Pertemuan Rahasia

Semenjak kedatangan Putri dan mamanya ku lihat ayah berubah, lebih banyak diam dan merenung dan akupun tidak pernah bertanya bagaimana bisa ayah mengenal mamanya putri, bahkan sampai tau nama panggilannya.

Setelah memastikan kesehatanku, hari ini ayah pamit untuk kembali kerumah kami dipinggiran kota, katanya sangat rindu dengan rumah sederhana kami yang terasnya berhadapan langsung dengan masjid kelurahan tersebut. Semula aku keberatan, tiba-tiba aku merasa sedih kalau harus jauh dari kedua orangtuaku tapi ibu mengatakan juga kangen dengan rumah itu. Akhirnya aku tidak bisa menahan kepergian mereka.

Sebelum diantar sopir aku memeluk ibu dengan erat seakan melepasnya dengan sangat berat dan benar saja baru saja mobil yang membawa mereka keluar dari pagar kediaman kami aku langsung menangis tersedu.

"Sudah jangan mewek, besokkan bisa berjumpa kembali dengan mereka" Mas Rayhan berkata seolah mengerti perasaanku.

Aku kembali kelantai atas, masuk kedalam kamar serta mencari ponselku yang sudah beberapa hari tidak kutemukan. Setelah memeriksa seluruh bagian lemari akhirnya kutemukan ponsel tersebut didalam laji meja rias.

Ada beberapa pesan Wathsapp yang masuk, aku tersenyum melihat pesan dari Rangga yang bertanya tentang kabarku. Aku tersenyum bahagia, aku kangen Rangga sudah lama tidak bertemu dengannya.

"Ehmm..." aku terkejut ternyata mas Rayhan sudah berdiri disampingku.

Aku tidak menoleh kearah mas Rayhan dan pura-pura tidak mendengar kepergiannya.

"Sepertinya mas akan pulang terlambat. Ada beberapa hal penting yang harus mas selesaikan. Gak apa-apa ya?"

Ya gak papalah, bagus dong aku membatin dalam hati.

"Hmm iya mas, mas jangan khawatir" aku menjawab dengan mantap.

"Jangan keluar rumah, kondisimu belum seratus persen pulih"

"Iya mas" mas Rayhan sejenak menatapku kemudian beralih keruangan kerjanya, sepertinya menyiapkan beberapa berkas untuk pekerjaannya.

Tidak lama kemudian mas Rayhan kembali dan mengambil jas dan memasangnya, aku mencoba membantu memasang dasinya agar terlihat lebih rapi. Melihat aku yang membantunya memasangkan dasinya mas Rayhan tersenyum, memegang kedua tangnku serta menarikku agar lebih mendekat padanya dan dengan cepat mas Rayhan menyambar bibirku serta secepat kilat ********** tanpa persetujuanku. Aku mendorong dada mas Ryahan, agak sulit rasanya bernafas.

"Mas hati-hati dijalan" mendengar kalimatku sepertinya mas Rayhan kecewa dan diapun mengangguk serta berlalu pergi meninggalkanku.

Dari jendela kamar ku bisa memastikan kalau mas Rayhan sudah berangkat kerja, aku lega. Sekarang aku akan mencari cara agar aku bisa juga keluar dari rumah ini, aku yang suntuk mencoba untuk turun ke bawaah.

Dibawah sudah ada bibik yang sedang didapur. Aku menghampirinya serta duduk dimeja makan sambil menyaksikannya bekerja.

"Ada apa non?laparkah?" bik ijum bertnya padaku dengan mimmik serius.

"Gak bik, cuma suntuk aja. Berhari-hari dirumah rasanya membosankan" mendengar kalimatku bibk hanya tersenyum saja.

Melihat bibik yang sibuk bekerja aku kembali bergegas kelantai atas untuk kembali kekamar.

Setelah sampai dikamar, ku melihat ponselku berbunyi. Ada nama Rangga disana, aku yang merindukannya langsung mengangkat telponnya. Rangga bertanya tentang kabarku, tidak lupa dia juga mengatakan kalau masih terus merindukanku. Aku sedikit tertawa mendengar kalimat Rangga, bukan hanya Rangga saja yang kangen aku malah lebih merindukannya.

Aku ingin sekali bertemu dengan Rangga tapi tidak tau bagaimana caranya. Setelah puas bicara dengan Rangga aku berbaring ditempat tidur, tiduran adalah waktu terbaik ditengah cuaca yang cukup terik diluar.

Tok tok...

Aku mendengar pintu kamar diketok, apasti bik Ijum dan aku mempersilahkannya untuk masuk.

"Non ntar sore bibik k swalayan yang tidak jauh dari rumah, kalau ada sesuatu non ngomong saja, nantik bibik belikan".

Mendengar kalimat bibik timbullah ide dari kepalaku.

"Bik, adek ikut ya" sontak kalimatku membuat bibik terkejut.

