Mulai Hancur Perlahan

Jessy melangkah mendekati pintu kamar tamu dengan perasaan yang semakin tak menentu. Tangannya terangkat, lalu mengetuk pintu dengan ragu. Beberapa detik berlalu tanpa jawaban, namun tak lama kemudian, pintu terbuka—dan yang muncul adalah Fina.

Jessy menahan napas.

Wanita itu berdiri di hadapannya dengan pakaian piyama tidur yang sangat tidak pantas—terlalu pendek, terlalu terbuka. Seolah tak sadar dengan keberadaannya, Fina menatap Jessy dengan senyum tipis.

“Ada apa, Mbak Jessy?” tanyanya dengan nada santai.

Jessy menoleh ke dalam kamar, mencari sosok suaminya. Tapi yang ia lihat hanyalah kasur yang sedikit berantakan dan ruangan yang tercium aroma parfum wanita. Bram tidak ada di sana.

Hatinya mencelos.

“Mas Bram mana?” tanyanya, suaranya terdengar sedikit bergetar.

Fina tersenyum lebih lebar, seolah tidak ada yang aneh.

“Mas Bram ada di kamar mandi. Katanya, lagi ingin buang air kecil.”

Jessy mengerutkan kening.

"Kenapa di sini? Kenapa tidak di kamar mereka saja?"

Di rumah ini ada lebih dari satu kamar mandi, bahkan di dalam kamar mereka juga ada. Jadi, kenapa suaminya memilih kamar mandi di dalam kamar Fina?

Jessy belum sempat menanyakan hal itu ketika suara pintu kamar mandi terbuka.

Bram keluar.

Dan saat itu juga, dada Jessy terasa sesak.

Rambut suaminya sedikit berantakan. Kemejanya agak kusut, dengan bagian atas yang sedikit terbuka. Sekilas, ia tampak seperti seseorang yang baru saja keluar dari sesuatu yang mencurigakan.

“Eh, sayang… Maaf, aku lama ya?” ucap Bram dengan nada bersalah. Ia menggaruk kepalanya, terlihat sedikit gugup.

Jessy menelan ludah.

“Tadi katanya cuma sebentar, Mas.”

Bram tertawa kecil. “Iya, iya, aku tadi ngobrol dulu sama Fina.”

Jessy melirik Fina, yang kini menyilangkan tangan di dadanya dengan ekspresi yang sulit ditebak. Ada sesuatu dalam tatapan wanita itu yang membuat hati Jessy semakin gelisah.

Tapi ia memilih untuk menahan diri.

Ia menarik napas dalam-dalam, lalu berkata, “Yuk, ke kamar. Aku udah nungguin dari tadi.”

Bram mengangguk dan merangkul bahu istrinya, membawanya pergi dari kamar Fina.

Namun, bahkan ketika mereka sudah berjalan menuju kamar, Jessy masih bisa merasakan tatapan Fina menempel di punggungnya—tatapan yang membuatnya semakin tak nyaman.

Jessy berusaha mengabaikan firasat buruk yang mulai merayapi hatinya. Namun, rasa tak nyaman itu tetap mengendap di dalam pikirannya.

Bram membuka pintu kamar mereka dan masuk lebih dulu, sementara Jessy mengikutinya dari belakang. Ia memperhatikan suaminya yang berjalan ke lemari, melepas jam tangannya, dan duduk di tepi ranjang seolah tidak ada yang terjadi.

“Kamu udah makan, kan?” tanya Bram tanpa menoleh.

Jessy mengangguk pelan. "Udah, makasih buat makanannya, Mas."

Bram tersenyum kecil. "Syukurlah. Kamu capek, ya? Tidur aja dulu."

Jessy tidak langsung menjawab. Matanya mengamati ekspresi Bram. Ada sesuatu yang terasa berbeda, sesuatu yang sulit ia jelaskan.

Ia duduk di samping suaminya, mencoba berpikir jernih.

"Mas, kenapa tadi gak ke kamar kita aja kalau mau ke kamar mandi?"

