Pertengkaran Jessy dan Bram

Malam harinya, suara mesin mobil terdengar dari halaman. Jessy yang sejak tadi menunggu di kamar segera bangkit, berjalan keluar menuju ruang tamu. Bram akhirnya pulang.

"Mas, kenapa kamu nggak datang menjenguk aku di rumah sakit?" tanya Jessy begitu Bram masuk ke kamar.

Bram yang baru saja melepas jas kerjanya menghela napas panjang seolah ia sangat lelah hari ini bekerja, "Aku mau, Sayang. Tapi Mama, Fina, dan Molly selalu ada hal mendadak. Fina masih sering sakit-sakitan, Mama juga butuh aku di rumah, dan Molly ada banyak urusan, dan aku juga sibuk kerja Jes."

Jessy menatap suaminya dengan perasaan tak percaya. “Jadi semua alasan itu lebih penting daripada aku?”

Bram menghela napas, wajahnya berubah Kesal.

“Aku kan sudah bilang, aku sibuk. Kenapa kamu nggak bisa ngerti. Lagipula kamu kan sudah dirawat sama Chika, ada dokter dan perawat juga, aku pikir kamu nggak sendiri di sana."

Jessy menatapnya dengan mata berkilat, hatinya mulai penuh luka. "Mas sadar nggak sih? Aku ini istrimu. Aku yang sakit, tapi kamu malah lebih peduli ke mereka!"

"Tapi mereka, juga keluarga ku, Jessy. Kenapa kamu nggak bisa ngerti?" ucap Bram kesal.

Jessy tertawa kecil, getir. “Aku yang harus ngerti kamu? Bukan kah selama ini aku selalu mengerti kamu dan keluargamu? Sementara kamu bahkan nggak pernah peduli sama aku?”

Bram menatapnya tajam. “Kamu ini kenapa sih? Baru sakit sebentar aja udah banyak nuntut.”

Jessy mengepalkan tangannya, berusaha menahan emosi. “Aku nggak nuntut. Aku cuma ingin suamiku ada di sampingku, bukan sibuk ngurus orang lain.”

Bram mendengus, “Maksudmu Fina? Dia itu tamu, sepupu ku, Jess! Mama yang suruh aku bantu dia.”

Jessy menatap suaminya dengan mata berkaca-kaca. “Aku istrimu, Bram.”

“Dan aku sudah menjalankan tugasku sebagai suami. Aku pulang kerja, aku kasih nafkah, aku ada di rumah. Jadi tolong berhenti bersikap seperti aku suami yang jahat.”

Kata-kata Bram seperti tamparan bagi Jessy. Ia mengangguk pelan, lalu berkata lirih, “Iya, kamu benar. Kamu memang suami yang baik.”

Tanpa berkata lagi, Jessy berbalik. Air matanya jatuh sebelum ia sempat menahannya.

Bram hanya menghela napas kasar, seolah tak mau memperpanjang pertengkaran ini. Tanpa menghiraukan Jessy yang sudah membelakanginya, ia berjalan santai menuju kamar mandi, membuka pintu, lalu masuk tanpa berkata apa pun.

Jessy berdiri di dekat ranjang, menatap kosong ke arah pintu kamar mandi yang tertutup. Hatinya terasa sesak. Ia berharap setidaknya Bram menunjukkan sedikit kepedulian, menenangkannya, atau mungkin meminta maaf. Tapi tidak.

Dari dalam kamar mandi, terdengar suara air mengalir. Bram benar-benar tidak peduli.

Jessy menarik napas dalam, berusaha menenangkan dirinya sendiri. “Apa aku benar-benar nggak berarti buat dia?” pikirnya.

Tangannya tanpa sadar mengelus perutnya.

Bram yang baru saja keluar dari kamar mandi, mengenakan piyama tidurnya dengan santai. Ia mengusap rambutnya yang masih basah, lalu berjalan menuju tempat tidur. Namun, sebelum ia sempat duduk, suara Jessy yang dingin menghentikan langkahnya.

