Bram Mandul

Setelah Bram pergi bekerja, Mama Ella keluar entah ke mana, Molly berangkat ke sekolah, dan Fina juga tidak terlihat di rumah. Jessy akhirnya bisa menikmati ketenangan di dalam kamarnya. Ia berbaring di tempat tidur, mencoba memejamkan mata untuk beristirahat setelah semua drama yang terjadi.

Namun, tiba-tiba suara dering ponselnya menggema di kamar yang sunyi. Jessy mengernyitkan dahi, meraih ponselnya di atas nakas. Saat melihat nomor yang tertera di layar, hatinya sedikit berdebar—itu dari rumah sakit.

Dengan cepat, ia mengangkat panggilan tersebut. "Halo?"

Suara seorang perawat terdengar di seberang. "Selamat siang, Ibu Jessy. Saya dari rumah sakit ingin mengabarkan bahwa hasil pemeriksaan kesuburan Anda dan suami sudah keluar. Apakah Anda bisa datang untuk mengambilnya?"

Jessy terdiam sesaat. Ia bahkan lupa jika beberapa bulan yang lalu ia dan Bram sempat menjalani pemeriksaan kesuburan atas permintaan Jessy karena selalu di desak ingin segera memiliki cucu.

"Oh… iya. Bisa saya tahu, apakah ada yang perlu dikhawatirkan dari hasilnya?" tanyanya hati-hati.

"Sebaiknya hasil ini dibicarakan langsung dengan dokter, Bu," jawab perawat itu dengan nada formal.

Perasaan Jessy semakin tidak tenang. Jika semuanya baik-baik saja, seharusnya mereka bisa memberitahukannya lewat telepon, bukan?

"Baik, saya akan segera ke rumah sakit," kata Jessy sebelum menutup panggilan.

Ia menghela napas panjang. Hatinya dipenuhi berbagai spekulasi. Apa mungkin ada masalah dengan dirinya? Atau… dengan Bram? Jessy menatap langit-langit kamar dengan mata kosong, mencoba menenangkan pikirannya sebelum bersiap untuk pergi ke rumah sakit.

Jessy baru saja meletakkan ponselnya ketika tiba-tiba rasa mual kembali menyerangnya. Perutnya terasa tidak nyaman, dan tenggorokannya seakan ingin memuntahkan sesuatu. Dengan cepat, ia berlari ke kamar mandi, menunduk di atas wastafel sambil mengambil napas dalam-dalam.

"Kenapa lagi ini?" gumamnya pelan, tangannya menggenggam erat wastafel untuk menahan tubuhnya yang sedikit lemas.

Ini sudah kedua kalinya merasakan mual seperti ini. Sejak keluar dari rumah sakit, ia memang merasa tubuhnya sedikit berbeda, tapi tidak terlalu memikirkannya. Namun, sekarang setelah terjadi lagi, pikirannya mulai dipenuhi kemungkinan-kemungkinan.

"Apa mungkin aku hamil?" pikirnya, lalu teringat ketika di rumah sakit, dokter tidak pernah menyinggung soal itu.

Daripada terus bertanya-tanya, ia akhirnya memutuskan untuk langsung ke rumah sakit hari ini. Namun, sebelum menemui dokter yang menelepon tadi, ia ingin memeriksakan diri ke dokter kandungan terlebih dahulu untuk memastikan kondisinya.

Setelah mengganti pakaian yang lebih nyaman, ia mengambil tasnya dan keluar dari kamar. Karena rumah sepi, ia tidak perlu menjelaskan ke mana perginya. Tanpa banyak pikir, ia langsung memesan taksi online dan berangkat menuju rumah sakit.

Sesampainya di Rumah Sakit

Jessy melangkah masuk ke rumah sakit dengan perasaan campur aduk. Ia berharap ada jawaban pasti tentang kondisinya. Setelah mendaftar di bagian pendaftaran, ia duduk di ruang tunggu, mengamati pasien lain yang juga menunggu giliran.

Tak lama kemudian, seorang perawat memanggil namanya.

"Ibu Jessy, silakan masuk."

Jessy segera bangkit dan masuk ke dalam ruangan dokter kandungan. Seorang dokter wanita paruh baya dengan senyum ramah menyambutnya.