Bram terdiam sesaat, lalu tertawa kecil. “Ah, tadi udah kepalang pengen, jadi langsung aja ke kamar Fina. Lagian, dia juga gak keberatan.”

Jessy menelan ludah. Alasan itu terdengar masuk akal. Tapi entah kenapa, hatinya tetap merasa gelisah.

Ia mencoba mengusir pikiran buruk itu dan mengubah topik pembicaraan. "Oh iya, Mas. Fina bakal tinggal di sini sampai kapan?"

Bram menghela napas, menyandarkan punggungnya ke kepala ranjang. "Aku gak tahu pasti. Ibu bilang sementara, tapi lihat keadaan dulu. Lagipula, kasihan juga, kan? Dia baru kehilangan orang tuanya."

Jessy mengangguk pelan, meskipun di dalam hatinya, ia tidak yakin apakah benar hanya itu alasan ibu mertua mau menampung Fina.

Karena dari awal, wanita itu selalu berusaha menjatuhkan dirinya.

Dan kini, tiba-tiba datang seorang perempuan yang terlihat begitu sempurna, perhatian pada ibu mertua dan Molly, bahkan dekat dengan Bram?

Jessy menggigit bibirnya, menahan berbagai kemungkinan buruk yang mulai memenuhi pikirannya.

Ia menarik napas dalam-dalam dan berusaha untuk tidak berpikir negatif.

“Ya udah, kalau gitu aku mau tidur dulu.”

Ia membaringkan diri di ranjang dan menutup matanya. Namun, rasa tak nyaman itu tak juga hilang.

Sementara itu, Bram tetap duduk, sibuk dengan ponselnya. Sesekali ia tersenyum kecil, seolah membaca sesuatu yang menyenangkan.

Jessy mencoba mengintip, namun Bram dengan cepat menoleh dan bertanya, "Kenapa, Sayang?"

Jessy buru-buru menggeleng. "Gak apa-apa. Cuma lihat aja."

Bram tertawa kecil, lalu mematikan layar ponselnya dan ikut berbaring.

Namun, sebelum tidur, Jessy masih sempat melihat sesuatu di layar ponsel suaminya sebelum Bram menutupnya—sebuah pesan dengan nama pengirim: FINA.

Dada Jessy kembali sesak.

Jessy yang baru saja hampir terlelap sontak membuka matanya saat mendengar suara Bram.

"Sayang, aku ke kamar Fina sebentar, ya. Kata Mama, dia gak bisa tidur nyenyak."

Sekilas, kalimat itu terdengar biasa. Namun, bagi Jessy, itu seperti petir yang menggelegar di tengah malam sunyi.

"Kenapa harus kamu, Mas?" suaranya terdengar lebih dingin dari yang ia maksudkan.

Bram menoleh dengan ekspresi sedikit kaget. "Loh, memangnya kenapa? Kasihan dia, Sayang. Baru kehilangan orang tua, pasti masih sulit tidur."

Jessy terdiam, menggigit bibirnya. Jelas ada yang tidak wajar.

Sejak kapan suaminya punya kewajiban memastikan wanita lain tidur nyenyak?

Namun, ia tidak ingin menimbulkan pertengkaran. Ia hanya ingin melihat sampai sejauh mana semua ini akan berjalan.

"Yaudah, kalau cuma sebentar," katanya akhirnya, berusaha terdengar setenang mungkin.

Bram tersenyum kecil dan mengusap kepala Jessy. "Aku gak lama kok. Tidur aja dulu."

Jessy hanya mengangguk, namun hatinya berdebar kencang.

Begitu pintu kamar tertutup, kantuknya langsung hilang.

Ia menajamkan pendengaran, mendengar langkah kaki Bram menuju kamar Fina. Pintu kamar sebelah terdengar terbuka, lalu hening.

Jessy menggigit bibirnya, mencoba menenangkan diri.

Namun, lima menit berlalu…

Lima belas menit berlalu…

Setengah jam berlalu…

Dan Bram belum juga kembali.

Jessy tidak bisa lagi menahan rasa curiganya. Ia bangkit, membuka pintu pelan-pelan, dan melangkah keluar.

Di depan kamar Fina, ia berdiri diam, mencoba mendengar apa yang terjadi di dalam.