"Aku mau cerai."

Langkah Bram terhenti. Ia menoleh, menatap Jessy dengan ekspresi syok. "Apa?"

Jessy menegakkan punggungnya, mencoba menahan getaran di suaranya. "Aku mau cerai, Bram."

Bram mengerutkan kening, matanya menajam. "Kenapa tiba-tiba ngomong kayak gitu?"

Jessy tertawa sinis. "Tiba-tiba? Kamu serius nanya itu, Bram? Aku udah cukup sabar, cukup bodoh bertahan di sini. Kamu bahkan nggak peduli aku sakit, kamu lebih memilih 'sepupu jauh' mamamu daripada istrimu sendiri."

Bram mengusap wajahnya dengan frustrasi. "Jessy, kamu lagi capek. Jangan ngomong yang nggak-nggak."

"Aku nggak capek, aku sadar. Aku muak!" suara Jessy meninggi, matanya mulai berkaca-kaca. "Selama ini aku selalu ada buat kamu, selalu berusaha jadi istri yang baik. Tapi kamu? Kamu bahkan nggak datang ke rumah sakit buat menjengukku! Kamu bahkan nggak tahu aku hampir mati!"

Bram mendengus, berusaha menahan emosinya. "Jessy, kita bisa bicarain ini baik-baik. Jangan langsung ngomong cerai."

"Kenapa? Karena aku akhirnya punya keberanian buat ninggalin kamu?" Jessy mendekat, menatap suaminya dengan mata penuh luka.

"Aku capek jadi orang yang selalu mengerti, selalu menunggu, selalu berharap. Aku bukan orang bodoh, Bram. Aku bisa lihat siapa yang sebenarnya lebih penting buat kamu."

Bram menatap Jessy dalam diam, rahangnya mengeras.

Bram menatap Jessy dengan ekspresi panik, seolah baru menyadari sesuatu yang seharusnya sudah ia sadari sejak lama.

"Enggak, aku nggak mau cerai." Suaranya bergetar, tapi penuh ketegasan.

Jessy tertawa sinis. "Lucu ya, kamu nggak mau cerai tapi juga nggak pernah bersikap seperti suami yang peduli sama istrinya."

Bram mengusap wajahnya dengan frustrasi. Ia melangkah mendekati Jessy, berusaha menggenggam tangannya, tapi Jessy menghindar.

"Aku memang salah, aku sadar. Aku terlalu banyak menuruti mama dan yang lainnya. Tapi aku nggak mau kehilangan kamu, Jess. Aku masih sayang sama kamu."

Jessy menatapnya tajam. "Sayang? Itu yang kamu sebut sayang? Saat aku terbaring di rumah sakit, kamu bahkan nggak datang. Kamu lebih peduli sama Fina dan keluargamu. Dan aku? Sepertinya sudah jauh darimu."

"Aku bisa jelasin, Jess."

"Nggak perlu. Aku udah dengar cukup banyak alasanmu." Jessy berbalik, berjalan menuju lemari, mulai mengeluarkan beberapa pakaiannya.

Bram panik, ia langsung menarik lengan Jessy, menahannya. "Tolong, jangan gini, Jess. Aku janji, aku akan berubah."

Jessy menatap tangannya yang digenggam oleh Bram, lalu mengangkat wajahnya. "Kenapa baru sekarang? Kenapa harus menunggu sampai aku ingin pergi?"

"Karena aku takut kehilangan kamu." suara Bram melemah. "Aku terlalu bodoh buat sadar lebih cepat, tapi tolong kasih aku kesempatan."

Jessy menelan ludah, hatinya sedikit goyah.

"Aku nggak tahu, Bram. Aku butuh waktu."

Bram mengangguk, matanya penuh harapan. "Aku akan membuktikan kalau aku masih pantas jadi suamimu. Aku nggak akan nyerah, Jess."

