Kedatangan Fina

Sore itu, Jessy bergegas keluar dari kamar saat mendengar suara mobil Bram berhenti di halaman. Perutnya masih terasa kosong, tapi rasa senang menyelimuti hatinya. Setidaknya, Bram tidak lupa dengan janjinya untuk membawakan makanan.

Saat ia tiba di ruang tamu, senyum di wajahnya sedikit memudar. Ada seorang wanita berdiri di samping suaminya. Cantik, anggun, dengan rambut panjang tergerai rapi dan pakaian yang terlihat mahal.

"Mas, sudah pulang?" Jessy mencoba tetap tersenyum, meski hatinya mulai dipenuhi pertanyaan.

Bram menoleh sekilas dan tersenyum tipis. "Iya, sayang. Ini kenalkan, sepupu jauh Ibu. Dia sementara tinggal di sini dulu, karena orang tuanya baru saja meninggal. Namanya Fina."

Jessy menelan ludahnya, berusaha mengusir perasaan tidak nyaman yang mulai mengusik hatinya. Ia menatap wanita itu dan mencoba bersikap ramah. "Halo, aku Jessy, istrinya Bram. Senang bertemu denganmu, Fina."

Fina tersenyum manis, matanya berbinar saat menatap Jessy. "Mas Bram sudah banyak bercerita tentang Mbak Jessy."

Jessy mengangguk kecil. Entah kenapa, ada sesuatu dalam nada suara Fina yang membuat dadanya terasa sedikit sesak. Namun, ia mengabaikannya dan tetap bersikap sopan.

Tiba-tiba, Fina mengulurkan sebuah bungkusan makanan ke arah Jessy. "Oh ya, ini makanan yang tadi kubeli. Katanya Mas Bram, Mbak Jessy minta dibelikan makanan."

Jessy menerima bungkusan itu dengan perasaan campur aduk. Ia menatap Bram, berharap mendapatkan sedikit perhatian dari suaminya, tapi pria itu sudah mengalihkan pandangannya ke arah ibunya.

"Terima kasih, Fina." Jessy mencoba tersenyum, meskipun hatinya terasa nyeri.

Sementara itu, ibu mertuanya tersenyum hangat ke arah Fina, sesuatu yang sangat jarang ia lihat selama dirinya tinggal di rumah ini. "Ayo, duduk sini, Nak Fina."

Fina menurut, lalu membuka kotak yang ia bawa. Di dalamnya terdapat donat-donat beraneka rasa yang langsung membuat mata Ella berbinar.

"Ah, donat ini kesukaanku! Terima kasih, Nak Fina. Kamu tahu saja apa yang kusuka," ujar Ella dengan penuh suka cita.

Jessy hanya diam. Seumur hidupnya di rumah ini, ia belum pernah melihat ibu mertuanya tersenyum selebar itu untuknya.

Tak hanya itu, Fina juga mengeluarkan sebuah dress cantik dan memberikannya pada Molly, adik ipar Jessy.

"Molly, ini untukmu. Aku lihat kamu suka pakaian seperti ini, jadi aku belikan untukmu."

Molly menerima dress itu dengan wajah berbinar, lalu memeluk Fina singkat. "Wah, kak Fina baik banget! Terima kasih banyak! Aku suka banget."

Bram ikut duduk di sofa bersama mereka, tertawa kecil melihat interaksi itu. Sayangnya, ia lupa—atau lebih tepatnya mengabaikan—sosok istrinya yang masih berdiri di sana, memegang bungkusan makanan dengan ekspresi kosong.

Jessy menatap keluarganya yang kini terlihat begitu akrab dengan Fina. Sesuatu dalam hatinya terasa hancur.

Ia tidak bisa menjelaskan perasaannya dengan kata-kata, tapi jelas sekali… ada yang tidak beres.

Perlahan, ia menundukkan kepala dan melangkah ke dapur. Tidak ingin mengganggu kebersamaan mereka.

Jessy baru saja melangkah ke dapur ketika suara tajam ibu mertuanya menggema di seluruh ruangan.

"Jessy! Ambilkan minum untuk Fina dan yang lainnya! Jangan hanya berdiri di sana!"

Jessy memejamkan mata sejenak, menggigit bibirnya untuk menahan perasaan yang berkecamuk. Seolah-olah dirinya bukan bagian dari keluarga ini, hanya pelayan yang bertugas memenuhi kebutuhan mereka.

Menghela napas dalam, ia membuka lemari dan mengambil beberapa gelas. Tangannya terasa dingin, hatinya semakin sesak, tetapi ia tetap berusaha tenang.

Setelah menuangkan teh hangat, ia membawa nampan berisi gelas-gelas itu ke ruang tamu.

Saat ia meletakkan satu per satu gelas di meja, Fina tersenyum lembut padanya. "Terima kasih, Mbak Jessy. Maaf merepotkan."

Jessy hanya mengangguk tanpa berkata apa-apa. Ia bahkan tidak yakin harus membalas apa.

Di sisi lain, ibu mertuanya malah mendecakkan lidah. "Kenapa lama sekali? Kami sudah haus sejak tadi!"

