Jessy Keracunan

Chika membawa Jessy ke rumah sakit dengan kecepatan tinggi. Wajah sahabatnya semakin pucat, bibirnya sedikit bergetar menahan sakit.

"Bertahan, Jess... Kita hampir sampai!" Chika menggenggam tangan Jessy erat, berusaha meyakinkan bahwa ia akan baik-baik saja.

Di rumah, situasi berbanding terbalik.

Molly berteriak panik, memanggil nama Fina.

"Kak Fina! Bangun dong! Kak Finaaaa!"

Mama Ella juga tak kalah heboh. Dengan tangan gemetar, ia segera menelepon Bram.

Tersambung.

"Halo, Bram! Pulang sekarang! Fina pingsan!" suara Ella terdengar histeris.

Di seberang telepon, Bram mengerutkan kening.

"Apa? Kenapa dia pingsan?!"

"Gara-gara teman Istrimu, Chika! Chika dorong dia sampai jatuh! Sekarang dia nggak sadarkan diri!"

Bram terdiam sejenak.

"Chika? Ngapain dia ke rumah?"

"Bawa istrimu pergi! Padahal Jessy cuma sakit biasa, tapi dia maksa bawa ke rumah sakit! Terus waktu Fina coba menenangkan, malah didorong sampai pingsan!"

Bram langsung bangkit dari kursinya, mengambil kunci mobil.

"Aku pulang sekarang!" katanya tanpa banyak tanya.

Tanpa berpikir panjang, Bram langsung meninggalkan pekerjaannya dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju rumah.

Sementara itu, di rumah sakit...

Jessy sudah masuk ke ruang perawatan, dan dokter sedang melakukan pemeriksaan.

Chika duduk di kursi tunggu dengan wajah tegang. Ia menggigit bibirnya, berusaha menahan kekesalan. Dokter baru saja keluar, wajahnya serius.

"Gimana, Dok? Jessy kenapa?" tanya Chika cepat.

Dokter melepas maskernya. "Dia mengalami keracunan makanan, tapi kami belum tahu zat apa yang masuk ke tubuhnya. Untungnya, dia segera dibawa ke rumah sakit, jadi masih bisa ditangani."

Chika mengerutkan dahi. Keracunan makanan? Dari mana?

Chika memejamkan mata. Ia memang baru bertemu Fina tadi, tapi instingnya mengatakan bahwa wanita itu bukan orang baik.

"Dok, apa bisa dicek lebih lanjut zat apa yang menyebabkan ini?" tanyanya.

"Kami sudah mengambil sampel darahnya. Hasilnya akan keluar dalam beberapa jam."

Chika mengangguk. "Baik, Dok. Terima kasih."

Ia kembali ke bangku tunggu, menggenggam ponselnya erat.

Sementara itu, di rumah keluarga Bram, suasana penuh drama.

Bram baru saja tiba. Begitu melihat Fina yang masih tergeletak di sofa dengan wajah pucat, ia langsung panik.

"Fina! Dia kenapa?!" Bram berlutut di sampingnya, mengguncang pelan bahunya.

Mama Ella langsung menangis. "Dia pingsan gara-gara Chika, Mas! Chika dorong dia begitu saja!"

Bram mengepalkan rahangnya. "Udah! Kita bawa Fina ke rumah sakit dulu!"

Tanpa membuang waktu, ia mengangkat Fina ke dalam mobil dan melajukan kendaraan dengan kecepatan tinggi.

Tanpa ia sadari, ia membawa Fina ke rumah sakit yang sama tempat Jessy dirawat.

Begitu Bram tiba di rumah sakit, ia langsung membawa Fina ke bagian UGD.

Chika yang masih duduk di ruang tunggu terkejut melihatnya.

Matanya membelalak ketika melihat siapa yang Bram gendong.

Saat itu juga, ia sadar sesuatu.

Jessy tergeletak sakit di rumah sakit, sendirian.

