Ketidakpedulian Bram, Kepanikan Chika

Siang itu, Jessy tengah duduk di tepi ranjang, merapikan selimut yang sedikit berantakan. Pintu kamarnya diketuk pelan sebelum terbuka, memperlihatkan sosok Fina yang membawa segelas minuman dengan senyum manis di wajahnya.

"Mbak Jessy, aku bawakan minuman segar. Aku tadi melihat mbak lelah, jadi aku pikir ini bisa membantu," ucap Fina, suaranya lembut di telinga Jessy.

Jessy menatapnya sejenak, lalu tersenyum kecil. Tanpa curiga, ia menerima gelas itu. Dingin. Menyegarkan. Sama sekali tidak ada yang aneh.

"Terima kasih, Fina," ujarnya sebelum meneguk isinya perlahan.

Fina tetap berdiri di depan pintu, menunggu hingga Jessy menghabiskan minumannya. Begitu gelas kosong, Fina mengambilnya kembali, senyum di bibirnya semakin melebar.

"Mbak istirahat ya, aku pamit dulu," katanya sebelum melangkah keluar, menutup pintu dengan lembut.

Awalnya, tidak ada yang terasa aneh. Namun, beberapa menit kemudian, perut Jessy mulai terasa tidak nyaman.

Perih.

Seperti ada pisau yang mengiris bagian dalam perutnya.

Jessy meringis, tangannya refleks mencengkeram perutnya yang terasa semakin sakit. Denyutan panas menjalar cepat, seolah ada sesuatu yang meracuni tubuhnya.

"A-apa ini…?" gumamnya, suaranya tercekat di tenggorokan.

Keringat dingin mulai membasahi pelipisnya. Dadanya sesak, dan rasa sakit itu semakin menjadi-jadi.

Dengan sisa tenaga, Jessy merangkak ke tepi ranjang, berusaha meraih ponselnya. Jari-jarinya gemetar, napasnya memburu, tubuhnya mulai melemas.

Dengan napas terengah-engah, Jessy menggenggam ponselnya erat. Tangannya gemetar saat ia menekan nomor suaminya. Setiap detik yang berlalu terasa menyiksa. Perutnya masih perih, seolah ada sesuatu yang tengah menggerogoti dari dalam.

Tersambung.

"Halo, sayang? Ada apa?" suara Bram terdengar dari seberang. Terdengar biasa saja, tanpa kekhawatiran.

Jessy mencoba berbicara, tetapi suaranya lemah. Rasa sakit itu begitu menyiksa.

"M-mas… aku sakit… perutku sakit sekali…" suara Jessy bergetar. Matanya mulai berair, tubuhnya semakin melemah.

Hening.

Bram tidak langsung merespons. Ada jeda beberapa detik sebelum ia akhirnya bertanya dengan nada bingung, "Sakit? Kok tiba-tiba? Tadi baik-baik saja, kan?"

Jessy menutup matanya erat, mencoba menahan gelombang nyeri yang semakin menggila. "Aku nggak tahu… perutku sakit banget…"

Di ujung sana, Bram mendesah.

"Ah, paling cuma masuk angin. Tidur aja dulu, nanti juga baikan," ucapnya santai.

Jessy tercekat. Masuk angin? Tidur saja?

"Mas… tolong pulang… aku beneran nggak kuat…" suaranya hampir seperti bisikan, penuh kesakitan dan keputusasaan.

Tapi Bram hanya terkekeh kecil. "Sayang, jangan manja. Aku lagi sibuk nih. Istirahat aja, nanti aku pulang kalau udah selesai."

Klik.

Panggilan berakhir.

Jessy menatap layar ponselnya dengan pandangan nanar. Air mata mengalir di pipinya, bercampur dengan keringat dingin yang membasahi wajahnya. Lututnya melemas, rasa sakit itu semakin menggila.

Dengan tangan gemetar, ia berfikir, siapa lagi yang bisa ia hubungi?

Chika.

Jessy segera menekan nomor sahabatnya. Setiap detik menunggu sambungan terasa seperti selamanya. Akhirnya, suara familiar itu terdengar.

"Halo? Jess? Ada apa?"

Suara Chika terdengar ceria, tetapi begitu mendengar desahan napas berat dari seberang, nada suaranya langsung berubah khawatir.