Molly ikut menimpali. "Iya, Kak Jessy ini memang lamban banget. Makanya, Mas Bram, lain kali jangan biarkan istrimu malas-malasan di kamar saja."

Bram hanya terkekeh kecil, sama sekali tidak membela Jessy.

Jessy masih berdiri di tempatnya, ia ingin marah, ingin menangis, tetapi juga merasa lelah.

Bram yang baru menyadari istrinya masih berdiri, menatapnya sekilas sebelum mengerutkan kening. "Sayang, kenapa kamu masih berdiri? Kenapa gak duduk?"

Ibu mertuanya, Ella, tertawa kecil sambil melirik Bram dengan tatapan geli. "Istrimu itu sudah gede, Bram. Kalau mau duduk, ya duduk saja. Masa nunggu disuruh?"

Molly juga ikut tertawa sinis. "Iya, Kak Jessy ini kayak tamu aja. Duduk mah duduk aja, gak perlu pakai acara nunggu disuruh."

Bram mendesah panjang, ia tidak ingin memperpanjang masalah.

"Sudahlah. Jessy, bukankah tadi kamu minta dibawakan makanan? Ayo makan dulu," kata Bram akhirnya, berusaha mengalihkan suasana.

Ia bangkit dan berjalan ke dapur, mengambilkan piring untuk istrinya. Jessy mengekor di belakangnya dengan langkah pelan.

Saat di dapur, Bram membuka bungkusan makanan yang dibawa Fina dan meletakkannya di piring. Ia juga menuangkan segelas air untuk Jessy.

"Makan dulu, sayang," katanya lembut. "Aku temani kamu makan."

Jessy menatap suaminya dengan perasaan bercampur aduk. Seandainya Bram selalu seperti ini, selalu ada untuknya, mungkin ia tidak akan merasa sesakit ini.

Baru saja Jessy hendak mengambil sendok, suara ibu mertuanya kembali menggema dari ruang tamu.

"Bram! Antar Fina ke kamarnya!"

Bram mendesah lagi, ia menatap Jessy, lalu berkata, "Kamu makan saja dulu, kalau sudah langsung ke kamar, ya? Aku sebentar saja."

Jessy hanya bisa mengangguk pelan, menyembunyikan kekecewaannya.

Jessy menyelesaikan suapan terakhirnya dengan perasaan yang sulit digambarkan. Makanan di mulutnya terasa hambar, meskipun perutnya memang lapar. Setelah menghabiskan makanannya, ia segera membawa piring dan gelasnya ke dapur. Dengan gerakan otomatis, ia mencuci peralatan makan dengan perlahan, membiarkan air hangat mengalir di tangannya, mencoba menenangkan pikirannya yang semakin kacau.

Setelah memastikan semuanya bersih, ia mengeringkan tangannya dan melangkah menuju kamar. Pikirannya hanya ingin beristirahat, menunggu suaminya, berharap ada sedikit kehangatan yang bisa ia dapatkan setelah hari yang melelahkan.

Namun, begitu ia tiba di kamar, keheningan menyambutnya. Ia duduk di tepi ranjang, menatap pintu kamar dengan perasaan cemas yang semakin menggunung. Bram bilang dia hanya sebentar mengantar Fina ke kamar, tapi sudah 30 menit berlalu dan suaminya belum juga kembali.

Jessy menggigit bibir bawahnya, matanya perlahan mulai memanas.

"Apa yang mereka lakukan di sana sampai selama ini?"

Pikiran-pikiran buruk mulai menyerang kepalanya. Ia mencoba mengusirnya, mencoba berpikir positif.

"Mungkin Bram hanya mengobrol sebentar... Mungkin Fina butuh teman bicara karena baru saja kehilangan orang tuanya..."

Tapi tetap saja, ada sesuatu di hatinya yang terasa tidak nyaman.

Jessy menghela napas dalam, lalu beranjak dari tempat tidur. Dengan langkah pelan, ia membuka pintu kamar dan melangkah keluar. Rumah masih terdengar ramai dengan suara ibu mertuanya dan Molly yang sedang mengobrol di ruang tamu. Namun, perhatian Jessy hanya tertuju pada satu hal: pintu kamar tamu yang tertutup rapat.

Jantungnya berdegup lebih cepat.

Tanpa sadar, tangannya mengepal. Ada perasaan gelisah yang semakin kuat di hatinya.

"Apa yang mereka lakukan di dalam sana?"

Jessy berdiri terpaku di lorong, mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia tidak perlu berpikir macam-macam. Tapi semakin lama ia berdiri di sana, semakin sesak perasaannya.

Dan akhirnya, tanpa bisa menahan diri lagi, ia melangkah mendekati kamar itu.

