Aku duduk secara perlahan, tubuhku terasa remuk. Dari luar tirai kamar cahaya mentari seperti mengintai, kejadian tadi malam masih kuat melekat dalam pikiranku. Aku masih ingat bagaimana ditengah hujan lebat aku sampai dirumah dan disambut oleh mas Rayhan dengan amukannya, hatiku terasa tercabik-cabik mengingat perlakuan dan ucapannya. Apalagi sempat membawa nama kedua orangtuaku, hatiku terasa ngilu mengingat bagaimana cara melemparku ke buthup kamar mandi kemudian memperkosaku habis-habisan.
Aku berjalan pelan kearah kamar mandi, kepalaku terasa berat. Aku harus membersihkan diri mengingat kejadian tadi malam. Dengan lemah aku mengguyur air ketubuhku, **** * ku terasa teramat sakit. Ini adalah hal terburuk dalam hidupku, aku tidak akan menyangka akan bernasib setragis ini.
Aku duduk dibawah kran air, airmatapun mulai tak terbendung.
Dingin seakan mulai menusuk-nusuk tulangku, aku tidak peduli dan rasanya aku sudah pasrah dengan hidup ini.
"Adek...dek.. bangun" samar-samar aku mendengar suara mas Rayhan, suamiku yang jahat. Aku benci mendengar suaranya tapi aku sungguh merasa tidak berdaya dan aku bisa merasakan bagaimana tubuhku dibungkusnya dengan kain serta membopongku ketempat tidur.
Aku masih dalam keadaan sadar ketika mas Rayhan memasangkan pakaian untukku, selimut hangat dibalutkan kesekujur tubuhku. Sepertinya dia sedikit baik denganku hari ini.
Aku membuka mata ketika sempat tertidur beberapa jam, aku bisa melihat mas Rayhan tersenyum kearahku. Senyum palsu.
"Aku mau ibu, mau pulang saja" dengan suara agak parau aku mengatakannya. Aku kangen pelukan ibu, hanya ibu yang bisa menentramkan jiwa serta mentalku saat ini.
"Sayang, nanti ayah ibu akan datang kesini. Sekarang makan dulu ya" mas Rayhan memasang wajah seramah mungkin, sungguh aku muak melihatnya.
"Ga usah basa-basi' aku menimpali omongannya dengan membuang muka padanya.
"Sayang, mas minta maaf yang sebesar-besarnya. Mas khilaf. Suami mana coba yang tidak marah istrinya pulang malam-malam diantar oleh laki-laki lain, sekali lagi mas minta maaf"
"Salah sendiri tidak memberiku nafkah, lagian situ punya wanita simpanan. Menjijikkan" Aku menjawabnya dengan lantang dalam hati, tapi engggan untuk melisankannya. Aku sangat tidak ingin berbicara padanya.
Mas Rayhan mencoba menggenggam tanganku, aku menepisnya dengan kasar. Dia terus membujukku bahkan tiduran disampingku sambil memeluk serta menciumpipiku. Tidak tau malu, aku jijik melihatnya.
"Jangan sentuh aku wahai laki-laki jahat, kau sudah mendapatkan tubuhku sekarang ku mohon tolong bebaskan hidupku" aku meraung mengatakannya.
Tapi kulihat mas Rayhan hanya diam saja, aku mulai duduk dan berdiri serta berjalan kearah jendela. Ponselku bergetar dengan hebat, ada nama Rangga tertera disana. Mas Rayhan cepat mengambil handhpon tersebut serta menjawab telponnya.
Rangga : "Assalamualaikum Re, bagaimana kabarmu?"
Rayhan: "Baik saja"
Rangga : "Maaf ini siapa? apa ini bang Arsya ?"
Rayhan : Saya suaminya. Tolong jangan menelpon lagi. Istriku lagi lelah, kami habis bercinta semalaman"
Rangga: ???.........
Langsung handphone dimatikan mas Rayhan, aku yang sudah muak padanya menjadi semakin muak dengar kalimatnya barusan.
"Aku benci, aku benci laki-laki psikofat kayak kamu" aku melempar bantal kearah wajahnya, aku sungguh emosi mendengar kalimatnya kepada Rangga tadi. Mas Rayhan mendekat kearahku dan aku memukul dadanya yang bidang itu berulang kali. Emosiku tidak tertahan saat ini. Mas Rayhan memelukku, menciumku beberapa kali. Aku terus meronta ingin lepas darinya, bahkan aku menggigit tangannya dengan kuat.
"Oke, mas lepaskan. Sekarang ayo makan dulu walau sesuap"
"Enggak"
Tok tok tok
Pintu kamar kami diketok dari luar, sepertinya mas Rayhan bertanya kepada yang mengetok pintu ada keperluan apa.
"Sayang, mas ada urusan penting sebentar. Mas tinggal sebentar ya" dia mau menciumku tapi aku menolaknya dengan keras.