"Chika…" suara Jessy hampir tak terdengar. "Aku sakit… perutku sakit banget…"

Hening sejenak. Lalu suara Chika terdengar panik.

"Sakit? Sejak kapan? Kamu di mana sekarang? Jessy, kamu denger aku, kan?"

Jessy berusaha menjelaskan dengan sisa tenaganya. "Baru saja… Aku dirumah.. Chika, aku nggak kuat…"

Terdengar suara benda jatuh dari seberang telepon. Chika pasti sedang terburu-buru.

"Jess, dengar aku. Jangan panik. Aku ke sana sekarang juga! Jangan tutup teleponnya!"

Air mata Jessy jatuh tanpa suara. Setidaknya ada seseorang yang peduli.

Suara klakson mobil berbunyi kencang di depan rumah. Chika datang.

Tanpa membuang waktu, ia keluar dari mobil dan berlari menuju pintu. Tangannya mengetuk keras, bahkan hampir menggedor.

Pintu terbuka, memperlihatkan seorang wanita cantik dengan senyum lembut yang terasa palsu. Fina.

"Kamu siapa?" tanya Fina dengan nada sopan tapi dingin.

Chika tak peduli. Tanpa menunggu jawaban lebih lama, ia menerobos masuk.

"Jessy! Di mana Jessy?!" Suaranya bergema di ruang tamu, membuat Molly yang sedang duduk di sofa melirik dengan sinis.

"Apa-apaan kamu ini, kak? Tidak tahu sopan santun?" Molly mendengus.

Chika menoleh tajam, tatapannya penuh amarah. "Aku nggak peduli soal sopan santun! Aku ke sini buat sahabatku, bukan buat kalian!"

Ia langsung berlari ke kamar Jessy, membuka pintu tanpa ragu.

Di sana, Jessy tergeletak lemah di tempat tidur. Wajahnya pucat, tangannya memegang perutnya yang terasa melilit. Keringat dingin membasahi dahinya.

"Ya Tuhan, Jessy!" Chika buru-buru mendekat, menggenggam tangan sahabatnya yang terasa dingin. "Kamu kenapa?"

Jessy sudah nyaris kehilangan kesadaran ketika Chika menggenggam tangannya. Wajah sahabatnya semakin pucat, napasnya Tersengal.

"Aku bawa ke rumah sakit ya!" kata Chika cepat, berusaha membantu Jessy berdiri.

Namun, langkahnya terhenti ketika dua orang menghadang di depan pintu kamar.

"Kamu mau bawa menantuku ke mana?!" suara mama Ella melengking, matanya menyipit curiga.

"Jelas ke rumah sakit, Tante! Dia sakit parah, lihat sendiri deh!" Chika melotot, suaranya penuh emosi.

"Alah, paling juga masuk angin. Kamu ini kebanyakan drama! Kak Jessy nggak perlu ke rumah sakit!" Molly menimpali, menatap Chika dengan tatapan meremehkan.

Chika mengepalkan tangannya.

"Drama? Dia hampir pingsan, Molly! Kalian ini gimana sih? Masa nggak peduli sama kakak iparmu sendiri?"

Ella mendengus. "Kalau sakit, ya istirahat aja di kamar! Nggak usah lebay!"

Chika menggelengkan kepala, tak habis pikir dengan kebodohan mereka.

Namun, sebelum ia bisa menjawab, suara lembut terdengar dari belakang.

"Mungkin memang benar, Tante. Mbak Jessy mungkin beneran sakit." ucap Fina dengan lembut.

"Kamu ini, Jessy itu pasti pura-pura. Lagipula jadi perempuan kok lemah sekali." ucap Mama Ella.

Chika menatap wanita itu dengan tatapan curiga.

"Kamu siapa?" tanya Chika, nada suaranya dingin.

Fina menunduk, menggigit bibirnya, seperti anak kecil yang ketakutan.

"Aku Fina... Sepupu jauh Mas Bram... Aku di sini karena butuh tempat tinggal... Aku nggak punya siapa-siapa lagi..." Suaranya bergetar, matanya berkaca-kaca.

Molly langsung melotot ke arah Chika. "Tuh, kan! Gara-gara kamu teriak-teriak, kak Fina jadi ketakutan!"

