"Mas apa yang terjadi?" pertanyaan pertama yang kuajukan setelah mas Rayhan membawaku pulang tanpa penjelasan apapun tentang kejadian tadi siang. Pertanyaan yang aku ajukan tidak sedikitpun aku terima jawabannya.
Dan semenjak peristiwa penembakan itu terjadi aku melihat ekspresi mas Rayhan yang sering diam, kaku dan marah. Hal tersebut terus berlanjut untuk beberapa hari, dan sampai sekarang tidak lagi aku bertanya tentang apa yang sebenarnya terjadi. Tapi yang membuatku merasa aneh adalah mengapa wanita yang bernama Dina sekretaris Mas Rayhan yang 'ganjen' itu justru yang kena tembak? aku pernah memberitahukan tersebut kepada kedua orangtuaku tapi ayah bilang kalau itu 'bukan urusanku'. Ya sudah, aku berusaha melupakan kejadian itu.
Sekarang aku hanya harus fokus pada masa koasku yang belum berakhir, dan ketemu dengan kedua sahabatku Putri dan Rangga.
Sampai sekarang kedua orangtuaku masih disini, sedangkan rumah kecil kami yang berada dipinggiran kota sudah ada yang mengurusnya, mas Rayhanlah yang menempati orang kepercayaannya disana.
Dua hari yang lalu mas Rayhan memberikan sebuah buku tabungan bank untukku, buku rekeningnya atas namaku. Jumlah uang didalamnya sangat funtistic, kalau aku belikan perkebunan sawit dikampung asal ibuku di Riau sana, puluhan hektar akan terbeli. Didalam buku tabungan tersebut terselip beberapa kartu. Ada kartu kredit dengan plafon sangat tinggi pada bank tertentu, serta ada beberapa kartu atm pada bank pemerintah. Didalamnya juga ada kertas frint out pin dari masing-masing kartu. Aku sebenarnya sudah pernah melihat buku rekening buncit ini tapi belum mau menyentuhnya pada waktu itu.
"Jadi mas kaya raya?" spontanitas aku bertanya, dari raut wajah mas Rayhan aku tau kalau itu pertanyaan terkonyol yang seorang istri tanyakan.
"Iya, tapi kamu pernah mempermalukanku dengan 'menguli' direstoran cepat saji dikota ini"
"Jadi duit sebanyak ini buat apa mas?"
"Terserah, mau kamu cairkan dan bawa tidur juga boleh, bukankah kamu enggan tidur denganku?"
Aku diam dan berpikir tentang tangkisan pernyataan dan pertanyaan mas Rayhan tapi mulutku rasa tercekat, lebih baik diam.
"Mas, Putri mengundang adek diacara ulang tahunnya besok malam. Adek datang ya"
"Apakah dengan ketidakhadiranmu bisa merubah sesuatu?"
"Mas, kog ketus terus sih?please deh"
"Kamu boleh ikut tapi dengan syarat mas juga ikut"
Yah, kalau si mas ikut, gue gak bisa ketemu Rangga donk.
"Sendirian aja bolehkan mas, lagian dari dulu adek bisa melakukannya"
"Gak"
Setelah ini terjadi perdebatan panjang antara aku dan mas Rayhan dan akhirnya 'keputusan terakhir' adalah mas Rayhan jadi ikut mendampingiku.
Ayah dan ibu berpesan hati-hati ketika kami mau pamit berangkat kerumah Putri.
Pemampilan mas Rayhan kali ini sangat 'membumi', tidak ada jas hitam yang melekat pada tubuh atletisnya. Baju yang dia kenakan hanya kemeja dengan garis motif kotak yang terkesan sederhana tapi dikepala mas Rayhan bertengger topi pet. Aku merasa mas Rayhan lebih tampan kalau berpenampilan seperti ini. Aku menatap mas Rayhan dengan tersenyum, amboi...ternyata ni do'i ganteng 'pisan'.
Kami sampai dirumah Putri, acara ini sepertinya dibuat hanya untuk orang-orang terdekat saja. Aku dan mas Rayhan masuk kemudian menuju ruang tempat acara ini dibuat. Didepan Putri sudah berdiri didepan kuenya yang besar dan indah. Dari jauh Putri melambaikan tangan kepadaku, aku tersenyum melihatnya tapi mulutku langsung tercekat karena aku melihat perempuan itu disana, aku melihat mereka terlihat akrab. Ya siapa lagi kalau bukan Mami Rangga, tapi Rangga kemana ya?".
Acara berlangsung dengan sempurna, setelah selesai acara Maminya Rangga menghampiriku. Awal mulanya aku tidak menyangka kalau wanita 'milenium' itu akan menghampiriku tapi ternyata dia mendekat, aku agak ciut apalagi mas Rayhan yang menghilang entah kemana.
"Tante? Rangganya mana? aku mencoba menyapanya dengan harapan bisa mencairkan suasana.
