?" tanyanya dingin.

Bram mengangguk. "Iya, aku sadar. Makanya aku minta maaf. Aku bakal perbaiki semuanya."

Jessy menghela napas panjang. Ada bagian kecil dalam hatinya yang ingin percaya, tapi semua kejadian belakangan ini terlalu menyakitkan.

Namun, sebelum ia sempat berbicara, Bram malah berkata,

"Tapi, kenapa sih kamu nggak masak seperti biasa?"

Jessy sontak menoleh, menatap Bram dengan tatapan tajam seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

"Apa?" suaranya hampir berbisik, tapi penuh kemarahan yang tertahan.

Bram tidak menyadari kesalahannya dan melanjutkan, "Ya, kan Mama dan Molly jadi ribut pagi-pagi. Biasanya kamu selalu siapin sarapan. Aku pikir kamu udah baikan."

Jessy tertawa miris. "Kamu minta maaf, lalu langsung menuntut aku untuk tetap menjalankan tugasku sebagai istri yang harus masak, nyiapin semuanya, dan mengurus rumah ini sendirian?"

Bram mengerutkan kening. "Bukan gitu, Sayang. Aku cuma tanya, kenapa nggak seperti biasa?"

Jessy menegakkan tubuhnya, menatap Bram dengan dingin.

"Bram, aku baru keluar dari rumah sakit. Aku masih capek, aku masih butuh istirahat. Tapi, yang kamu pikirin pertama kali adalah makanan buat keluargamu? Bukan kesehatan aku?"

Bram tersentak. Ia baru sadar bagaimana kata-katanya terdengar. "Aku nggak maksud kayak gitu…"

"Tapi kamu mengatakannya," potong Jessy cepat. "Dan itu cukup menunjukkan prioritasmu, Bram. Aku ini istri kamu, atau cuma pembantu buat keluargamu?"

Bram terdiam. Ia ingin membela diri, tapi tidak ada kata-kata yang bisa membantunya keluar dari situasi ini.

"Kamu punya uang, Bram. Sewa saja pembantu. Aku sudah nggak mau ngapa-ngapain di rumah ini," kata Jessy dingin.

Bram menatap istrinya dengan terkejut. "Jessy, kamu ngomong apa sih? Kamu serius?"

Jessy menegakkan tubuhnya, menatap Bram dengan tatapan lelah. "Iya, aku serius. Aku capek, Bram. Dari awal aku menikah sama kamu, aku harus berusaha menyenangkan keluargamu. Aku harus masak, ngurus rumah, ngurus segala hal. Tapi, pas aku sakit? Kalian malah mempermasalahkan aku nggak masak?"

Bram mengusap wajahnya dengan frustrasi. "Aku nggak bermaksud nyalahin kamu. Aku cuma kaget aja, biasanya kamu selalu urus semuanya."

Jessy tertawa kecil, tapi tidak ada kebahagiaan dalam tawanya. "Nah, itu masalahnya, Bram. Kamu terbiasa aku selalu ada. Kamu dan keluargamu pikir aku akan terus bertahan tanpa dihargai."

Bram terdiam. Ia tidak bisa membantah karena, dalam hati, ia tahu Jessy benar.

"Aku nggak mau jadi pembantu di rumah ini, Bram. Aku istri kamu, bukan orang yang harus nurutin semua perintah keluargamu," lanjut Jessy.

Bram terdiam.

"Aku nggak mau jadi pembantu di rumah ini, Bram. Aku istri kamu, bukan orang yang harus nurutin semua perintah keluargamu," lanjut Jessy.

Bram menatap istrinya, lalu menghela napas panjang. "Jessy, aku ngerti kamu capek. Aku ngerti aku salah. Tapi tolong, jangan ngomong gini. Aku nggak mau kehilangan kamu."

Jessy menatapnya lama, lalu menggeleng pelan. "Bram, kamu nggak pernah benar-benar takut kehilangan aku. Kalau kamu takut, kamu nggak akan memperlakukan aku seperti ini sejak awal."