Ella juga ikut-ikutan menatap Chika dengan tajam. "Kamu ini tamu nggak tahu sopan santun ya?! Baru datang langsung mau bawa menantuku pergi!"

Chika hampir tertawa mendengar tuduhan itu.

"Kalian ini waras nggak sih?! Jessy sakit, aku mau bantu dia! Kok malah pada sibuk bela orang asing?"

"Kak Fina bukan orang asing!" Molly menyela. "Dia keluarga! Lebih pantas tinggal di rumah ini dibanding orang luar!"

Orang luar?

Kata itu menyengat telinga Chika.

Ia menoleh ke arah Jessy yang kini semakin lemas di pelukannya. "Jessy adalah menantu di rumah ini, bukan orang luar! Kalau kalian nggak mau peduli, ya udah! Aku tetap akan bawa dia ke rumah sakit!"

Chika mencoba melewati mereka, tetapi Fina tiba-tiba berdiri di depannya, menghalangi jalan.

"Tolong jangan kasar, Kak Chika... Aku cuma nggak mau rumah ini ribut..." katanya dengan suara lembut, membuatnya terdengar seperti korban tak berdosa.

Chika mendengus.

"Minggir!"

Namun, ketika ia mendorong bahu Fina dengan pelan, tiba-tiba wanita itu terjatuh ke lantai!

Bukan cuma jatuh biasa, Fina bahkan berteriak seperti habis didorong keras, lalu... pingsan!

DEG!

Ella dan Molly langsung panik.

"FINAAAA!" Ella menjerit, langsung berlutut untuk mengguncang tubuh Fina yang tampaknya terlalu dramatis untuk sekadar pingsan.

"Kak Chika! KAMU APA-APAAN SIH?! Ngapain dorong kak Fina?!" Molly menuduh dengan suara tinggi.

Chika ternganga.

"Aku cuma sentuh dia dikit! Itu orang kenapa langsung jatuh sih?!"

Ella menoleh dengan tatapan penuh kebencian. "Kamu keterlaluan! Udah bawa-bawa Jessy tanpa izin, sekarang malah sakitin Fina!"

Chika mendecakkan lidah, muak luar biasa.

"Udahlah, aku nggak peduli!" katanya sambil mengeratkan genggamannya pada Jessy.

Tanpa menunggu lebih lama, ia segera menyeret sahabatnya keluar.

Di belakang, Ella dan Molly masih berteriak memanggil nama Fina, tapi Chika tak peduli.

Yang penting sekarang, ia harus menyelamatkan Jessy.

Terpopuler

Comments

MifadiruMzn

MifadiruMzn

gedek sama chika, kenapa gak diserang aja tuh mental orang2 dirumah itu, aplagi pas fina jatuh. kenapa gak dijelasin aja yg sebenarnya.

2025-03-31

0

Kamiem sag

Kamiem sag

lucu juga cerita ini
tokohnya protagonisnya bodoh lambat tokoh antagonisnya bodoh tolol jahat melebihi iblis