Awalnya, tidak ada suara. Namun, beberapa detik kemudian, terdengar suara bisikan, lalu tawa lirih seorang wanita.

Dada Jessy terasa semakin sesak.

Tangannya terkepal erat. Ia ingin mengetuk pintu, ingin menuntut penjelasan.

Namun, di saat yang sama, ia takut pada jawaban yang akan ia terima.

Jessy mundur selangkah. Matanya mulai berkaca-kaca. Lalu ia kembali ke kamar nya untuk tidur.

Jessy membuka matanya perlahan, merasakan kasur di sebelahnya sedikit bergetar saat Bram baru saja merebahkan tubuhnya. Aroma sabun yang berbeda samar tercium di hidungnya, membuat dadanya semakin sesak.

Ia menoleh pelan, melihat wajah suaminya yang tampak tenang, bahkan tersenyum kecil dalam tidurnya.

Tersenyum?

Jessy menatapnya lebih lama. Apa yang membuatnya begitu bahagia hingga bisa tersenyum dalam tidur?

Tangannya gemetar, ingin menyentuh wajah Bram, ingin bertanya langsung—di mana saja dia selama hampir satu jam tadi?

Namun, pertanyaan itu hanya berputar di kepalanya. Ia takut mendengar jawaban yang akan melukai hatinya lebih dalam.

Jessy menelan ludah, menatap langit-langit kamar. Matanya terasa panas, tapi air matanya enggan jatuh.

Ia tidak ingin menangis. Tidak malam ini.

Dengan pelan, ia memalingkan wajah, membelakangi Bram. Ia menarik napas dalam-dalam, berusaha mengabaikan rasa sakit yang semakin menggerogoti hatinya.

Jika dulu Bram selalu memeluknya dalam tidur, kini ia bahkan tidak merasakan kehangatan tangan suaminya lagi.

Apakah ini pertanda?

Jessy memejamkan mata erat-erat.

Malam ini, tidak ada lagi rasa nyaman.

Yang tersisa hanyalah kebisuan… dan perasaan yang mulai hancur perlahan.

Terpopuler

Comments

Kamiem sag

Kamiem sag

lambat kali kau Jes
apa kau nunggu hancur lebur remuk redam hingga tak berguna tak berdaya baru berpisah? ooooo mungkin kau nunggu dicampakkan ya?

2025-03-06

0

asihh..💖

asihh..💖

baru baca dada nya ikut sesak Jessy jgn diem aja jijik bgt ma laki2 model ginian...