Bram tidak bisa menjawab.

Sementara itu, di lantai bawah, Fina datang dengan senyum manisnya yang pura-pura. Seolah-olah tidak ada masalah, ia langsung masuk ke ruang makan, di mana Mama Ella dan Molly masih mengomel soal sarapan yang belum siap.

"Aduh, Tante, Kak Molly, kenapa sih pagi-pagi udah ribut?" kata Fina dengan nada lembut, pura-pura prihatin.

Mama Ella mendesah kesal. "Ya gimana nggak ribut, Fina? Biasanya Jessy yang masak, tapi sekarang dia malah malas-malasan di kamar!"

Fina menutup mulutnya dengan tangan, seakan terkejut. "Ih, masa sih? mbak Jessy nggak masak? Padahal kasihan mas Bram, berangkat kerja, pasti butuh sarapan."

Molly mendengus. "Makanya! Nggak ngerti lagi deh sama kak Jessy. Maunya enaknya sendiri."

Fina menghela napas seolah-olah ikut prihatin. "Ya udah, kalau gitu aku aja deh yang pesenin makanan online lagi. Dari kemarin juga kan aku yang sering beliin makanan buat Tante dan Molly waktu mbak Jessy di rumah sakit."

Mama Ella langsung tersenyum puas. "Nah, ini baru anak baik. Nggak kayak si Jessy itu, nggak tahu diri!"

Fina tersenyum dalam hati.

Terpopuler

Comments

Kamiem sag

Kamiem sag

istri sekaligus budak keluarganya istilah gombalnya ya.... "kaulah segalanya... bagiku... " gitu🤣🤣🤣🤣
kau istri kau babu kau budak kau samsak tempat pelampiasan kemarahan mantapkan statusmu Jes🤣🤣🤣🤣

2025-03-06

1

Cha Sumuk

Cha Sumuk

ini kisah mengkisahkan tentang dirimu pa thor tumben ceritanya jelek bngt menceritakan tentang seorang wanita yg bodoh dan buta hemmm ga ky cerita yg lain bagus

2025-03-05

1

Akbar Razaq

Akbar Razaq

Bertahan.lah jess bersaing tu sama.pelakor licik cari perhatian keluarga suamimu tercinta