2025-03-06

0

kriwil

kriwil

biar mati saja lah sahbat mu itu zolol chika

2025-03-29

0

lihat semua
Episodes
1 Pengabdian Yang Tak di Hargai
2 Kebebasan dengan Syarat
3 Selama Suami Di Sisi nya
4 Kedatangan Fina
5 Mulai Hancur Perlahan
6 Ketidakpedulian Bram, Kepanikan Chika
7 Jessy Keracunan
8 Jessy Cuma Numpang
9 Chika Emosi Jessy Bimbang
10 Pertengkaran Jessy dan Bram
11 Omelan Di Pagi Hari
12 Bram Mandul
13 Pengkhianatan Bram
14 Aku Tidak Akan Menunggu
15 Jessy Menantu Di Kediaman Ini
16 Keputusan Akhir Jessy
17 Jessy Kecelakaan
18 Kesempatan Kedua
19 Jessy Tak Peduli
20 Ya Aku Serius
21 Jason Si Pria Dingin
22 Kepercayaan Diri Bram
23 18 keatas....
24 Langkah Awal Pembalasan
25 Aku Menantu
26 Minta Maaf
27 Sindiran Di Pagi Hari
28 Sudah Siap?
29 Menunggu Drama Datang
30 Membalas Teman Molly
31 Akhirnya Datang
32 Nikmati Duniamu Sebelum Runtuh
33 Cerita nya Sedikit Berubah
34 Bersiaplah
35 Benar-Benar Terjadi
36 Kepuasan Jessy
37 Petugas Medis Datang
38 Pergi Dari Rumah
39 Rindu Jessy Yang Ceria
40 Kebingungan Bram
41 Sarapan Bersama
42 Si Jack
43 Setebal Muka Jack
44 Semua Salah Jessy
45 Kemarahan Fina
46 Kompor
47 Hanya Padamu
48 Mengantar Jessy
49 Beneran Gila
50 Sejak Kapan
51 Tulang Punggung Bisnis
52 Termakan Omongan
53 Hamil
54 Kemana Sih
55 Gak Rela
56 Bos Gila
57 Asal Ngomong
58 Hari Yang Ditunggu
59 Hari Ketika...
60 Kecemasan Bram
61 Siapa
62 Bertemu
63 Amarah
64 Tamparan
65 Bercerai
66 Palsu
67 Diusir
68 Gempar
69 Tidak Layak
70 Terungkap
71 Penuh Luka
72 Penyitaan
73 Ambruk
74 Pesta Kecil
75 Perhatian Kecil
76 Pria Tua
77 Liburan
78 Makna Tersembunyi
79 Buka Hatimu
80 Sarapan
81 Terpisah
82 Manis
83 Suka
84 Mulai Goyah
85 Terbangun
86 Saling Menyalahkan
87 Ingin Lagi
88 Sedikit Lagi
89 Lamaran
90 Gembel
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Pengabdian Yang Tak di Hargai
2
Kebebasan dengan Syarat
3
Selama Suami Di Sisi nya
4
Kedatangan Fina
5
Mulai Hancur Perlahan
6
Ketidakpedulian Bram, Kepanikan Chika
7
Jessy Keracunan
8
Jessy Cuma Numpang
9
Chika Emosi Jessy Bimbang
10
Pertengkaran Jessy dan Bram
11
Omelan Di Pagi Hari
12
Bram Mandul
13
Pengkhianatan Bram
14
Aku Tidak Akan Menunggu
15
Jessy Menantu Di Kediaman Ini
16
Keputusan Akhir Jessy
17
Jessy Kecelakaan
18
Kesempatan Kedua
19
Jessy Tak Peduli
20
Ya Aku Serius
21
Jason Si Pria Dingin
22
Kepercayaan Diri Bram
23
18 keatas....
24
Langkah Awal Pembalasan
25
Aku Menantu
26
Minta Maaf
27
Sindiran Di Pagi Hari
28
Sudah Siap?
29
Menunggu Drama Datang
30
Membalas Teman Molly
31
Akhirnya Datang
32
Nikmati Duniamu Sebelum Runtuh
33
Cerita nya Sedikit Berubah
34
Bersiaplah
35
Benar-Benar Terjadi
36
Kepuasan Jessy
37
Petugas Medis Datang
38
Pergi Dari Rumah
39
Rindu Jessy Yang Ceria
40
Kebingungan Bram
41
Sarapan Bersama
42
Si Jack
43
Setebal Muka Jack
44
Semua Salah Jessy
45
Kemarahan Fina
46
Kompor
47
Hanya Padamu
48
Mengantar Jessy
49
Beneran Gila
50
Sejak Kapan
51
Tulang Punggung Bisnis
52
Termakan Omongan
53
Hamil
54
Kemana Sih
55
Gak Rela
56
Bos Gila
57
Asal Ngomong
58
Hari Yang Ditunggu
59
Hari Ketika...
60
Kecemasan Bram
61
Siapa
62
Bertemu
63
Amarah
64
Tamparan
65
Bercerai
66
Palsu
67
Diusir
68
Gempar
69
Tidak Layak
70
Terungkap
71
Penuh Luka
72
Penyitaan
73
Ambruk
74
Pesta Kecil
75
Perhatian Kecil
76
Pria Tua
77
Liburan
78
Makna Tersembunyi
79
Buka Hatimu
80
Sarapan
81
Terpisah
82
Manis
83
Suka
84
Mulai Goyah
85
Terbangun
86
Saling Menyalahkan
87
Ingin Lagi
88
Sedikit Lagi
89
Lamaran
90
Gembel

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!