Dari jendela kamar aku bisa melihat mas Rayhan keluar mengendarai mobilnya. Aku tidak peduli.
Aku bergegas mengemasi barang-barangku yang penting, aku harus pergi dari tempat durja ini.
"Ya Allah Gusti, sudah sadar non?" aku kaget, ternyata bik Ijum ada dibelakangku.
"Bik, tolong bik. Tolong bantu aku untuk keluar dari rumah ini, aku gak sanggup bik" aku mulai menangis.
"Non, sabar ya nak. Semua akan baik-baik saja. Percayalah" aku tau kalimat bik Ijum hanya 'hiasan' pemanis saja. Bi Ijum tidak akan berdaya melawan Titah 'Sang Rajanya', jalan satu-satunya aku harus keluar sendiri dari rumah ini.
"Bibik keluar saja, aku lagi ingin sendiri" sepertinya Bik Ijum terkejut mendengar kalimat ku. Aku berjalan kearah tempat tidur dan pura-pura berbaring biar bik Ijum pergi dari kamar ini. Dan benar tidak lama setelah itu bik Ijum memang keluar dari kamar ini.
Setelah memastikan kepergian bik Ijum aku mengendap-ngendap keluar dari kamar ini. Pelan ku menurungi tangga, aku tidak menghiraukan tubuhku yang terasa linglung. Aku berjalan kearah pintu belakang rumah, aku keluar dengan tergesa. Dihalaman belakang banyak bunga anggrek lengkap dengan potnya yang besar, baru saja keluar aku melihat ada penjaga yang seakan berlari seperti mencari sesuatu. Dan aku baru tersadar kalau mungkin yang dicari. Aku sedikit berlari dan hendak sembunyi, tapi sialnya kakiku kesandung dan tubuhku yang lemah langsung terjerembab.
"Adeekkk" aku seperti mendengar suara mas Rayhan memanggilku , semakin aku mau berlari,semakin tubuhku tersa sangat lemah dan kaku.
Ketika membuka mata, aku sudah menemukan tubuhku dibawah selimut dengan mata mas Rayhan terus menatapku. Mungkin dia marah, tapi aku tidak peduli.
"Lebih baik kita pisah, bukankah peristiwa tadi malam sudah bisa melunasi hutang kedua orangtuaku?" mulutku tetap tidak mau berhenti bicara, aku sudah tidak tahan lagi.
"Jangan bicara yang tidak-tidak, sekarang istirahatlah dan mas akan memantau dari sini"
"Gak, aku mau sendiri"
"Mas yang punya aturan dirumah ini, dan tolong dimengerti"
"Aku tidak mau suami yang jahat"
"Ya betul, tapi setidaknya tolong hargai suamimu ini"
"Hargai? cih, suami mana yang tidak memberi nafkah pada istri?"
"Terus ini apa?" mas Rayhan berdiri kedepan dekat lemari mengambil amplop yang selama ini terletak rapi begitu saja diatas lemari dan menyerahkan amplop besar itu kepadaku.
Aku yang penasaran langsung membukanya, disitu ada handphone super canggih . Buku rekening bank lengkap denga atmnya. Dibuku tersebut tertera namaku, aku mengernyitkan dahi membacanya.
"Sudah dibaca?" mas Rayhan memelukku dari belakang. Aku yang belum sempat menghindar tidak bisa mengelak.
"Sekarang makan ya, mas mohon"
Akhirnya aku makan dengan disuap mas Rayhan, amplop besar yang diberikannya barusan belum tuntas ku pahami semua maknanya.
Melihatku yang mau makan mas Rayhan tersenyum, senyumnya seakan mengatakan kalau aku sudah kalah.
Aku hanya makan beberapa suap, setelah makan aku kembali tiduran.
Aku sudah mulai agak baikan menjelang magrib ini, aku sudah bisa melaksanakan shalat magrib serta isya dengan berdiri. Malamnya mas Rayhan kembali menyuapiku kembali, setelah itu aku kembali beristrirahat.
"Sayang, badan kamu panas" sayup-sayup aku mendengar suara mas Rayhan sambil mengguncang tubuhku pelan. Kepalaku terasa teramat berat, mataku terasa perih. Tubuhku terasa lemah dan panas.
"Doakan saja agar aku tiada" aku berkata kepada mas Rayhan sambil tersenyum. Aku puas mengatakannya, dan wajahnya tetap tenang seperti biasa.
Malam semakin larut, aku kangen ibu. Mas Rayhan berbohong padaku tentang ayah dan ibu yang akan datang kesini. Mataku mulai terpejam, tubuhku mulai terasa sakit bagai ditusuk oleh ribuan jarum.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Nur Lizza
kok jd penasaran ya sm rayhan apa dia punya dua pribadian ganda
2021-05-27
1
Neyla Zalfa
raihan itu sebenernya baik ato jahat sih thoor,penasaran hihi....
2021-01-29
3