Surga Merah Jambu
Aku berlari masuk kedalam rumah, berharap semua penghuni rumah sudah tertidur. Sahabatku Rangga mengantarku dengan motornya ditengah hujan lebat dikota ini. Aku mengendap masuk rumah setelah sebelumnya pintu rumah kubuka dengan kunci cadangan yang ada ditanganku.
"Dari mana kamu" suara laki-laki itu menggelegar persis seperti bunyi petir diluar, jam sudah mendekati angka sebelas dan ini sudah malam. Aku yang basah kuyup menggigil menahan rasa takut.
"Kau anggap apa aku ha?" aku masih diam, sungguh aku semakin takut padanya
"Apa pantas seorang istri pulang jam segini dan diantar laki-laki? Jawab"
Akupun masih tetap diam, aku belum ingin bicara padanya. Yang aku inginkan sekarang masuk ke kamarku ganti baju dan istirahat
"Jawab" kali ini dengan mata merah menyala dia kembali memaksaku untuk berbicara
"Maaf, adek capek"
"Ooo capek? bagian mana yang capek? apa yang tadi kalian lakukan hah? dasar jalang, apa ini didikan orangtua mu?"
aku terkejut mendengar omongannya, hatiku sakit. Ini sudah keterlaluan apalagi dia bawa-bawa-bawa orang tuaku. Sabar, aku masih mencoba untuk sabar
"Maaf mas hati-hati kalau bicara" aku memutar tubuh hendak masuk kekamarku
"Dasar prempuan jalang !" Plak tanpa sengaja aku telah menamparnya, menampar lelaki yang sudah menghina harga diriku serta orang tuaku
"Terus kenapa kalau aku JALANG??cih " entah keberanian darimana aku bisa berkata seperti ini.
Dia menarik paksa tanganku, menyeretnya melewati tangga menuju lantai atas
"Aden jangan den, bibik mohon jangan. Jangan sakiti nona den...kasihan" Bi ijum pembantu rumah ini meraung memeluk kaki majikannya
"Bibik diam dan jangan ikut campur. Sijalang ini pantas untuk mendapatkannya" Aku pasrah dan tidak membantah sama sekali
"Den, bibik mohon den,, jangannnn den. Sebelum aden menyesal den" BI Ijum masih meraung kali ini dia memelukku dan sepertinya laki-laki ini memang tidak punya hati.
Laki-laki ini terus menyeretku menuju kamarnya dilantai atas. Sampai dikamar dia membuka paksa jilbabku, melepas paksa semua pakaian yang melekat diubuhku. Tubuhnya yang kekar membopongku ke kamar mandi kamar ini.
Dia menghempaskan tubuhku ke dalam buthup kamar mandi, rasanya sakit sekali. Aku melingkarkan kedua tanganku, memeluk lutut ku, aku menahan tangisku tanpa sehelai benangpun melekat pada tubuhku.
"Bagian mana yang dia sentuh ha?" dia mengguyur semua tubuhku, menyiramnya dengan air dalam jumlah banyak. Aku mulai menggigil, rasanya tubuhku mulai melemah.
Setelah puas menyiram tubuhku kali ini dia melemparku keatas tempat tidur. Aku masih sadar ketika ku melihat dia membuka semua pakainnya, dan aku mulai takut ketika dia mulai mendekatiku.
"Jangan mas ku mohon" aku berkata disisa kekuatanku
"Diam, jangan sok suci dihadapanku. Tiga bulan pernikahan kita tapi kau belum mau ku sentuh. Sebelumnya aku masih menghargaimu, kau bilang belum siap tidur denganku tapi kau malah menyerahkan dirimu kepada kekasihmu. Dasar jalang" Dia mulai menindih tubuhku, aku melawan tapi tiada berguna, tubuhnya yang kekar mulai menyerangku.
"Arghh sakit..." dia tidak memperdulikan teriakanku, dia semakin beringas terhadapku. Inikah malam pertama yang indah? inikah surga dunia? tidak. Ini adalah neraka. Neraka yang akan membakar ku secara perlahan.
Kali ini aku kembali meraung, aku tidak terima diperlakukan seperti ini, aku mulai untuk bangkit setelah dia mencapai hasratnya. Aku kumpulkan semua sisa kekuatan ku, aku terpikir mengambil gunting yang ada ditasku. Kulihat dia juga terkejut melihat reaksiku, sebelum gunting itu ku raih aku tumbang dan tidak ingat apa-apa lagi.
.....................
