Chika Emosi Jessy Bimbang

Belum sempat Jessy merespons, tiba-tiba suara lembut tapi menusuk terdengar dari arah pintu.

"Aduh Tante... Jangan gitu dong, kasihan mbak Jessy..."

Fina.

Ia melangkah perlahan, ekspresinya seolah prihatin, tapi nada suaranya tetap dibuat manja dan lembut. Ia berdiri di samping Mama Ella, lalu menghela napas dramatik.

"Mbak Jessy kan baru sembuh, Tante... Jangan marah-marah dulu. Aku yakin mbak Jessy nggak bermaksud bikin susah kok. Mungkin dia juga nggak sengaja sakit..."

Chika melotot. "Mungkin nggak sengaja sakit?! Lah, emang orang bisa atur kapan mau sakit dan kapan nggak?!"

Fina mengedip polos. "Maksudku, ya... mungkin mbak Jessy kurang jaga kesehatan. Tapi aku yakin mbak Jessy juga nggak mau sampai nyusahin Mas Bram dan Tante Ella..."

Jessy makin diam. Bukan karena tersentuh, tapi karena terlalu lelah, baru pulang dari rumah sakit, sudah dibuat pusing dengan pertengkaran.

Sementara itu, Mama Ella justru tersenyum puas.

"Tuh denger, Jessy! Fina aja lebih pengertian! Dia bisa lihat kalau kamu harusnya lebih sadar diri, jangan nyusahin Bram terus!"

Molly ikut terkekeh. "Iya, kalau jadi istri nggak bisa ngurus diri sendiri, gimana mau ngurus suami? Makanya Mas Bram lebih betah di rumah daripada nengokin kamu!"

Chika mengeratkan rahangnya.

"Wow... luar biasa, ya. Lo semua udah jatuhin Jessy, terus lo tampil sebagai pahlawan, ya, Fina?" matanya menyipit tajam.

Fina membuka mulut, lalu tersenyum malu-malu. "Aku nggak maksud begitu, Mbak Chika... Aku cuma kasihan aja... mbk Jessy kan udah cukup menderita..."

"Oh? Kasihan?" Chika mendekat satu langkah, membuat Fina langsung mundur setengah langkah.

"Iya..." Fina memainkan ujung rambutnya, berpura-pura cemas.

Chika tertawa sinis. "Lucu banget ya... Kasihan tapi malah ikut nyindir Jessy?"

Fina terkesiap, lalu menunduk sok sedih.

"mbak Chika... kok marah-marah ke aku? Aku cuma pengin bantu..."

Jessy meremas tangannya.

"Udah, udah... Nggak usah ribut!" Mama Ella berdecak kesal.

"Kalau kak Jessy tahu diri, nggak perlu ada drama kayak gini!" Molly menimpali.

Chika benar-benar muak. Ia menoleh ke arah Jessy.

"Lo nggak perlu tahan-tahan diri, Jess. Mereka nggak akan pernah berubah."

Jessy menghela napas panjang.

Ia tahu... Chika benar.

Tapi... apa yang bisa ia lakukan?

Jessy melangkah lemas ke kamarnya, mendesah panjang. Ia menutup pintu pelan, lalu menyandarkan tubuh di belakang pintu.

Kepalanya terasa berat. Lelah. Bukan hanya fisik, tapi juga mental.

Ucapan Mama Ella dan Molly terus terngiang.

"Beban Bram aja belagu."

"Kalau jadi istri nggak bisa ngurus diri sendiri, gimana mau ngurus suami?"

Jessy mengusap wajahnya. Air matanya hampir jatuh, tapi ia menahannya.

Tak lama, terdengar ketukan di pintu.

"Jessy, aku pulang dulu, ya." Suara Chika terdengar dari luar.

Jessy menghela napas, lalu membuka pintu.

"Terima kasih, Chika. Kamu sudah repot-repot mengurus aku."

Chika berdecak kesal. "Apa sih? Kamu itu sahabat aku. Aku nggak rela lihat kamu diperlakukan seperti ini di rumah sendiri."

Jessy tersenyum lemah.

"Aku baik-baik saja, Chika..."

Chika mendengus. "Kamu nggak perlu pura-pura kuat, Jessy. Tapi ya sudah, aku nggak mau maksa."

Ia menatap Jessy serius.

"Kalau ada apa-apa, telepon aku. Kamu mengerti?"

Jessy mengangguk. "Iya, Chika."

Chika menghela napas panjang. "Oke, aku pulang. Jaga dirimu baik-baik."

Setelah Chika pergi, Jessy kembali masuk ke kamar, duduk di tepi ranjang.

Matanya menatap kosong ke dinding.

Ponsel Jessy tiba-tiba berdering, mengusik keheningan di kamarnya. Ia melirik layar ponsel—nama Bram terpampang di sana.

Dengan sedikit ragu, ia menggeser toMbol hijau.

"Halo?" suara Jessy terdengar lemah.

"Kamu sudah di rumah?" suara Bram terdengar di seberang sana, terdengar santai, seolah tak ada hal besar yang terjadi.