"Silakan duduk, Bu Jessy. Ada keluhan apa?" tanya dokter sambil membuka catatan medisnya.

Jessy menarik napas sebelum menjawab, "Saya sering mual belakangan ini, jadi saya ingin memastikan apakah saya hamil atau tidak."

Dokter mengangguk mengerti, "Baik, kita lakukan tes awal dulu ya. Silakan ke kamar kecil, perawat akan memberikan alat tes kehamilan."

Jessy mengangguk dan mengikuti perawat menuju kamar kecil. Setelah beberapa menit, ia keluar dengan alat tes di tangannya dan menyerahkannya pada perawat. Hasilnya segera terlihat—negatif.

Jessy sedikit menghela napas, tidak tahu harus lega atau kecewa.

Ia kembali ke ruangan dokter, yang tersenyum memahami ekspresinya.

"Tespek menunjukkan hasil negatif, tapi kita pastikan lagi dengan USG, ya," kata dokter.

Jessy berbaring di tempat pemeriksaan sementara dokter menyalakan mesin USG dan mulai memeriksa perutnya.

Setelah beberapa menit, dokter menggelengkan kepala. "Tidak ada tanda-tanda kehamilan, Bu Jessy. Rahim Anda kosong."

Jessy menatap layar USG yang menunjukkan gambaran rahimnya, merasa sedikit bingung.

"Jadi, kenapa saya sering mual dan pusing, Dok?" tanyanya dengan cemas.

Dokter tersenyum lembut, "Kemungkinan besar ini karena stres atau masalah lambung seperti maag. Apakah Anda sering merasa begah atau nyeri di ulu hati?"

Jessy mengangguk, "Iya, belakangan ini perut saya sering terasa penuh, kadang perih juga."

Dokter mencatat sesuatu di berkasnya. "Itu gejala maag, apalagi jika Anda sedang dalam tekanan atau stres berat."

Jessy terdiam. Memang, sejak masalah dengan Bram dan keluarganya, pikirannya terus dipenuhi kekhawatiran.

Dokter melanjutkan, "Saya sarankan Anda berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam. Mereka bisa melakukan pemeriksaan lebih lanjut, mungkin perlu endoskopi untuk memastikan kondisi lambung Anda."

Jessy menghela napas, merasa sedikit lega tapi juga khawatir.

"Baik," katanya sambil bangkit dari tempat tidur.

Dokter tersenyum, "Jangan terlalu stres, Bu Jessy. Kesehatan mental sangat berpengaruh pada kesehatan fisik. Coba lebih rileks, ya."

Jessy tersenyum tipis, "Terima kasih, Dok."

Setelah selesai, ia keluar dari ruangan. Dalam hati, ia berpikir, "Jadi, aku tidak hamil.."

Jessy menghela napas panjang sebelum melangkah ke bagian laboratorium tempat hasil tes kesuburan bisa diambil. Setelah menanyakan kepada petugas, ia diarahkan ke ruang konsultasi dokter yang menangani pemeriksaan tersebut.

Tak lama menunggu, namanya dipanggil. Dengan perasaan berdebar, Jessy masuk ke dalam ruangan. Seorang dokter pria paruh baya dengan kacamata menatapnya dengan senyum profesional.

"Silakan duduk, Bu Jessy. Saya sudah melihat hasil tes kesuburan Anda dan suami Anda."

Jessy menelan ludah, hatinya tak karuan.

"Bagaimana hasilnya, Dok?" tanyanya dengan suara yang agak gemetar.

Dokter membuka berkasnya dan mulai menjelaskan, "Hasil tes Anda sangat baik. Tidak ada masalah dalam kesuburan Anda. Hormon reproduksi dalam kondisi normal, dan rahim Anda sehat."

Jessy menghela napas lega, tapi kemudian menyadari sesuatu. Jika dirinya baik-baik saja, berarti…

Dokter melanjutkan dengan nada hati-hati, "Namun, hasil tes suami Anda menunjukkan adanya masalah."

Jessy menegang. "Masalah apa, Dok?"