"Resep apa yang kamu berikan sehingga Rangga sangat menggilaimu?"
"Maaf tante, maksudnya apa?"
"Jangan berpura-pura, aku tau kamu. Terlihat baik tapi siap mematuk bagai ular"
"Maaf tante, tidak baik ribut dirumah orang"
"Aku tidak sudi kalau kamu masih berhubungan dengan Rangga, paham?"
"Tapi tante, aku tidak punya hubungan apa-apa dengan Rangga'
"Cukup, jangan basa-basi denganku. Untuk kedepannya jangan lagi berhubungan dengan anak saya"
Aku tidak bisa mengiyakan keputusan sepihak yang di ucapkan Maminya Rangga ini, padahal aku tau kalau Rangga mencintaiku.
"Aku pastikan nyonya kalau putra nyonya tidak akan lagi mengganggu istri saya" suara bariton mas Rayhan terdengar sangat jelas disampingku, aku hanya menunduk dengan penjelasan mas Rayhan tapi sepertinya Maminya Rangga sangat terkejut dengan kalimatnya mas Rayhan yang sedah membelaku.
"Anda suaminya?" Mami Rangga seperti memastikannya, mulutnya seakan ternganga melihat wajah mas Rayhan dari dekat. Aku rasa Maminya Rangga sudah tau siapa mas Rayhan, apalagi sama-sama orang dari kalangan bisnis.
Mas Rayhan menjawab dengan anggukan kemudian wanita sexy tersebut mengilang dibalik pintu rumah ini.
Tidak lama setelah itu, aku dan mas Rayhan pamit pulang kepada Putri dan Mamanya. Aku kurang bisa menikmati hidangan makan malam yang tuan rumah hidangkan, mas Rayhan terlalu cepat mengajakku pulang.
"Mas, tunggu sebentar ya. Adek ke toilet dulu sebentar" aku sudah tidak tahan 'kebelet' dari tadi.
"Hmm..cepat ya" aku mengangguk sambil berlalu ke belakang, aku sudah hapal dengan bagian dan seluk-beluk rumah Putri ini.
Aku keluar dari toilet disamping dapur, ketika hendak keluar aku seperti melihat sebuah bayangan belakangku.
"Bukgs..' aku terhuyung, ada sakit yang luar biasa mengahantam kepalaku. Aku merasakan sakit yang amat teramat sangat sakit, sepertinya seseorang telah mengahantam kepalaku dengan sesuatu. Aku merasakan tubuhku amruk kelantai.
Aku terbangun dengan mata tertutup serta tangan terikat, sepertinya aku berada diatas ranjang dengan kasur yang keras dan tidak empuk sama sekali. Aku menangis, kepalaku sangat terasa berat. Siapa manusia yang tidak punya hati yang tega berbuat ini padaku, aku salah apa?.Aku mendengar langkah kaki, aku bisa memastikan kalau itu bunyi suara ketukan sepatu wanita dengan tumit yang cukup tinggi.
"Sudah bangun?" aku tidak salah, ini seorang wanita. Sepertinya dia memakai masker wajah sehingga kemurnian suaranya sedikit berbeda. Suara ini terasa pernah ku dengar.
"Siapakah anda? aku salah apa?"
"Hahaha....aku sudah menduga kamu akan berbicara seperti ini"
"Tolong katakan aku salah apa?"
"Kamu sama dengan ayahmu yang pengecut itu. Akhirnya aku bisa bertemu langsung dengan anak perempuannya..ha ha ha"
"Kenapa dengan ayah saya?"
"Cih..sudah ku duga.Mana mungkin lelaki yg tidak konsisten itu mau membuka aibnya,dia selalu ingin disanjung bagai Raja"
"Jangan banyak menduga-duga nyonya, apa yang anda inginkan dari saya?"
"Aku ingin kamu membayar lunas perbuatan masa lalu ayah kamu, aku kira itu hal yang pantas untuk kamu dapatkan"
"Dosa orang tua tidak akan ditanggung seorang anak, begitu juga sebaliknya"
"Riooo urus dia" sepertinya wanita itu pergi, seperti tergesa-tega.
Lama kelamaan ruangan ini terasa mulai hening, aku perkiraan ini pagi menjelang siang.
'Siapapun yang didalam tunjukkan identitasnya atau kami akan langsung bertindak, kami sudah mengepung tempat ini'
Aku yang lemah mendengar teriakan diluar langsung bahagia, aku tau itu suara polisi. Pasti mas Rayhan juga telah berada diluar, tanpa terasa airmataku meleleh. Allah sungguh telah menolongku kali ini.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Nur Lizza
duh sapa lagi si musuhny kok kayaknya banyak banget ya
2021-05-27
0
hikmah_dzaki
ini hampir sebulan ga up. hiatus apa gmna ya, othor kita nunggu banget up nya
2021-03-16
2
Ibue Deva Desya
kok lama bgt g up thor... pdhl q selalu nunggu lho...
2021-03-06
2