"Jangan non, nanti aden marah sama bibik"

"Jangan non"

"Bik, adek cuma ingin ikut bibik aja kog"

"Bibik gak mau ambil resiko non"

"Bibik tenang aja, mas Rayhan pasti akan mengizinkanku untuk keluar rumah, makanya bibik tenang saja" cukup lama aku bedebat dengan bibik dan akhirnya bibik menyerah dengan pendiriannya. Dan kamipun berangkat ke swalayan dengan diantar sopir.

Mas Rayhan tidak mengetahui aku ikut dengan bibik ke swalayan sore ini, kalau dikasih tau ya bisa berabe.

Setelah sampai swalayan, mataku nanar menatap sekeliling. Aku sudah janji dengan Rangga akan bertemu disuatu tempat. Aku pamit ke Bibik dengan alasan ke toilet dan diam-diam aku kelluar dari pintu belakang toilet serta berlari kearah taman kota yang tidak terlalu jauh dari swalayan ini. Aku duduk dibangku taman dan berharap Rangga cepat datang tapi ternyata belum juga kelihatan batang hidungnya.

Aku mengedarkan pandangan keseliling taman dan perlahan berdiri serta ingin menyaksikan keindahan taman. Tiba-tiba aku kaget bukan main, aku bisa melihat ayah yang sepertinya sedang berdebat dengan seorang perempuan, tidak jelas perempuan itu siapa. Pelan aku mendekat, darahku berdesir setelah dari dekat aku tau lawan ayah berbicara adalah mamanya putri, dengan kesadaran penuh serta hati yang dikuatkan aku mengendap lebih mendekat kearah mereka. Dari dekat aku bisa meyaksikan mereka kalau setelah perdebatan tadi mereka seperti menangis tertahan lalu berpelukan. Kali ini emosiku seakan meluap dan siap meloncat kearah mereka bagai singa.

"Jangan gegabah..." aku merasakan sbuah suara mencegahku bahkan menarik tanganku agar segera menjauh dari situ.

"Rangga...hikss..aku benci mereka" kali ini aku menangis, aku hanya bisa membayangkan wajah sedih ibu ketika melihat adegan mereka berdua tadi.

"Sabar Rea...belum saatnya kamu bertindak.Oya, aku kangen kamu" mata Rangga seakan berkaca-kaca ketika mengucapkannya dan aku hanya mengangguk sambil menangis. Baru sepuluh menit berbincang dengan Rangga, bik Ijum sudah sibuk menelpon.

Aku pamit pada Rangga dan berjanji besok akan bisa bertemu kembali, Rangga mengelus tanganku dan berdiri mematung menyaksikan langkahku yang setengah berlari.

Ketika ku kembali ke swalayan wajah bibik langsung berubah cerah.

"Bik, jangan bilang mas Rayhan ya" Bibik yang mendengar kalimatku sontak terdiam.

Hampir maghrib kami sampai dirumah, mas Rayhan belum pulang juga. Dan benar saja, mas Rayhan memang pulang sangat terlambat, yaitu sudah tengah malam dan aku sudah tidur dengan nyenyak.

Pagi besoknya mas Rayhan juga mengatakan akan pulang lama seperti sebelumnya. Mendengar hal tersebut, aku merasa mendapat angin segar penyemangat jiwa. Aku mengantar mas Rayhan kedepan pintu rumah dan tersenyum kearahnya.

Pagi ini aku mendesak bibik untuk kembali ke swalayan, menyuruhnya untuk kembali berbelanja disana. Aku berjanji pada bibik kalau ini untuk yang terakhir kalinya, akhirnya bibik menyerah dengan keinginanku.

Seperti sebelumya aku diam-diam ketaman dan menjumpai Rangga disana, lama kami berbincang ditaman. Disana aku curhat kepada Rangga tentang kesedihanku perihal kejadian ayah dengan mama Putri kemarin, Rangga memberikan kalimat penyemangat untukku dan kalimat Rangga bagai tetesan hujan digersangnya panas.Tidak terasa hari sudah menjelang siang, Rangga mengajakku untuk makan siang direstoran yang tidak jauh dari taman tersebut.

Setelah sampai direstoran kami memesan makanan masing-masing. Sebelum makanan datang Rangga kembali mengingatkanku agar selalu bersabar tentang masalah ayahku. Rangga menggenggam jemariku dan aku tersenyum kerahnya.