Dokter menyentuh kacamatanya dan berkata dengan nada serius, "Jumlah dan pergerakan sperma suami Anda tergolong rendah. Ini bisa menjadi faktor yang menyulitkan terjadinya kehamilan secara alami."

Jessy terdiam, mencoba mencerna informasi itu. "Jadi… kemungkinan aku hamil kecil?"

Dokter mengangguk. "0,01% iya, tapi bukan tidak mungkin, tapi akan lebih sulit tanpa penanganan yang tepat. Kami bisa merekomendasikan beberapa langkah, seperti perubahan gaya hidup untuk suami Anda, terapi hormon, atau jika perlu, prosedur medis seperti inseminasi buatan."

Jessy meremas jemarinya di pangkuan. "Apa ini bisa disebabkan oleh stres atau pola hidup?"

Dokter tersenyum tipis. "Sangat mungkin. Stres, pola makan tidak sehat, kurang tidur, atau kebiasaan buruk seperti merokok dan alkohol bisa mempengaruhi kualitas sperma. Jika suami Anda bersedia, ia bisa melakukan konsultasi lebih lanjut untuk mencari solusi terbaik."

Jessy terdiam beberapa saat sebelum berkata pelan, "Terima kasih, Dok. Saya akan membicarakan ini dengan suami saya."

Dokter mengangguk. "Saya sarankan untuk tidak terlalu stres dan mendukung satu sama lain. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk berkonsultasi kembali."

Jessy keluar dari ruangan dengan langkah berat. Ia memandangi amplop hasil tes itu, merasa campur aduk.

"Jadi, selama ini aku yang disalahkan, tapi ternyata…Bram yang mandul?" pikirnya.

Jessy keluar dari ruang konsultasi dengan amplop hasil tes di tangannya.

Selama ini, setiap kali mereka membahas soal anak, Jessy yang selalu disalahkan. Mama Ella dan Molly sering menyindirnya karena belum juga hamil. Bahkan Bram sendiri seolah percaya kalau Jessy yang bermasalah. Tapi sekarang?

Jessy duduk di kursi tunggu, mengusap wajahnya yang terasa panas. Entah dia harus senang atau sedih?

Terpopuler

Comments

Suzana Diro

Suzana Diro

maaf athor saya baca langkah langkah tidak sanggup membacanya lagi lagidibulan puasa..

tapi ceritanya bagus
5bunga bagi athor

2025-03-06

1

Salsa Albi

Salsa Albi

hasil test kesuburan nya tunggu si fina hamil dulu baru lah disitu jadi booomm terkejut lah keluarga si bram klau anak ny mandul 🤭🤭🤭✌✌✌

2025-03-05

1

Akbar Razaq

Akbar Razaq

eh jessy emang koplak beneran hasil tes Lab mau baik atau tidak ya harus diambil sbg bukti kongret gak cuma .langsung di kasih tahu lewat telpon..." oh iya hasilnya positif kalean subur" ya gak gitu lah