"Iya, aku baru sampai," jawab Jessy pelan.

"Oh, bagus. Mama bilang kamu sudah pulang," ujar Bram tanpa basa-basi.

Jessy menelan ludah. Itu saja?

Tak ada pertanyaan soal kondisinya, tak ada rasa khawatir, apalagi ucapan "maaf" karena dua hari tak menjenguknya.

"Kamu nggak pulang?" Jessy akhirnya bertanya, mencoba menekan kekecewaannya.

"Nggak dulu. Aku masih di kantor, banyak kerjaan," jawab Bram ringan.

Jessy mengangguk kecil, meski tahu Bram tak bisa melihatnya.

Lalu, tanpa menunggu jawaban, Bram melanjutkan, "Kamu istirahat aja dulu."

Klik.

Telepon terputus.

Jessy menatap layar ponselnya kosong.

Tak ada "Hati-hati," tak ada "Aku rindu," bahkan tak ada sekadar "Semoga cepat pulih."

Dada Jessy terasa sesak. Tangannya mengepal di atas selimut.

"Aku ini siapa buat dia sekarang?"

Jessy menatap kosong ke langit-langit kamar.

Pikiran Chika kembali terngiang di kepalanya. "Lo tuh terlalu bucin, Jess. Kalau lo terus bertahan, lo bakal makin sakit sendiri!"

Jessy tersenyum miris.

Mungkin benar...

Ia mulai merasa gila. Setiap hari menunggu, berharap, tapi yang ia dapat hanya kekecewaan.

Bram bahkan tak peduli. Bahkan saat ia sakit, yang diprioritaskan tetap pekerjaan, ibu nya, adik nya dan sekarang wanita lain.

Sangat miris.

Jessy menghela napas panjang. Daripada bertahan di pernikahan ini dan makin tersakiti, lebih baik ia pergi.

Jessy harus mundur.

Mundur dari hubungan yang tak lagi berpihak padanya. Mundur sebelum hatinya benar-benar hancur.

Namun, tak berselang lama... Jessy tiba-tiba merasa mual.

Perutnya terasa tidak enak, ada sensasi berputar yang membuatnya ingin segera ke kamar mandi.

Dengan cepat, ia berlari ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya. Tubuhnya terasa lemas, keringat dingin mulai bermunculan di dahinya.

"Kenapa tiba-tiba begini?" pikirnya sambil menatap wajah pucatnya di cermin.

Jessy memegang perutnya. Perasaan aneh mulai menyelimutinya.

Sebuah pikiran terlintas di benaknya... Apakah mungkin...?

Tidak...

Ia menggelengkan kepalanya, berusaha menepis kemungkinan itu. Tapi tubuhnya berkata lain.

Apakah mungkin ia sedang hamil?

Jessy menggigit bibirnya, pikirannya dipenuhi kebingungan. Jika memang dia hamil, bukankah seharusnya dokter sudah memberitahunya saat di rumah sakit?

"Atau mungkin mereka tidak memeriksa sampai ke sana?" Jessy bergumam pelan, masih merasa ragu.

Tapi rasa mual ini... begitu nyata.

Jessy mengusap perutnya dengan lembut. Jika benar dia hamil, maka... bagaimana reaksi Bram?

Tapi, mengingat bagaimana suaminya lebih peduli pada keluarga nya dibanding dirinya... apakah itu masih penting?

Jika dia benar-benar hamil, maka dia tak bisa mundur dari pernikahan ini begitu saja.

Dia ingin pergi, ingin menyerah dari semua ini… tapi bagaimana dengan bayi di dalam perutnya? Dia tidak bisa egois.

"Apa yang harus aku lakukan?" Jessy berbisik pelan, merasa begitu bimbang.

Haruskah dia memastikan dulu kebenarannya sebelum mengambil keputusan? Ataukah dia harus segera pergi sebelum semuanya semakin rumit?

Terpopuler

Comments

Kamiem sag

Kamiem sag

udahlah Jes disitu aja jadi budaknya Bram sekeluaga kan lebih nikmat😀😃🤣🤣🤣

2025-03-06

0

Akbar Razaq

Akbar Razaq

Nahh klo hamil jangan cere jess kasihan anakmu nanti kurang kasih sayang seorang ayah.ciee emang seperhatian itu nantinya si Bram yakin??
Ah aku lupa klo Jessi batu tak berotak terserahlah