Sementara suaminya justru membawa wanita lain dengan panik, seolah nyawa wanita itu lebih berharga.

Dadanya sesak melihat betapa tidak adilnya situasi ini.

Jessy yang setia, yang bertahan meski disiksa mentalnya setiap hari di rumah itu, seakan tidak dipedulikan sama sekali.

Chika mengepalkan tangannya. Amarahnya mendidih.

Saat suster memanggil, "Saudara Jessy...", Chika langsung tersentak.

Ia segera mendekat, napasnya sedikit lega mendengar kabar bahwa Jessy akan dipindahkan ke ruang rawat inap.

"Dia minta ditempatkan di VIP," ujar suster.

Chika mengangguk. "Baik, aku akan mengurus administrasinya."

Namun, di tengah langkahnya, suara gaduh dari UGD menarik perhatiannya.

Bram yang baru saja mendengar nama istrinya, langsung kaget.

Matanya membelalak. Jessy ada di sini?

Ia menoleh, melihat Chika berdiri di depan suster.

"Chika!" panggilnya sambil melangkah cepat.

Tapi baru beberapa langkah, Mama Ella langsung menarik tangannya.

"Tunggu, Bram! Kamu mau ke mana?! Fina masih butuh kamu!"

Bram menepis tangan ibunya, wajahnya penuh kebingungan.

"Tunggu dulu, Ma. Aku mau ke Chika dulu!"

Tanpa menunggu jawaban, Bram berjalan cepat menghampiri Chika.

"Mana Jessy?" tanyanya, suaranya terdengar cemas.

Namun Chika hanya diam, tak peduli.

Ia berbalik, melangkah pergi tanpa berniat menjawab.

Bram mengerutkan dahi, ia mengejar Chika, mencoba menarik lengannya.

"Chika! Aku tanya, Jessy di mana?"

Saat itu juga, Chika berhenti.

Ia berbalik, menatap Bram dengan tatapan yang begitu tajam dan penuh amarah.

Dadanya naik turun menahan emosi, lalu tanpa ragu, ia melontarkan sumpah serapahnya.

"Mana Jessy? Oh, sekarang anda inget kalau anda punya istri?" suaranya sinis.

Bram tertegun. "Chika, aku cuma—"

"Anda cuma apa?! Tadi waktu istri Anda hampir mati, di mana?! Oh, aku lupa... Anda lagi sibuk drama sama wanita lain!"

Bram mengepalkan rahangnya. "Aku...."

Namun, sebelum Bram bisa mengatakan apa pun lagi, suara teriakan nyaring terdengar dari belakang.

"Bram! Bram! Cepat ke sini!"

Bram menoleh, melihat ibunya yang tampak panik di depan ruang UGD.

Sesaat ia ragu. Pilihannya ada di depan mata.

Namun sebelum pikirannya jernih, kakinya justru melangkah ke arah ibunya.

Chika menatap Bram dengan tatapan penuh kebencian.

"Tch." Ia mendecih, lalu membuang muka.

Chika mendengus, "Hah… Dasar tolol."

Ia menyilangkan tangan di dada, menatap Bram dengan tatapan penuh hinaan.

"Gue nggak nyangka lo sepicik ini, Bram. Lo bahkan nggak punya keberanian untuk tetap di sisi istri lo."

Bram tak menjawab. Langkahnya terus menuju Fina.

Lagi-lagi, ia memilih orang lain daripada Jessy.

Chika melangkah masuk ke kamar VIP tempat Jessy beristirahat. Suasana ruangan itu sunyi, hanya suara mesin monitor dan tetesan infus yang terdengar.

Di atas ranjang, Jessy tertidur dengan wajah pucat. Napasnya pelan, bibirnya kering, dan ada lingkaran hitam di bawah matanya.

Chika menggenggam tangan Jessy dengan lembut, menatap infus yang terpasang di sana. Hatinya mendidih.