Jessy menatap Bram dengan ekspresi datar. Ia sudah terlalu lelah untuk berdebat lebih jauh.

"Aku nggak butuh kata-kata manis lagi, Bram."

Bram mendekat, duduk di tepi ranjang, berusaha menggapai tangan Jessy, tapi ia menepisnya.

"Aku serius, Jess. Kamu pasti masih lelah, istirahatlah dulu." Suaranya terdengar lembut, seakan ingin menenangkannya.

Jessy tertawa kecil, tapi tanpa kebahagiaan. "Aku telah beristirahat rumah sakit selama dua hari, sekarang kamu bilang aku harus istirahat?"

Bram menundukkan kepala. "Aku salah, aku tahu itu. Tapi, tolong, jangan buat keputusan saat kamu masih marah."

Jessy menarik napas panjang. "Aku sudah lelah, Bram."

Bram menatapnya penuh harap. "Aku janji, aku akan berubah. Aku akan memperbaiki semuanya. Jangan pergi, Jess."

Jessy mengalihkan pandangannya, menatap ke luar jendela. Hatinya masih penuh luka, tapi juga ada kebimbangan. Apakah Bram benar-benar akan berubah? Ataukah ini hanya janji kosong lainnya?

Terpopuler

Comments

vj'z tri

vj'z tri

jangan percaya ...udah minggat tinggalin 🤣🤣🤣🤣🤣🤣😤😤😤😤😤🥳🥳🥳🥳🥳

2025-03-06

0

Akbar Razaq

Akbar Razaq

Plis jangan bercere jess kasihan nanti siapa yg jd babu keluarga Bram.

2025-03-06

0

Kamiem sag

Kamiem sag

gak usah cerai Jes,
nanti kalo cerai kau gak akan lagi mendapat bentakan cacian makian bullyan dari keluarga Bram dan gak ada lagi yg merendahkanmu! pekerjaanmu sbg babu juga hilang kan? 🤣🤣🤣🤣
anda setolol itu Jes( entah kapan kau sadar dan bangkit? ampunlah iya🤣🤣🤣

2025-03-06

0

lihat semua
Episodes
1 Pengabdian Yang Tak di Hargai
2 Kebebasan dengan Syarat
3 Selama Suami Di Sisi nya
4 Kedatangan Fina
5 Mulai Hancur Perlahan
6 Ketidakpedulian Bram, Kepanikan Chika
7 Jessy Keracunan
8 Jessy Cuma Numpang
9 Chika Emosi Jessy Bimbang
10 Pertengkaran Jessy dan Bram
11 Omelan Di Pagi Hari
12 Bram Mandul
13 Pengkhianatan Bram
14 Aku Tidak Akan Menunggu
15 Jessy Menantu Di Kediaman Ini
16 Keputusan Akhir Jessy
17 Jessy Kecelakaan
18 Kesempatan Kedua
19 Jessy Tak Peduli
20 Ya Aku Serius
21 Jason Si Pria Dingin
22 Kepercayaan Diri Bram
23 18 keatas....
24 Langkah Awal Pembalasan
25 Aku Menantu
26 Minta Maaf
27 Sindiran Di Pagi Hari
28 Sudah Siap?
29 Menunggu Drama Datang
30 Membalas Teman Molly
31 Akhirnya Datang
32 Nikmati Duniamu Sebelum Runtuh
33 Cerita nya Sedikit Berubah
34 Bersiaplah
35 Benar-Benar Terjadi
36 Kepuasan Jessy
37 Petugas Medis Datang
38 Pergi Dari Rumah
39 Rindu Jessy Yang Ceria
40 Kebingungan Bram
41 Sarapan Bersama
42 Si Jack
43 Setebal Muka Jack
44 Semua Salah Jessy
45 Kemarahan Fina
46 Kompor
47 Hanya Padamu
48 Mengantar Jessy
49 Beneran Gila
50 Sejak Kapan
51 Tulang Punggung Bisnis
52 Termakan Omongan
53 Hamil
54 Kemana Sih
55 Gak Rela
56 Bos Gila
57 Asal Ngomong
58 Hari Yang Ditunggu
59 Hari Ketika...
60 Kecemasan Bram
61 Siapa
62 Bertemu
63 Amarah
64 Tamparan
65 Bercerai
66 Palsu
67 Diusir
68 Gempar
69 Tidak Layak
70 Terungkap
71 Penuh Luka
72 Penyitaan
73 Ambruk
74 Pesta Kecil
75 Perhatian Kecil
76 Pria Tua
77 Liburan
78 Makna Tersembunyi
79 Buka Hatimu
80 Sarapan
81 Terpisah
82 Manis
83 Suka
84 Mulai Goyah
85 Terbangun
86 Saling Menyalahkan
87 Ingin Lagi
88 Sedikit Lagi
89 Lamaran
90 Gembel
91 Berita
92 Di Tipu
93 Bucin Bareng
94 Mall
95 Kejadian Tak Terduga
96 Karma
97 Sayang
98 Menikah
Episodes