FLASHBACK
"Ciiss...." kami berselfie ria ditaman kampus, derai tawa kami tidak terbendung. Kami tidak peduli beberapa pasang mata menatap kami. Hari ini kami sangat bahagia, aku REA ANANDA LUBER, dengan dua orang sahabatku Putri Utari dan Rangga Pratama lulus ujian tertulis,ujian OSCE di fakultas kedokteran ternama di kota ini. Tentu kami sangat bahagia karena setelah melewati masa ujian ini dengan nilai yang sangat memuaskan, sebentar lagi kami akan bergelar sarjana kedokteran(S.Ked).
"Re...keren deh, nilai kamu lagi lho yang tertinggi" kata Putri memujiku. Aku tersenyum
"Bagaimana kalau kita makan-makan?" Rangga melirik sambil tersenyum padaku, wajahnya yang tampan semakin membuat ku terpesona
"Boleh, tapi kamu ya yang traktir" ucapku dengan nada lembut, sebab aku tau selama lima tahun kami kuliah dikampus yang sama, Ranggalah yang selalu mentraktir makan siang ku. Tanpa ku pinta Ranggalah yang selalu baik dan selalu ada untukku.
"Oke Tuan Putri, yuk" Rangga mengenggam tanganku, aku membiarkannya saja. Rangga berdiri dengan tangan yang masih mengggenggam tanganku, dan aku pun berdiri mengikutinya
"Heii..heii...aku dianggurin gitu? tiba-tiba Putri merentangkan tangannya kearah kami
"Hahaha sorry ya, aku kira kamu dah pulang" Rangga mengaca-acak rambut Putri dan aku hanya tersenyum melihatnya.
"Bussett deh, selaluuu aja, arghhh" ku lihat Putri kesal, tapi ku tau dia tidak marah. Kami bersahabat sudah lima tahun, sejak kami mulai sama-sama masuk Fakultas Kedokteran ini. Jadi kami sudah paham karakter serta sifat masing-masing.
Kami menuju parkiran, disini berjejer mobil-mobil mewah. Rata-rata semua anak kedokteran membawa kendaraan roda empat, termasuk Rangga dan Putri. Hampir seluruh mahasiswa dikampus ini dari kalangan menengah keatas. Rangga punya orang tua yang kaya raya, Papinya seorang Bisnismen dan punya beberapa Perusahaan dibidang otomotif sedangkan Maminya seorang wanita karir yang memimpin beberapa anak cabang perusahaan Papinya. Wajar saja Rangga bisa gonta-ganti mobil mewah kapan saja dia mau, kedua orangtuanya sangat memanjakannya. Rangga anak kedua dari dua bersaudara, Rangga punya satu saudara laki-laki. Kalau kakak laki-lakinya itu mengikuti jejak Papi nya tapi Rangga beda, dia lebih tertarik menjadi seorang dokter.
Kalau Putri lain lagi, Papanya seorang abdi negara dengan pangkat Jendral. Tapi Putri jarang bertemu dengan Papanya, Putri anak tunggal dari istri kedua Papanya. Putri terlahir cantik seperti Mamanya, walaupun sering dimanja mamanya tapi Putri anak yang mandiri dan pintar bahkan terkesan tomboy. Putri paling anti bicara tentang Papanya, mungkin dia kurang dekat dengan Papanya sedari kecil sebab mereka sangat jarang bertemu. Tapi Putri anak yang baik, meski kadang sering bersikap kekanakan tapi hatinya lembut dan tulus.
"Ngga kita mau kemana nih? tanya Putri
"Mau makan dong, trus ngapain lagi?" jawab Rangga
"Kirain pergi pacaran dan aku jadi obat nyamuk" Putri berkata cuek sambil mengunyah permen karet dalam mulutnya. Ku lihat wajah Rangga sedikit berubah, mungkin Rangga merasa itu adalah kalimat sindiran untuknya sebab Putri tau kalau Rangga dari dulu punya perasaan khusus padaku.
"Dah deh ah, bacot mulu. Ntar gue traktir lu sampai puas gimana? ucap Rangga untuk menyembunyikan perubahan mimik wajahnya
"Nah gitu donk' Putri merangkul ku, melepaskan genggaman tangan Rangga dari tanganku, dan aku hanya nurut saja.
Kami masuk mobil Rangga, seperti biasa aku selalu duduk di depan. Dan Putri selalu duduk dibelakang, duduk dibelakang adalah pavoritnya Putri sebab dia bisa tiduran disana sambil memainkan game kesayangannya.
"Re..kalau dilihat dari tadi kamu kurang bersemangat dan lebih banyak diam. Kenapa? ada masalah?" Rangga selalu peka terhadap ku, aku selalu tidak bisa menyimpan rahasia ku darinya. Rangga terlalu cerdas untuk aku bohongi.