Chika menarik kursi dan duduk di samping ranjang, hatinya masih penuh kemarahan.

Chika mendengus, rasa muaknya semakin dalam.

"Bram benar-benar laki-laki paling bodoh yang pernah gue kenal."

Ia mengelus tangan Jessy pelan, lalu berbisik, "Lo nggak sendiri, Jes. Gue ada di sini buat lo."

Di ruang perawatan Fina, dokter telah memberikan kepastian bahwa kondisinya baik-baik saja. Tak ada luka, tak ada cedera, hanya pingsan karena kaget.

Mama Ella mengelus kepala Fina dengan penuh kasih sayang.

"Kamu pasti syok ya, Nak? Sabar ya, Mama dan Molly ada di sini buat kamu," katanya lembut.

Molly ikut menimpali, "Iya Kak Fina, maafin Chika ya. Dia kasar banget tadi!"

Fina tersenyum lemah sambil menggigit bibirnya. Ia tahu ini adalah kesempatan emas untuk semakin mendapatkan perhatian mereka.

"Enggak apa-apa, aku pasti salah juga..." katanya dengan nada lembut dan menyedihkan.

"Udah ya, kita pulang aja," kata Bram akhirnya.

Mama Ella langsung berdiri dan menggandeng tangan Fina. "Ayo, Nak. Kita pulang. Kamu istirahat di rumah."

Bram mengantar Fina bersama Mama Ella dan Molly ke rumah, tanpa sedikit pun memikirkan Jessy.

Tak ada pertanyaan bagaimana kondisi istrinya. Tak ada rasa bersalah karena meninggalkan Jessy yang masih terbaring lemah di rumah sakit. Semua perhatiannya hanya terpusat pada Fina.

Sementara itu, di kamar VIP, Chika masih setia menemani Jessy.

"Bram... lo benar-benar nggak ada hati."

Terpopuler

Comments

Ayu Septiani

Ayu Septiani

koq ada ya suami tolol macam bram itu. pengin aku pukul kepalanya biar sekalian amnesia