Updated 98 Episodes

1
Pengabdian Yang Tak di Hargai
2
Kebebasan dengan Syarat
3
Selama Suami Di Sisi nya
4
Kedatangan Fina
5
Mulai Hancur Perlahan
6
Ketidakpedulian Bram, Kepanikan Chika
7
Jessy Keracunan
8
Jessy Cuma Numpang
9
Chika Emosi Jessy Bimbang
10
Pertengkaran Jessy dan Bram
11
Omelan Di Pagi Hari
12
Bram Mandul
13
Pengkhianatan Bram
14
Aku Tidak Akan Menunggu
15
Jessy Menantu Di Kediaman Ini
16
Keputusan Akhir Jessy
17
Jessy Kecelakaan
18
Kesempatan Kedua
19
Jessy Tak Peduli
20
Ya Aku Serius
21
Jason Si Pria Dingin
22
Kepercayaan Diri Bram
23
18 keatas....
24
Langkah Awal Pembalasan
25
Aku Menantu
26
Minta Maaf
27
Sindiran Di Pagi Hari
28
Sudah Siap?
29
Menunggu Drama Datang
30
Membalas Teman Molly
31
Akhirnya Datang
32
Nikmati Duniamu Sebelum Runtuh
33
Cerita nya Sedikit Berubah
34
Bersiaplah
35
Benar-Benar Terjadi
36
Kepuasan Jessy
37
Petugas Medis Datang
38
Pergi Dari Rumah
39
Rindu Jessy Yang Ceria
40
Kebingungan Bram
41
Sarapan Bersama
42
Si Jack
43
Setebal Muka Jack
44
Semua Salah Jessy
45
Kemarahan Fina
46
Kompor
47
Hanya Padamu
48
Mengantar Jessy
49
Beneran Gila
50
Sejak Kapan
51
Tulang Punggung Bisnis
52
Termakan Omongan
53
Hamil
54
Kemana Sih
55
Gak Rela
56
Bos Gila
57
Asal Ngomong
58
Hari Yang Ditunggu
59
Hari Ketika...
60
Kecemasan Bram
61
Siapa
62
Bertemu
63
Amarah
64
Tamparan
65
Bercerai
66
Palsu
67
Diusir
68
Gempar
69
Tidak Layak
70
Terungkap
71
Penuh Luka
72
Penyitaan
73
Ambruk
74
Pesta Kecil
75
Perhatian Kecil
76
Pria Tua
77
Liburan
78
Makna Tersembunyi
79
Buka Hatimu
80
Sarapan
81
Terpisah
82
Manis
83
Suka
84
Mulai Goyah
85
Terbangun
86
Saling Menyalahkan
87
Ingin Lagi
88
Sedikit Lagi
89
Lamaran
90
Gembel
91
Berita
92
Di Tipu
93
Bucin Bareng
94
Mall
95
Kejadian Tak Terduga
96
Karma
97
Sayang
98
Menikah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!