2025-03-06

0

lihat semua
Episodes
1 Pengabdian Yang Tak di Hargai
2 Kebebasan dengan Syarat
3 Selama Suami Di Sisi nya
4 Kedatangan Fina
5 Mulai Hancur Perlahan
6 Ketidakpedulian Bram, Kepanikan Chika
7 Jessy Keracunan
8 Jessy Cuma Numpang
9 Chika Emosi Jessy Bimbang
10 Pertengkaran Jessy dan Bram
11 Omelan Di Pagi Hari
12 Bram Mandul
13 Pengkhianatan Bram
14 Aku Tidak Akan Menunggu
15 Jessy Menantu Di Kediaman Ini
16 Keputusan Akhir Jessy
17 Jessy Kecelakaan
18 Kesempatan Kedua
19 Jessy Tak Peduli
20 Ya Aku Serius
21 Jason Si Pria Dingin
22 Kepercayaan Diri Bram
23 18 keatas....
24 Langkah Awal Pembalasan
25 Aku Menantu
26 Minta Maaf
27 Sindiran Di Pagi Hari
28 Sudah Siap?
29 Menunggu Drama Datang
30 Membalas Teman Molly
31 Akhirnya Datang
32 Nikmati Duniamu Sebelum Runtuh
33 Cerita nya Sedikit Berubah
34 Bersiaplah
35 Benar-Benar Terjadi
36 Kepuasan Jessy
37 Petugas Medis Datang
38 Pergi Dari Rumah
39 Rindu Jessy Yang Ceria
40 Kebingungan Bram
41 Sarapan Bersama
42 Si Jack
43 Setebal Muka Jack
44 Semua Salah Jessy
45 Kemarahan Fina
46 Kompor
47 Hanya Padamu
48 Mengantar Jessy
49 Beneran Gila
50 Sejak Kapan
51 Tulang Punggung Bisnis
52 Termakan Omongan
53 Hamil
54 Kemana Sih
55 Gak Rela
56 Bos Gila
57 Asal Ngomong
58 Hari Yang Ditunggu
59 Hari Ketika...
60 Kecemasan Bram
61 Siapa
62 Bertemu
63 Amarah
64 Tamparan
65 Bercerai
66 Palsu
67 Diusir
68 Gempar
69 Tidak Layak
70 Terungkap
71 Penuh Luka
72 Penyitaan
73 Ambruk
74 Pesta Kecil
75 Perhatian Kecil
76 Pria Tua
77 Liburan
78 Makna Tersembunyi
79 Buka Hatimu
80 Sarapan
81 Terpisah
82 Manis
83 Suka
84 Mulai Goyah
85 Terbangun
86 Saling Menyalahkan
87 Ingin Lagi
88 Sedikit Lagi
89 Lamaran
90 Gembel
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Pengabdian Yang Tak di Hargai
2
Kebebasan dengan Syarat
3
Selama Suami Di Sisi nya
4
Kedatangan Fina
5
Mulai Hancur Perlahan
6
Ketidakpedulian Bram, Kepanikan Chika
7
Jessy Keracunan
8
Jessy Cuma Numpang
9
Chika Emosi Jessy Bimbang
10
Pertengkaran Jessy dan Bram
11
Omelan Di Pagi Hari
12
Bram Mandul
13
Pengkhianatan Bram
14
Aku Tidak Akan Menunggu
15
Jessy Menantu Di Kediaman Ini
16
Keputusan Akhir Jessy
17
Jessy Kecelakaan
18
Kesempatan Kedua
19
Jessy Tak Peduli
20
Ya Aku Serius
21
Jason Si Pria Dingin
22
Kepercayaan Diri Bram
23
18 keatas....
24
Langkah Awal Pembalasan
25
Aku Menantu
26
Minta Maaf
27
Sindiran Di Pagi Hari
28
Sudah Siap?
29
Menunggu Drama Datang
30
Membalas Teman Molly
31
Akhirnya Datang
32
Nikmati Duniamu Sebelum Runtuh
33
Cerita nya Sedikit Berubah
34
Bersiaplah
35
Benar-Benar Terjadi
36
Kepuasan Jessy
37
Petugas Medis Datang
38
Pergi Dari Rumah
39
Rindu Jessy Yang Ceria
40
Kebingungan Bram
41
Sarapan Bersama
42
Si Jack
43
Setebal Muka Jack
44
Semua Salah Jessy
45
Kemarahan Fina
46
Kompor
47
Hanya Padamu
48
Mengantar Jessy
49
Beneran Gila
50
Sejak Kapan
51
Tulang Punggung Bisnis
52
Termakan Omongan
53
Hamil
54
Kemana Sih
55
Gak Rela
56
Bos Gila
57
Asal Ngomong
58
Hari Yang Ditunggu
59
Hari Ketika...
60
Kecemasan Bram
61
Siapa
62
Bertemu
63
Amarah
64
Tamparan
65
Bercerai
66
Palsu
67
Diusir
68
Gempar
69
Tidak Layak
70
Terungkap
71
Penuh Luka
72
Penyitaan
73
Ambruk
74
Pesta Kecil
75
Perhatian Kecil
76
Pria Tua
77
Liburan
78
Makna Tersembunyi
79
Buka Hatimu
80
Sarapan
81
Terpisah
82
Manis
83
Suka
84
Mulai Goyah
85
Terbangun
86
Saling Menyalahkan
87
Ingin Lagi
88
Sedikit Lagi
89
Lamaran
90
Gembel

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!