2025-03-04

0

vj'z tri

vj'z tri

wuahhhh bagusan laki modelan Bram buang ke segi tiga Bermuda 😡😡😡😡😡

2025-03-04

0

Tiara Bella

Tiara Bella

Chika mending bawa kabur aja tuh jessynya ...biar kapok tuh si bram

2025-03-04

0

lihat semua
Episodes
1 Pengabdian Yang Tak di Hargai
2 Kebebasan dengan Syarat
3 Selama Suami Di Sisi nya
4 Kedatangan Fina
5 Mulai Hancur Perlahan
6 Ketidakpedulian Bram, Kepanikan Chika
7 Jessy Keracunan
8 Jessy Cuma Numpang
9 Chika Emosi Jessy Bimbang
10 Pertengkaran Jessy dan Bram
11 Omelan Di Pagi Hari
12 Bram Mandul
13 Pengkhianatan Bram
14 Aku Tidak Akan Menunggu
15 Jessy Menantu Di Kediaman Ini
16 Keputusan Akhir Jessy
17 Jessy Kecelakaan
18 Kesempatan Kedua
19 Jessy Tak Peduli
20 Ya Aku Serius
21 Jason Si Pria Dingin
22 Kepercayaan Diri Bram
23 18 keatas....
24 Langkah Awal Pembalasan
25 Aku Menantu
26 Minta Maaf
27 Sindiran Di Pagi Hari
28 Sudah Siap?
29 Menunggu Drama Datang
30 Membalas Teman Molly
31 Akhirnya Datang
32 Nikmati Duniamu Sebelum Runtuh
33 Cerita nya Sedikit Berubah
34 Bersiaplah
35 Benar-Benar Terjadi
36 Kepuasan Jessy
37 Petugas Medis Datang
38 Pergi Dari Rumah
39 Rindu Jessy Yang Ceria
40 Kebingungan Bram
41 Sarapan Bersama
42 Si Jack
43 Setebal Muka Jack
44 Semua Salah Jessy
45 Kemarahan Fina
46 Kompor
47 Hanya Padamu
48 Mengantar Jessy
49 Beneran Gila
50 Sejak Kapan
51 Tulang Punggung Bisnis
52 Termakan Omongan
53 Hamil
54 Kemana Sih
55 Gak Rela
56 Bos Gila
57 Asal Ngomong
58 Hari Yang Ditunggu
59 Hari Ketika...
60 Kecemasan Bram
61 Siapa
62 Bertemu
63 Amarah
64 Tamparan
65 Bercerai
66 Palsu
67 Diusir
68 Gempar
69 Tidak Layak
70 Terungkap
71 Penuh Luka
72 Penyitaan
73 Ambruk
74 Pesta Kecil
75 Perhatian Kecil
76 Pria Tua
77 Liburan
78 Makna Tersembunyi
79 Buka Hatimu
80 Sarapan
81 Terpisah
82 Manis
83 Suka
84 Mulai Goyah
85 Terbangun
86 Saling Menyalahkan
87 Ingin Lagi
88 Sedikit Lagi
89 Lamaran
90 Gembel
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Pengabdian Yang Tak di Hargai
2
Kebebasan dengan Syarat
3
Selama Suami Di Sisi nya
4
Kedatangan Fina
5
Mulai Hancur Perlahan
6
Ketidakpedulian Bram, Kepanikan Chika
7
Jessy Keracunan
8
Jessy Cuma Numpang
9
Chika Emosi Jessy Bimbang
10
Pertengkaran Jessy dan Bram
11
Omelan Di Pagi Hari
12
Bram Mandul
13
Pengkhianatan Bram
14
Aku Tidak Akan Menunggu
15
Jessy Menantu Di Kediaman Ini
16
Keputusan Akhir Jessy
17
Jessy Kecelakaan
18
Kesempatan Kedua
19
Jessy Tak Peduli
20
Ya Aku Serius
21
Jason Si Pria Dingin
22
Kepercayaan Diri Bram
23
18 keatas....
24
Langkah Awal Pembalasan
25
Aku Menantu
26
Minta Maaf
27
Sindiran Di Pagi Hari
28
Sudah Siap?
29
Menunggu Drama Datang
30
Membalas Teman Molly
31
Akhirnya Datang
32
Nikmati Duniamu Sebelum Runtuh
33
Cerita nya Sedikit Berubah
34
Bersiaplah
35
Benar-Benar Terjadi
36
Kepuasan Jessy
37
Petugas Medis Datang
38
Pergi Dari Rumah
39
Rindu Jessy Yang Ceria
40
Kebingungan Bram
41
Sarapan Bersama
42
Si Jack
43
Setebal Muka Jack
44
Semua Salah Jessy
45
Kemarahan Fina
46
Kompor
47
Hanya Padamu
48
Mengantar Jessy
49
Beneran Gila
50
Sejak Kapan
51
Tulang Punggung Bisnis
52
Termakan Omongan
53
Hamil
54
Kemana Sih
55
Gak Rela
56
Bos Gila
57
Asal Ngomong
58
Hari Yang Ditunggu
59
Hari Ketika...
60
Kecemasan Bram
61
Siapa
62
Bertemu
63
Amarah
64
Tamparan
65
Bercerai
66
Palsu
67
Diusir
68
Gempar
69
Tidak Layak
70
Terungkap
71
Penuh Luka
72
Penyitaan
73
Ambruk
74
Pesta Kecil
75
Perhatian Kecil
76
Pria Tua
77
Liburan
78
Makna Tersembunyi
79
Buka Hatimu
80
Sarapan
81
Terpisah
82
Manis
83
Suka
84
Mulai Goyah
85
Terbangun
86
Saling Menyalahkan
87
Ingin Lagi
88
Sedikit Lagi
89
Lamaran
90
Gembel

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!