"Gak ada ngga, aku cuma capek" aku menjawab pertanyaan Rangga dengan pandangan mata lurus kedepan. Aku takut dia kembali mengetahui tentang masalahku, aku tidak bisa selalu merepotkannya.
"Re, jujur deh...kita sahabatan udah lama.Aku tau kamu menyembunyikan sesuatu dariku" Rangga benar, aku telah menyembunyikan sesuatu padanya. Tapi sepertinya aku tidak mungkin bercerita padanya.
"Re, gimana kabar ayah mu?" Aku terkejut tiba-tiba Putri bertanya dari belakang.
"Alhamdulillah Ayah sudah mulai membaik" Putri tau ayahku sebelumnya dirawat dirumah sakit Medika Jakarta karna kecelakaan yang dialaminya, ayah ditabrak lari di jalan. Setelah selesai shalat subuh tadi aku video call dengan Ibu, dan Ibu bilang ayah sudah mulai bisa berjalan.
Tidak berapa lama kami sampai di Mall, setelah parkir kami keluar dari mobil. Rangga menggenggam tanganku, dan Putri memegang bahu Rangga. Ini adalah formasi jalan kami bertiga, sudah kebiasaan dari lima tahun yang lalu.
"Put, makan apa?" tanya Rangga ke Putri yang lagi clingak clinguk
"Terserah deh, lagi fokus nih gue. Incar CEO mana tau ada yang nyangkut" Ku lihat Rangga mencibir ke Putri dan seperti biasa Putri cuek saja
"Put KFC aja yuk, kayaknya ga ramai" aku menawarkan menu makan siangnya pertama kali ke Putri, sebab aku tau Putri pecinta ayam.
"Oke...pilihan tepat cintaaa" Putri tersenyum sambil mencubit pipiku. Kami mulai berjalan memasuki Restoran cepat saji tersebut, ku lihat beberapa pasang mata melihat kedatangan kami. Para wanita menatap ke arah Rangga yang tampan, siapa pun pasti terpesona melihat ketampanannya. Yang laki-laki tentu menatap ke arah Putri yang cantik, berpakaian tomboy tapi sexy.
Setelah pesan menu kami lanjut makan, rasanya aku kurang bersemangat makannya. Perkataan Laki-laki tersebut masih terngiang ditelingaku. Dia laki-laki yang telah menolong Ayah ketika Ayah ditabrak lari pada waktu itu. "Sebagai gantinya kau harus menikah denganku". kalimatnya itu seperti jarum yang menusuk hatiku, aku terdiam dan langsung terduduk lemas mendengar omongannya.
'Re..Re..hei kog ngelamun?"Rangga mendekatkan wajahnya didepanku, aku terkejut.
"Gak kog, aku gak melamun" aku menjawab sekenanya dan ku lihat Putri serta Rangga menatap tajam kearah ku. Pasti mereka gak percaya
Aku mengunyah makanan ku, memperlihatkan seolah-olah tidak ada masalah.
Kring...kring... kring
"Put, tuh ponsel lu bunyi" Rangga memperingatkan Putri bahwa ternyata ponselnya dari tadi sudah berbunyi. Kami semua tau nada dering "Kring" adalah kode bunyi panggilan Mamanya Putri. Putri mengangkat ponselnya lalu berbicara dengan Mamanya.
"Guys kayaknya gue harus pulang deh, Mama bilang Eyang lagi dirumah. Taukan Eyang gue, cerewetnya minta ampun" Putri memasukkan ponselnya kedalam ransel kecilnya dan pamit pada kami.
"Siapa yang jemput?" tanya Rangga
"Mau tau aja lo, lanjutin tuh pacaran" Putri bicara pada kami sambil tersenyum dan tak lupa dia selalu mencubit pipiku
"Hati-hati" ucapku dan Rangga barengan
Sekarang hanya tinggal aku dan Rangga dan entah kenapa kali ini aku agak grogi berdekatan dengannya, biasanya aku tidak pernah merasa seperti ini. Apakah aku sudah mulai ada rasa pada Rangga? aku belum bisa memastikan.
Rangga kembali menggenggam tanganku, perlahan mengangkat daguku.
'Aku tidak ingin kamu terluka, bicaralah "
"Rangga maaf aku ga ada masalah, yuk kita pulang" Aku menegaskan ucapanku, berdiri dan mengambil tas ku kemudian mulai berjalan keluar dari Mall ini. Rangga dengan heran mengikuti ku, dia kembali meraih tanganku dan aku tetap membiarkannya saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Diyanra
💜
2021-11-21
0
Indah Delima27
wah cerita nya sangat bagus sekali
kata katanya pun menarik untuk di baca
2021-09-03
0
Stenlye Tatuil
penasaran
2021-06-06
0