2025-03-21

1

Ayu Septiani

Ayu Septiani

udah pasti suaminya selingkuh, masih saja di baik baikin. tendang aja yang jauh

2025-03-03

1

lihat semua
Episodes
1 Pengabdian Yang Tak di Hargai
2 Kebebasan dengan Syarat
3 Selama Suami Di Sisi nya
4 Kedatangan Fina
5 Mulai Hancur Perlahan
6 Ketidakpedulian Bram, Kepanikan Chika
7 Jessy Keracunan
8 Jessy Cuma Numpang
9 Chika Emosi Jessy Bimbang
10 Pertengkaran Jessy dan Bram
11 Omelan Di Pagi Hari
12 Bram Mandul
13 Pengkhianatan Bram
14 Aku Tidak Akan Menunggu
15 Jessy Menantu Di Kediaman Ini
16 Keputusan Akhir Jessy
17 Jessy Kecelakaan
18 Kesempatan Kedua
19 Jessy Tak Peduli
20 Ya Aku Serius
21 Jason Si Pria Dingin
22 Kepercayaan Diri Bram
23 18 keatas....
24 Langkah Awal Pembalasan
25 Aku Menantu
26 Minta Maaf
27 Sindiran Di Pagi Hari
28 Sudah Siap?
29 Menunggu Drama Datang
30 Membalas Teman Molly
31 Akhirnya Datang
32 Nikmati Duniamu Sebelum Runtuh
33 Cerita nya Sedikit Berubah
34 Bersiaplah
35 Benar-Benar Terjadi
36 Kepuasan Jessy
37 Petugas Medis Datang
38 Pergi Dari Rumah
39 Rindu Jessy Yang Ceria
40 Kebingungan Bram
41 Sarapan Bersama
42 Si Jack
43 Setebal Muka Jack
44 Semua Salah Jessy
45 Kemarahan Fina
46 Kompor
47 Hanya Padamu
48 Mengantar Jessy
49 Beneran Gila
50 Sejak Kapan
51 Tulang Punggung Bisnis
52 Termakan Omongan
53 Hamil
54 Kemana Sih
55 Gak Rela
56 Bos Gila
57 Asal Ngomong
58 Hari Yang Ditunggu
59 Hari Ketika...
60 Kecemasan Bram
61 Siapa
62 Bertemu
63 Amarah
64 Tamparan
65 Bercerai
66 Palsu
67 Diusir
68 Gempar
69 Tidak Layak
70 Terungkap
71 Penuh Luka
72 Penyitaan
73 Ambruk
74 Pesta Kecil
75 Perhatian Kecil
76 Pria Tua
77 Liburan
78 Makna Tersembunyi
79 Buka Hatimu
80 Sarapan
81 Terpisah
82 Manis
83 Suka
84 Mulai Goyah
85 Terbangun
86 Saling Menyalahkan
87 Ingin Lagi
88 Sedikit Lagi
89 Lamaran
90 Gembel
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Pengabdian Yang Tak di Hargai
2
Kebebasan dengan Syarat
3
Selama Suami Di Sisi nya
4
Kedatangan Fina
5
Mulai Hancur Perlahan
6
Ketidakpedulian Bram, Kepanikan Chika
7
Jessy Keracunan
8
Jessy Cuma Numpang
9
Chika Emosi Jessy Bimbang
10
Pertengkaran Jessy dan Bram
11
Omelan Di Pagi Hari
12
Bram Mandul
13
Pengkhianatan Bram
14
Aku Tidak Akan Menunggu
15
Jessy Menantu Di Kediaman Ini
16
Keputusan Akhir Jessy
17
Jessy Kecelakaan
18
Kesempatan Kedua
19
Jessy Tak Peduli
20
Ya Aku Serius
21
Jason Si Pria Dingin
22
Kepercayaan Diri Bram
23
18 keatas....
24
Langkah Awal Pembalasan
25
Aku Menantu
26
Minta Maaf
27
Sindiran Di Pagi Hari
28
Sudah Siap?
29
Menunggu Drama Datang
30
Membalas Teman Molly
31
Akhirnya Datang
32
Nikmati Duniamu Sebelum Runtuh
33
Cerita nya Sedikit Berubah
34
Bersiaplah
35
Benar-Benar Terjadi
36
Kepuasan Jessy
37
Petugas Medis Datang
38
Pergi Dari Rumah
39
Rindu Jessy Yang Ceria
40
Kebingungan Bram
41
Sarapan Bersama
42
Si Jack
43
Setebal Muka Jack
44
Semua Salah Jessy
45
Kemarahan Fina
46
Kompor
47
Hanya Padamu
48
Mengantar Jessy
49
Beneran Gila
50
Sejak Kapan
51
Tulang Punggung Bisnis
52
Termakan Omongan
53
Hamil
54
Kemana Sih
55
Gak Rela
56
Bos Gila
57
Asal Ngomong
58
Hari Yang Ditunggu
59
Hari Ketika...
60
Kecemasan Bram
61
Siapa
62
Bertemu
63
Amarah
64
Tamparan
65
Bercerai
66
Palsu
67
Diusir
68
Gempar
69
Tidak Layak
70
Terungkap
71
Penuh Luka
72
Penyitaan
73
Ambruk
74
Pesta Kecil
75
Perhatian Kecil
76
Pria Tua
77
Liburan
78
Makna Tersembunyi
79
Buka Hatimu
80
Sarapan
81
Terpisah
82
Manis
83
Suka
84
Mulai Goyah
85
Terbangun
86
Saling Menyalahkan
87
Ingin Lagi
88
Sedikit Lagi
89
Lamaran
90
Gembel

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!