Tidak lama kemudian pesanan kami datang, kearah Rangga makanan tersebut terlebih dahulu disajaikan. Tapi ternyata yang disajikan cuma piring kosong dengan tulisan "Bajingan' disitu, kami kaget bukan main. Aku sontak berdiri dan tidak lama kemudian aku melihat mas Rayhan sudah berdiri didepanku dan langsung ******* habis bibirku dan bahkan menarik tubuhku agar lebih mendekat. Rangga yang melihat adegan itu sperti shock dan tidak lama setelah ciuman panas tersebut, aku dibopong mas Rayhan untuk segera masuk kemobil. Beberapa pasang mata melihat kami dengan terkejut tapi pengawal mas Rayhan sudah memberikan mereka pengertian.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Nur Lizza

Nur Lizza

rea dn rangga tdk ada kapok kapoknya🤦‍♀🤦‍♀

2021-05-28

2

lihat semua
Episodes
1 AKU, Rea
2 Aku sebagai Penebus
3 Perjodohan
4 Lamaran
5 Mencoba gaun
6 Pernikahan
7 Pindah Rumah
8 Aku yang sibuk
9 Aku ingin Pergi
10 Pergi dari rumah
11 Minta Pisah
12 Fotret Masa Lalu
13 Pakta yang mulai terungkap
14 Pipit dengan Sayap Patah
15 Salam 'Bunga Lili'
16 Jeritan perempuan
17 Penculikan
18 Kedatangan Tamu
19 Pertemuan Rahasia
20 Aku Tidak Selingkuh
21 Kematian Rangga
22 Rahasia Putri
23 "Mass..."
24 Masa lalu mas Rayhan
25 Siapa wanita itu?
26 Tepat didepan mataku
27 Engkau Terlalu Pintar, Istriku
28 10 Tahun Kemudian
29 Tentang Al Rayyan Hanif
30 Boneka "Rea"
31 Ampunkan Aku ya Rabbi
32 Tamu tak diundang
33 Waktumu Sudah Habis
34 Jangan katakan aku orang asing
35 Mata kita sama
36 Al Pergi
37 Dia LGBT
38 Fotret Pernikahan
39 Posesif
40 Semakin Keruh
41 Melewati masa Kritis
42 Harus Menikah lagi
43 Bukan janji tapi bukti
44 Poin Perjanjian
45 I Love You
46 Mengurus istri
47 Tak pernah Ternilai dimatamu
48 Rahasia dibalik letih
49 Merasa diRendahkan
50 Lukisan gambar Hati
51 Perawat Baru
52 Dua garis
53 Pria Misteruis
54 Ternyata
55 Kebahagiaan
56 Hidup punya pilihan
57 Hal buruk masa lalu
58 Hidup Tidakkan Kekal
59 Menjebak lawan
60 Berangkat ke Turki
61 Tidak Bisa Melupakan Rasa Sakit yang Pernah diTerima
62 Tidak Punya Hubungan Darah
63 Kedatangan Fusun
64 Rahasia Kelam yang Terpendam
65 Membongkar Kecurangan Keluarga Elif
66 Rencana Pembagian Hak dan Pembagian Harta
67 Suara Tembakan
Episodes

Updated 67 Episodes

1
AKU, Rea
2
Aku sebagai Penebus
3
Perjodohan
4
Lamaran
5
Mencoba gaun
6
Pernikahan
7
Pindah Rumah
8
Aku yang sibuk
9
Aku ingin Pergi
10
Pergi dari rumah
11
Minta Pisah
12
Fotret Masa Lalu
13
Pakta yang mulai terungkap
14
Pipit dengan Sayap Patah
15
Salam 'Bunga Lili'
16
Jeritan perempuan
17
Penculikan
18
Kedatangan Tamu
19
Pertemuan Rahasia
20
Aku Tidak Selingkuh
21
Kematian Rangga
22
Rahasia Putri
23
"Mass..."
24
Masa lalu mas Rayhan
25
Siapa wanita itu?
26
Tepat didepan mataku
27
Engkau Terlalu Pintar, Istriku
28
10 Tahun Kemudian
29
Tentang Al Rayyan Hanif
30
Boneka "Rea"
31
Ampunkan Aku ya Rabbi
32
Tamu tak diundang
33
Waktumu Sudah Habis
34
Jangan katakan aku orang asing
35
Mata kita sama
36
Al Pergi
37
Dia LGBT
38
Fotret Pernikahan
39
Posesif
40
Semakin Keruh
41
Melewati masa Kritis
42
Harus Menikah lagi
43
Bukan janji tapi bukti
44
Poin Perjanjian
45
I Love You
46
Mengurus istri
47
Tak pernah Ternilai dimatamu
48
Rahasia dibalik letih
49
Merasa diRendahkan
50
Lukisan gambar Hati
51
Perawat Baru
52
Dua garis
53
Pria Misteruis
54
Ternyata
55
Kebahagiaan
56
Hidup punya pilihan
57
Hal buruk masa lalu
58
Hidup Tidakkan Kekal
59
Menjebak lawan
60
Berangkat ke Turki
61
Tidak Bisa Melupakan Rasa Sakit yang Pernah diTerima
62
Tidak Punya Hubungan Darah
63
Kedatangan Fusun
64
Rahasia Kelam yang Terpendam
65
Membongkar Kecurangan Keluarga Elif
66
Rencana Pembagian Hak dan Pembagian Harta
67
Suara Tembakan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!