2025-03-06

0

lihat semua
Episodes
1 Pengabdian Yang Tak di Hargai
2 Kebebasan dengan Syarat
3 Selama Suami Di Sisi nya
4 Kedatangan Fina
5 Mulai Hancur Perlahan
6 Ketidakpedulian Bram, Kepanikan Chika
7 Jessy Keracunan
8 Jessy Cuma Numpang
9 Chika Emosi Jessy Bimbang
10 Pertengkaran Jessy dan Bram
11 Omelan Di Pagi Hari
12 Bram Mandul
13 Pengkhianatan Bram
14 Aku Tidak Akan Menunggu
15 Jessy Menantu Di Kediaman Ini
16 Keputusan Akhir Jessy
17 Jessy Kecelakaan
18 Kesempatan Kedua
19 Jessy Tak Peduli
20 Ya Aku Serius
21 Jason Si Pria Dingin
22 Kepercayaan Diri Bram
23 18 keatas....
24 Langkah Awal Pembalasan
25 Aku Menantu
26 Minta Maaf
27 Sindiran Di Pagi Hari
28 Sudah Siap?
29 Menunggu Drama Datang
30 Membalas Teman Molly
31 Akhirnya Datang
32 Nikmati Duniamu Sebelum Runtuh
33 Cerita nya Sedikit Berubah
34 Bersiaplah
35 Benar-Benar Terjadi
36 Kepuasan Jessy
37 Petugas Medis Datang
38 Pergi Dari Rumah
39 Rindu Jessy Yang Ceria
40 Kebingungan Bram
41 Sarapan Bersama
42 Si Jack
43 Setebal Muka Jack
44 Semua Salah Jessy
45 Kemarahan Fina
46 Kompor
47 Hanya Padamu
48 Mengantar Jessy
49 Beneran Gila
50 Sejak Kapan
51 Tulang Punggung Bisnis
52 Termakan Omongan
53 Hamil
54 Kemana Sih
55 Gak Rela
56 Bos Gila
57 Asal Ngomong
58 Hari Yang Ditunggu
59 Hari Ketika...
60 Kecemasan Bram
61 Siapa
62 Bertemu
63 Amarah
64 Tamparan
65 Bercerai
66 Palsu
67 Diusir
68 Gempar
69 Tidak Layak
70 Terungkap
71 Penuh Luka
72 Penyitaan
73 Ambruk
74 Pesta Kecil
75 Perhatian Kecil
76 Pria Tua
77 Liburan
78 Makna Tersembunyi
79 Buka Hatimu
80 Sarapan
81 Terpisah
82 Manis
83 Suka
84 Mulai Goyah
85 Terbangun
86 Saling Menyalahkan
87 Ingin Lagi
88 Sedikit Lagi
89 Lamaran
90 Gembel
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Pengabdian Yang Tak di Hargai
2
Kebebasan dengan Syarat
3
Selama Suami Di Sisi nya
4
Kedatangan Fina
5
Mulai Hancur Perlahan
6
Ketidakpedulian Bram, Kepanikan Chika
7
Jessy Keracunan
8
Jessy Cuma Numpang
9
Chika Emosi Jessy Bimbang
10
Pertengkaran Jessy dan Bram
11
Omelan Di Pagi Hari
12
Bram Mandul
13
Pengkhianatan Bram
14
Aku Tidak Akan Menunggu
15
Jessy Menantu Di Kediaman Ini
16
Keputusan Akhir Jessy
17
Jessy Kecelakaan
18
Kesempatan Kedua
19
Jessy Tak Peduli
20
Ya Aku Serius
21
Jason Si Pria Dingin
22
Kepercayaan Diri Bram
23
18 keatas....
24
Langkah Awal Pembalasan
25
Aku Menantu
26
Minta Maaf
27
Sindiran Di Pagi Hari
28
Sudah Siap?
29
Menunggu Drama Datang
30
Membalas Teman Molly
31
Akhirnya Datang
32
Nikmati Duniamu Sebelum Runtuh
33
Cerita nya Sedikit Berubah
34
Bersiaplah
35
Benar-Benar Terjadi
36
Kepuasan Jessy
37
Petugas Medis Datang
38
Pergi Dari Rumah
39
Rindu Jessy Yang Ceria
40
Kebingungan Bram
41
Sarapan Bersama
42
Si Jack
43
Setebal Muka Jack
44
Semua Salah Jessy
45
Kemarahan Fina
46
Kompor
47
Hanya Padamu
48
Mengantar Jessy
49
Beneran Gila
50
Sejak Kapan
51
Tulang Punggung Bisnis
52
Termakan Omongan
53
Hamil
54
Kemana Sih
55
Gak Rela
56
Bos Gila
57
Asal Ngomong
58
Hari Yang Ditunggu
59
Hari Ketika...
60
Kecemasan Bram
61
Siapa
62
Bertemu
63
Amarah
64
Tamparan
65
Bercerai
66
Palsu
67
Diusir
68
Gempar
69
Tidak Layak
70
Terungkap
71
Penuh Luka
72
Penyitaan
73
Ambruk
74
Pesta Kecil
75
Perhatian Kecil
76
Pria Tua
77
Liburan
78
Makna Tersembunyi
79
Buka Hatimu
80
Sarapan
81
Terpisah
82
Manis
83
Suka
84
Mulai Goyah
85
Terbangun
86
Saling Menyalahkan
87
Ingin Lagi
88
Sedikit Lagi
89
Lamaran
90
Gembel

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!