Terpopuler

Comments

Kamiem sag

Kamiem sag

selamat menikmati permainan suamimu dgn jalang Jes

2025-03-05

0

lihat semua
Episodes
1 Pengabdian Yang Tak di Hargai
2 Kebebasan dengan Syarat
3 Selama Suami Di Sisi nya
4 Kedatangan Fina
5 Mulai Hancur Perlahan
6 Ketidakpedulian Bram, Kepanikan Chika
7 Jessy Keracunan
8 Jessy Cuma Numpang
9 Chika Emosi Jessy Bimbang
10 Pertengkaran Jessy dan Bram
11 Omelan Di Pagi Hari
12 Bram Mandul
13 Pengkhianatan Bram
14 Aku Tidak Akan Menunggu
15 Jessy Menantu Di Kediaman Ini
16 Keputusan Akhir Jessy
17 Jessy Kecelakaan
18 Kesempatan Kedua
19 Jessy Tak Peduli
20 Ya Aku Serius
21 Jason Si Pria Dingin
22 Kepercayaan Diri Bram
23 18 keatas....
24 Langkah Awal Pembalasan
25 Aku Menantu
26 Minta Maaf
27 Sindiran Di Pagi Hari
28 Sudah Siap?
29 Menunggu Drama Datang
30 Membalas Teman Molly
31 Akhirnya Datang
32 Nikmati Duniamu Sebelum Runtuh
33 Cerita nya Sedikit Berubah
34 Bersiaplah
35 Benar-Benar Terjadi
36 Kepuasan Jessy
37 Petugas Medis Datang
38 Pergi Dari Rumah
39 Rindu Jessy Yang Ceria
40 Kebingungan Bram
41 Sarapan Bersama
42 Si Jack
43 Setebal Muka Jack
44 Semua Salah Jessy
45 Kemarahan Fina
46 Kompor
47 Hanya Padamu
48 Mengantar Jessy
49 Beneran Gila
50 Sejak Kapan
51 Tulang Punggung Bisnis
52 Termakan Omongan
53 Hamil
54 Kemana Sih
55 Gak Rela
56 Bos Gila
57 Asal Ngomong
58 Hari Yang Ditunggu
59 Hari Ketika...
60 Kecemasan Bram
61 Siapa
62 Bertemu
63 Amarah
64 Tamparan
65 Bercerai
66 Palsu
67 Diusir
68 Gempar
69 Tidak Layak
70 Terungkap
71 Penuh Luka
72 Penyitaan
73 Ambruk
74 Pesta Kecil
75 Perhatian Kecil
76 Pria Tua
77 Liburan
78 Makna Tersembunyi
79 Buka Hatimu
80 Sarapan
81 Terpisah
82 Manis
83 Suka
84 Mulai Goyah
85 Terbangun
86 Saling Menyalahkan
87 Ingin Lagi
88 Sedikit Lagi
89 Lamaran
90 Gembel
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Pengabdian Yang Tak di Hargai
2
Kebebasan dengan Syarat
3
Selama Suami Di Sisi nya
4
Kedatangan Fina
5
Mulai Hancur Perlahan
6
Ketidakpedulian Bram, Kepanikan Chika
7
Jessy Keracunan
8
Jessy Cuma Numpang
9
Chika Emosi Jessy Bimbang
10
Pertengkaran Jessy dan Bram
11
Omelan Di Pagi Hari
12
Bram Mandul
13
Pengkhianatan Bram
14
Aku Tidak Akan Menunggu
15
Jessy Menantu Di Kediaman Ini
16
Keputusan Akhir Jessy
17
Jessy Kecelakaan
18
Kesempatan Kedua
19
Jessy Tak Peduli
20
Ya Aku Serius
21
Jason Si Pria Dingin
22
Kepercayaan Diri Bram
23
18 keatas....
24
Langkah Awal Pembalasan
25
Aku Menantu
26
Minta Maaf
27
Sindiran Di Pagi Hari
28
Sudah Siap?
29
Menunggu Drama Datang
30
Membalas Teman Molly
31
Akhirnya Datang
32
Nikmati Duniamu Sebelum Runtuh
33
Cerita nya Sedikit Berubah
34
Bersiaplah
35
Benar-Benar Terjadi
36
Kepuasan Jessy
37
Petugas Medis Datang
38
Pergi Dari Rumah
39
Rindu Jessy Yang Ceria
40
Kebingungan Bram
41
Sarapan Bersama
42
Si Jack
43
Setebal Muka Jack
44
Semua Salah Jessy
45
Kemarahan Fina
46
Kompor
47
Hanya Padamu
48
Mengantar Jessy
49
Beneran Gila
50
Sejak Kapan
51
Tulang Punggung Bisnis
52
Termakan Omongan
53
Hamil
54
Kemana Sih
55
Gak Rela
56
Bos Gila
57
Asal Ngomong
58
Hari Yang Ditunggu
59
Hari Ketika...
60
Kecemasan Bram
61
Siapa
62
Bertemu
63
Amarah
64
Tamparan
65
Bercerai
66
Palsu
67
Diusir
68
Gempar
69
Tidak Layak
70
Terungkap
71
Penuh Luka
72
Penyitaan
73
Ambruk
74
Pesta Kecil
75
Perhatian Kecil
76
Pria Tua
77
Liburan
78
Makna Tersembunyi
79
Buka Hatimu
80
Sarapan
81
Terpisah
82
Manis
83
Suka
84
Mulai Goyah
85
Terbangun
86
Saling Menyalahkan
87
Ingin Lagi
88
Sedikit Lagi
89
Lamaran
90
Gembel

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!