2025-03-06

0

Tiara Bella

Tiara Bella

mending pergi

2025-03-05

0

lihat semua
Episodes
1 Pengabdian Yang Tak di Hargai
2 Kebebasan dengan Syarat
3 Selama Suami Di Sisi nya
4 Kedatangan Fina
5 Mulai Hancur Perlahan
6 Ketidakpedulian Bram, Kepanikan Chika
7 Jessy Keracunan
8 Jessy Cuma Numpang
9 Chika Emosi Jessy Bimbang
10 Pertengkaran Jessy dan Bram
11 Omelan Di Pagi Hari
12 Bram Mandul
13 Pengkhianatan Bram
14 Aku Tidak Akan Menunggu
15 Jessy Menantu Di Kediaman Ini
16 Keputusan Akhir Jessy
17 Jessy Kecelakaan
18 Kesempatan Kedua
19 Jessy Tak Peduli
20 Ya Aku Serius
21 Jason Si Pria Dingin
22 Kepercayaan Diri Bram
23 18 keatas....
24 Langkah Awal Pembalasan
25 Aku Menantu
26 Minta Maaf
27 Sindiran Di Pagi Hari
28 Sudah Siap?
29 Menunggu Drama Datang
30 Membalas Teman Molly
31 Akhirnya Datang
32 Nikmati Duniamu Sebelum Runtuh
33 Cerita nya Sedikit Berubah
34 Bersiaplah
35 Benar-Benar Terjadi
36 Kepuasan Jessy
37 Petugas Medis Datang
38 Pergi Dari Rumah
39 Rindu Jessy Yang Ceria
40 Kebingungan Bram
41 Sarapan Bersama
42 Si Jack
43 Setebal Muka Jack
44 Semua Salah Jessy
45 Kemarahan Fina
46 Kompor
47 Hanya Padamu
48 Mengantar Jessy
49 Beneran Gila
50 Sejak Kapan
51 Tulang Punggung Bisnis
52 Termakan Omongan
53 Hamil
54 Kemana Sih
55 Gak Rela
56 Bos Gila
57 Asal Ngomong
58 Hari Yang Ditunggu
59 Hari Ketika...
60 Kecemasan Bram
61 Siapa
62 Bertemu
63 Amarah
64 Tamparan
65 Bercerai
66 Palsu
67 Diusir
68 Gempar
69 Tidak Layak
70 Terungkap
71 Penuh Luka
72 Penyitaan
73 Ambruk
74 Pesta Kecil
75 Perhatian Kecil
76 Pria Tua
77 Liburan
78 Makna Tersembunyi
79 Buka Hatimu
80 Sarapan
81 Terpisah
82 Manis
83 Suka
84 Mulai Goyah
85 Terbangun
86 Saling Menyalahkan
87 Ingin Lagi
88 Sedikit Lagi
89 Lamaran
90 Gembel
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Pengabdian Yang Tak di Hargai
2
Kebebasan dengan Syarat
3
Selama Suami Di Sisi nya
4
Kedatangan Fina
5
Mulai Hancur Perlahan
6
Ketidakpedulian Bram, Kepanikan Chika
7
Jessy Keracunan
8
Jessy Cuma Numpang
9
Chika Emosi Jessy Bimbang
10
Pertengkaran Jessy dan Bram
11
Omelan Di Pagi Hari
12
Bram Mandul
13
Pengkhianatan Bram
14
Aku Tidak Akan Menunggu
15
Jessy Menantu Di Kediaman Ini
16
Keputusan Akhir Jessy
17
Jessy Kecelakaan
18
Kesempatan Kedua
19
Jessy Tak Peduli
20
Ya Aku Serius
21
Jason Si Pria Dingin
22
Kepercayaan Diri Bram
23
18 keatas....
24
Langkah Awal Pembalasan
25
Aku Menantu
26
Minta Maaf
27
Sindiran Di Pagi Hari
28
Sudah Siap?
29
Menunggu Drama Datang
30
Membalas Teman Molly
31
Akhirnya Datang
32
Nikmati Duniamu Sebelum Runtuh
33
Cerita nya Sedikit Berubah
34
Bersiaplah
35
Benar-Benar Terjadi
36
Kepuasan Jessy
37
Petugas Medis Datang
38
Pergi Dari Rumah
39
Rindu Jessy Yang Ceria
40
Kebingungan Bram
41
Sarapan Bersama
42
Si Jack
43
Setebal Muka Jack
44
Semua Salah Jessy
45
Kemarahan Fina
46
Kompor
47
Hanya Padamu
48
Mengantar Jessy
49
Beneran Gila
50
Sejak Kapan
51
Tulang Punggung Bisnis
52
Termakan Omongan
53
Hamil
54
Kemana Sih
55
Gak Rela
56
Bos Gila
57
Asal Ngomong
58
Hari Yang Ditunggu
59
Hari Ketika...
60
Kecemasan Bram
61
Siapa
62
Bertemu
63
Amarah
64
Tamparan
65
Bercerai
66
Palsu
67
Diusir
68
Gempar
69
Tidak Layak
70
Terungkap
71
Penuh Luka
72
Penyitaan
73
Ambruk
74
Pesta Kecil
75
Perhatian Kecil
76
Pria Tua
77
Liburan
78
Makna Tersembunyi
79
Buka Hatimu
80
Sarapan
81
Terpisah
82
Manis
83
Suka
84
Mulai Goyah
85
Terbangun
86
Saling Menyalahkan
87
Ingin Lagi
88
Sedikit Lagi
89
Lamaran
90
Gembel

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!